Chapter 25: Hit and Run

2.7K 197 41
                                    

(YN's POV)

Kita terus lari, seolah-olah polisi itu mengejar kita dibelakang. Padahal, oke, itu cuma 'pikiran buruk' kita berdua aja sebenernya. Rasa takut itu mungkin mempengaruhi otak gue sama Greyson sehingga kita ngerasa 'nggak boleh' memperlambat laju lari... apalagi berhenti.

Greyson lari didepan, dia memilih jalan dengan sangat lincah. Dan ketika kami sampai disebuah halte bus yang sepi, kami berhenti.

"Hah, hah..."

"Hiihh..."

Napas gue sama Greyson saling berbalapan. Detak jantung gue berdegub nggak karuan. Keringet membasahi gue dimana-mana, terutama pelipis dan leher. Greyson juga kondisinya nggak jauh beda dari gue. Hanya aja dia terus memegang dadanya, dan mengernyit seperti menahan sakit.

"Are you okay?" tanya gue dengan napas masih agak memburu.

Greyson hanya mengangguk sekali. Pandangannya lurus ke depan. Gue nggak nanya lebih jauh lagi. Kasian.

Beberapa saat kemudian, keheningan mengisi diantara kami cukup lama. Gue memijit-mijit pundak sendiri; gue ngerasa dobel pegel karena lari sambil bawa kresek besar penuh berisi barang belanjaan -_- tapi masa iya juga gue tinggal? Kan sayang. Lumayan juga siapa tahu kita berdua laper—tapi eh mau masak dimana? '-' ungg...

"Ehm.." Greyson berdeham. Spontan gue meliriknya. Namun dia nggak 'ngeh' sama sekali. Tatapan matanya masih lurus ke depan. Ke jalan raya yang penuh dihiasi oleh lalu-lalang mobil.

Sejurus kemudian gue ikut memalingkan muka, kembali menatap ke depan. Lihat mobil lalu lalang membuat gue berpikir, seandainya tadi masih ada kesempatan buat balik ke mobilnya aunty Lisa, mungkin kita udah selamat berada di rumah. Atau mungkin, seharusnya kita nggak perlu sembunyi disemak-semak; kalau begitu kan kita bisa lebih cepat sampai ke mobil dan kabur sebelum mobil polisi datang.

Iya ya, kok gue baru nyadar. Duh. Gue bodoh banget.

Atau... seandainya Tuhan memberikan mobil lain pada kita -_- oke ini konyol. 

"Kau sendiri baik-baik saja?" Greyson tiba-tiba membuyarkan lamunan gue.

"Eh? :\ "

"Kau baik-baik saja?"

"Um, iya. Kau? Wajahmu pucat."

"Serius?"

Gue mengangguk. "Sedikit pucat sih tepatnya"

"Oh, baguslah. Pasti karena sesak napas tadi. Aku tidak terbiasa berlari jauh."

"Ya, karena kerjaanmu hanya duduk didepan piano." Ucap gue nyeplos. Ya gue memang orangnya suka nyeplos, tapi sama sekali gak maksud buat nyakitin perasaan orang lain. Gue sendiri sih anggepnya bahan bercandaan aja. Tapi mungkin karena sifat gue itulah orang-orang jadi benci sama gue... ya, mungkin. Mungkin dia juga benci gue karena ini...

Duh, mulai lagi kan -_- reflek gue mengumpat. Berhenti mikir kemana-mana, terutama tentang dia!

"Kau mengejekku?" Greyson bertanya tak senang.

"Tidak."

"Bohong."

" Aku berani sumpah."

"Pfftt! Dasar, masih saja seperti anak kecil." Greyson terkekeh pelan. Sial. sempat-sempatnya dia mengejekku disaat begini -_-

"Ngomong-ngomong, apa kita akan pulang sekarang?" tanyanya lagi . Dari nada bertanyanya, kedengaran sih kalau dia berharap. Gue nggak langsung menjawab karena... biasalah, gue sendiri nggak tahu mau bilang apa. Seandainya bisa, gue juga sudah pengen banget pulang dari tadi! Malah, gue selalu pengen pulang setelah kabur dari penginapan waktu itu.

Animal In the Night -g.c (AITN TRILOGY #1) (ON MAJOR EDIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang