26. Coffe shop

1.3K 238 100
                                    

Setelah mengantarkan Seungmin pulang, yang mengejutkannya lagi ternyata berada di gedung apartemen yang sama dan hanya 2 lantai dibawah kamar Hyunjin, mereka langsung pulang menuju apartemen mereka.

Ketika Jeongin selesai melepaskan sepatunya dan menuju ke kamar, Hyunjin menahan tangannya.

"Ada yang mau saya bicarakan."

Jeongin menoleh sebentar, "Hm."

Hyunjin mengangguk lalu menarik Jeongin kearah Sofa.

Jeongin ia dudukan disampingnya. Hyunjin hanya menatap wajah yang lebih muda dalam diam.

Jeongin melipat kedua tangannya didepan dada dan memandang lurus kedepan.

"Sebelumnya, saya mau meminta maaf karena membentakmu. Saya sangat khawatir."

Jeongin diam. Tertawa dalam hati karena Hyunjin mengait ngaitkan soal menjaga diri.

"Aku bisa menjaga diri."

Hyunjin mengusap kepala Jeongin lembut, "Disini kota penuh ancaman, Je. Mafia kelas kakap banyak bersembunyi dibalik ramainya kota. Melihat wajah lugu mu yang seperti sama sekali tak mampu melawan akan menjadi santapan empuk untuk mereka."

Jeongin menoleh kearah Hyunjin lalu tersenyum manis. "Bagus, aku bisa bersilaturahmi."

Hyunjin mengerutkan keningnya. "Maksudmu?"

Jeongin tersenyum getir. "Aku Mafia, Hyunjin. Kau tidak akan percaya berapa nyawa yang telah aku renggut dengan tanganku sendiri. Jangan percaya dengan wajah ini."

Hyunjin menelan ludahnya sulit. Satu fakta mengejutkan lagi, dan Hyunjin sama sekali tidak mengerti.

Beberapa bulan lalu ia terbangun dan dikejutkan dengan fakta sang ayah angkatnya adalah seorang mafia. Dan sekarang fakta baru mencuat membuat kepala Hyunjin terasa pening lagi.

Kening Hyunjin mengkerut dalam, "Adikku juga seorang mafia?"

Jeongin terkekeh sendu. "Aku bukan adikmu."

.
.
.

Jeongin membasuh mukanya lalu berkaca pada cermin.

Membuang nafasnya kencang lalu memukul meja wastafel dengan keras.

Hatinya terasa perih dan kepalanya berdenyut nyeri.

Jeongin melirik singkat Hyunjin yang terbaring terlelap diatas tempat tidur dari pintu kamar mandi yang ia biarkan terbuka.

Sekarang bagaimana?

Jeongin bingung bagaimana ia menceritakan siapa dirinya sebenarnya jika disentil dengan sebuah fakta saja Hyunjin sudah pening hebat dan hampir pingsan.

Jeongin harus mengatakan semuanya. Setidaknya perlahan lahan. Dan itu pasti.

Namun Jeongin kini ragu. Seungmin adalah pria yang baik dan manis.

Terlihat dari cara ia berbicara pada Jeongin, Seungmin sering kali terlibat antusias dan enak diajak bicara. Jeongin jadi sungkan.

Namun, jika demi mendapatkan sosok Hyunjin yang ia cintai, Jeongin siap mempertaruhkan apapun.

Bahkan Seungmin bukan perkara yang sulit, seharusnya.

.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[2] Maze Of Memories || HyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang