Chapter 37

1.9K 164 36
                                    

(YN's POV)

Gue bengong. Bukan karena gue abis ngakuin perasaan gue ke Greyson, tapi karena persis setelah itu dia tiba-tiba jadi bisa berdiri lagi.

._. kok keren?

Bagus deh Greyson udah sembuh. Bener 'kan kata gue, ada mukzizat dateng yay! Haha. Tapi... terlepas lagi dari masalah itu... astaga...

APA YANG UDAH GUE BILANG KE GREYSON?! I LOVE YOU?!!!!!

YN, YN -_______- kok mulut lo bisa sampai lepas kontrol gitu sih?? Oke ini gila. Banget._. Lagian, Greyson sama gue juga gak bakal jadi apa-apa selain temen.

Sebenernya sih hati gue... </3 

:') wkwkw udah YN, udah.

Gue bengong, dan nggak nyadar kalau Greyson juga bengong liatin gue. Begitu sadar sama-sama saling liatin, gue cuma bales dengan senyum, hehe.

"Oke, jadi..." kita ngomong berbarengan. Lagi.

"Eh," entah kenapa gue reflek nutup mulut dengan tangan. Tapi Greyson nggak bisa nahan ketawanya, dan akhirnya gue juga ikutan ketawa.

"Oke, hentikan, oke," gue kembali ke tujuan paling awal. "Jadi kemana kita sekarang?"

"Kau kedengaran seperti Dora :p "-tawa gue keluar lagi. "Gue bilang stop, Greyson, STOP!" gue cubit tangannya. Dia mengaduh sekali, trus membalas dengan ngacak-ngacak rambut gue. Gue bales dia lagi; dengan makin banyak cubitan-cubitan kecil. Jadinya kita berdua malah terlibat perang kecil ini, wkwkw.

I'm in love with you Greyson. This is what I've been dreamed of. I don't care you just pretend I'm your friend or whatever. I love you.

*

(Greyson's POV)

Come closer, YN. Make me believe with what I'm feeling right now to you. I will try to love you. I'm into you... only you.

*

(Author's POV)

Mr. dan Mrs. Chance dibuat tidak berdaya oleh sekelompok remaja. Mereka disekap dalam sebuah gedung bekas apartemen tua yang tak berpenghuni. Suami istri itu dicekoki dengan obat tidur, dan ketika mereka sadar, mereka mendapati diri tengah berada di dalam sebuah kamar dengan tangan dan kaki terikat kuat oleh tali.

"KUBILANG DIAM!" bentak seorang remaja berambut pirang, hidung agak pesek dan ada sedikit freckles di wajahnya, ketika Mrs. Chance tak bisa berhenti mencerca dan menjerit minta bantuan. Remaja itu lantas pergi sebentar dari ruangan tersebut, lalu kembali dengan sebilah pisau tajam dan handycam di masing-masing tangannya.

Mr. dan Mrs. Chance langsung saling bertukar pandang... ngeri. Pikiran mereka mulai memunculkan banyak hal negatif yang akan menimpa mereka. Remaja itu sebenarnya tak lain adalah Corbin sendiri. Dia tertawa keras ketika melihat wajah sandranya berubah pucat akibat ketakutan.

"Hahahahaha kenapa aunty, uncle? Takut?" ejek Corbin. Tidak ada satupun dari suami-istri itu yang menjawab. Mereka hanya menatap remaja tersebut tajam, dan dengan ekspresi yang sulit dimengerti maksudnya apa. Entah mereka maksudnya menantang balik, takut, atau justru keduanya. Corbin melirik pisaunya lagi—benda itu berkilat dan memantulkan cahaya dari lampu yang tepat berada diatasnya. Pisau itu sangat berharga di mata Corbin; lebih berharga dari sebuah berlian.

"Tenang saja, Mr. dan Mrs. Chance. Pisau ini mungkin cantik... tapi dia tidak menginginkan kulit kalian yang keriput itu." lanjutnya dengan sebuah seringaian mengerikan. Selain suara dari mulutnya, seluruh keadaan disekitar sana hening total. Anggota geng Corbin sengaja tidak berada disekitar sana—mereka tahu persis kalau bos mereka adalah tipe yang 'agak' sentimen. Sebenarnya mereka ragu dengan kata 'agak' itu...tapi ketakutan mereka terhadap Corbin jauh lebih besar ketimbang mempermasalahkan tentang kewarasan Si Bos.

Animal In the Night -g.c (AITN TRILOGY #1) (ON MAJOR EDIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang