Chapter 9: You Don't Have To Do That

2.9K 191 2
                                    

Akhirnya kami sampai didepan pintu kamar kami. Dini membuka pintunya perlahan, dan benar; bapaknya Dini nungguin kita sambil nonton TV yang ada di kamar. Beliau menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka, namun tidak ada satu patah katapun yang keluar dari bibirnya. Ekspresi wajahnya pun sulit gue artikan maksudnya apa.

"Maaf pa, Dini baru pulang.." kata Dini sambil menundukkan kepalanya.

Bapaknya cuma geleng-geleng kepala. Kemudian beliau bangun dari tempat duduknya dan bersiap kembali ke kamarnya. Ketika berjalan melewati kami, gue mendengar beliau berkata, "Langsung tidur."

Yap, cuma itu '-'

Ini mah beda banget sama Papa gue. Kalo Papa, sedikitpun gue berbuat kesalahan, gue pasti kena omel panjang lebar. Tapi gue udah lumayan kebal kok belakangan ini. tiap kali kena ceramah dari siapapun, pasti gue bakal ngebuat ceramah itu masuk kanan keluar kiri :p hehe

"gue tidur ya. capek" kata Dini selanjutnya.

"oke." Jawab gue pendek.

"lo nggak tidur?"

"gue kan udah tidur di Sundance."

"oiya"

" :) " Dini lalu naik ke tempat tidur, sedangkan gue membuka aplikasi twitter. Apa lagi yang bakal gue kerjain kalau nggak stalking Greyson?

But by the way, kalung peluru itu masih mengusik pikiran gue. Soalnya, gue cuma tau Greyson punya kalung peluru kayak gitu, meskipun sekarang dia udah jarang memakai kalung itu lagi, entah kenapa. Ditambah lagi, gue tadi tabrakan sama seseorang yang mirip Greyson—si Michael.

Ah udahlah, semuanya terlalu absurd.

***

 (Greyson POV)

Begitu sampai dirumah, aku langsung pergi ke tangga menuju ke kamarku. Diruang tengah ada Tanner dan Alexa yang sedang menonton berita TV. Dan suara TVnya kebetulan saat itu lebih keras daripada biasanya.

"Pemirsa, kasus meninggalnya seorang remaja bernama Lauren Westphalen terus berkembang. Meskipun sampai detik ini masih belum diketahui alasan pasti kenapa Lauren bunuh diri, namun orang-orang terdekatnya telah mengaku bahwa Lauren sering depresi dan stres sebelum kematiannya..."

 

"Greyson." Alexa yang pertama kali melihatku langsung beranjak dari sofa dan mematikan TV.

"you don't have to do that." Kataku pendek lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Hey Greyson, wait!" Alexa berteriak dibelakang, namun aku sama sekali tidak memperdulikannya. Satu hal yang cuma kuinginkan sekarang hanyalah tidur hingga besok pagi.

Aku masuk ke dalam kamarku yang sudah dalam kondisi gelap gulita—sebelum pergi tadi, aku tidak ada menyalakan lampunya—dan langsung tidur. Aku terbangun kembali di jam 4 pagi gara-gara mimpi. Dalam mimpiku, aku melihat Lauren. Dia menggunakan pakaian serba putih, duduk diatas sebuah batu seperti singgasana. Sedangkan aku berdiri jauh bermeter-meter dibawahnya. Mungkin saja aku terlihat begitu kecil olehnya.

Tapi aku bisa melihatnya begitu jelas. Dan Lauren tampak sangat cantik, seperti biasa. Kulitnya terlihat lebih putih. Jantungku berdebar-debar. Perasaan senang dan bahagia melandaku. Aku ingin berada diatas sana, ikut duduk di singgasananya. Memeluknya dan tak ingin melepaskannya.

Lauren menatapku dari atas sana. Dia tersenyum manis, membuatku ikut tersenyum. kemudian terbersit di benakku kalau aku harus memanjat keatas sana. Ya, akan kulakukan!

Namun ketika aku hendak memanjat, Lauren menggelengkan kepalanya. Dia bilang, "tidak usah, Greyson." Dan kemudian dia melompat dari atas singgasananya.

Animal In the Night -g.c (AITN TRILOGY #1) (ON MAJOR EDIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang