Chapter 41: Feels

1.6K 183 26
                                    

an: please VOTE + COMMENT YA xD <3 vote aja juga ga apa2 kok :) Happy reading ulala~~~

@kikikristi98

****

(Greyson's POV)

Ini suara Mom! Aku mengenalinya dengan sangat pasti! Tapi kenapa suara Mom bisa berada dalam alat rekaman itu?

Mom merintih menahan sakit. Sesekali terdengar suara cambukan dan bentakan dari seorang pria. Bulu kudukku merinding, terutama ketika bagian suara cambukannya. Apa yang terjadi pada keluargaku?

"MOM INI AKU! APA YANG TERJADI PADAMU?!"

"Diam nyonya tua!" –bentak pria itu lagi sambil mencambuk dengan lebih keras. Tanganku sudah ingin menghajar orang yang menyiksa Mom. Atau, paling tidak aku hampir melempar alat rekaman itu dan menghancurkannya; namun seseorang memegang tanganku hingga aku sadar untuk tidak melakukannya.

Siapa lagi kalau bukan YN. Dia memberiku tatapan berisyarat "dengarkan saja dulu" rekaman itu.

"Greyson Chance, jika kau mau orangtuamu selamat, datang ke Mansion Flower disebelah toko roti sebelum besok sore. Jangan sia-siakan kesempatan terakhirmu."

"...Atau, serahkanlah dirimu ke polisi dalam kurun 24 jam dari sekarang"

 *pet* Rekamannya berhenti sampai disitu.

*

(YN's POV)

Gue gak inget udah pernah bilang ini apa belum ke kalian, tapi kalau Greyson lagi marah... dia bener-bener lepas kendali. Cepet-cepet gue pegang tangannya sebelum dia ngelempar alat perekam suara itu. Kalau sampai benda itu rusak, kita juga yang rugi.

"Greyson Chance, jika kau mau orangtuamu selamat, datang ke Mansion Flower disebelah toko roti sebelum besok sore. Jangan sia-siakan kesempatan terakhirmu. Atau, serahkanlah dirimu ke polisi dalam kurun 24 jam dari sekarang"

Gue langsung tau kalau rekaman ini jebakan. Corbin pasti yang buat rekaman ini. Ah bodo banget gue,, kok mau aja nerima paket ini-_- Tapi orang yang tadi ngasi rekaman ini kok tau ya gue sama Greyson ada disini? Wah keren juga (?)

Eh fokus YN, fokus -_-

Sejam berlalu semenjak kita berdua mendengarkan rekaman itu. Greyson duduk di lantai, bersila dengan punggung bersandar di dinding antara kasur dan lemari. Dia nggak ngomong apa-apa, tapi dari raut mukanya yang ruwet... gue rasa pikirannya lagi kalut. Atau malah super kalut.

Gue cuma memperhatikan dia dari atas tempat tidur. Gue melirik ke jam dinding. Sebentar lagi pas jam 5 sore. Waktu malah berjalan cepet banget.

"Greyson?"

Pas dia noleh, kedua matanya ternyata merah dan berair. Gue udah maklum. Siapapun yang berada dalam posisinya pun pasti bakal nangis—dan mungkin aja lebih parah dari itu.

"Are you okay?" tanya gue sambil menggeser posisi duduk ke tempat yang tadinya dipake buat naruh bantal. Gue mengulurkan tangan kanan ke Greyson tapi dianya cuma ngeliatin.

"I don't want to get up yet," kata Grey. Suaranya berubah jadi pelan banget. Jelaslah, habis nangis ._.

"No, aku bukan mau membantumu berdiri. Ini apa yang selalu nenekku lakukan setiap kali aku jatuh atau sedih. Beliau membiarkanku menggenggam tangannya, memainkan jari-jarinya, atau memeluk lengannya... Katanya, supaya aku ingat bahwa setiap kali aku 'jatuh', aku tidak akan benar-benar jatuh karena masih berpegangan pada sesuatu."

Greyson nggak banyak bicara. Dia menarik tangan gue, tapi...

Tapi ternyata lebih dari itu!

Dia menarik gue hingga turun dan duduk dengan posisi menyamping pangkuannya. Kemudian kedua tangannya melingkari tubuh gue sebelum gue tertarik lagi lebih rapat dengannya.

"Kau mau aku masuk penjara?" Greyson bertanya.

"Tentu saja tidak. Jangan pernah kau ambil keputusan yang itu."

"Tapi bagaimana jika orangtuaku terbunuh?"

"Itu juga tidak akan terjadi." gue melingkarkan tangan kiri didepan leher Grey, sedangkan tangan kanan dia punggungnya. Gue meletakkan kepala di perbatasan bahu dan lehernya. Greyson mempererat pelukannya.

Gue gak ngerti kenapa kita berada dalam pose seperti ini, padahal kita bukan apa-apa selain teman. Dan gue lebih gak ngerti kenapa nggak ada satupun dari kita yang protes dengan 'posisi duduk' ini.

"Kenapa kau yakin, huh?" Greyson ini banyak nanya juga rupanya hmm

"Kau tau, aku mengalami banyak hal sulit di rumahku." disaat kayak gini, gue jadi inget mama sama papa. "Orangtuaku selalu sibuk bekerja, sehingga aku lebih sering menghabiskan waktu bersama nenekku. Sampai kadang-kadang,aku merasa tidak memiliki orangtuapun tidak akan ada masalah."

"Tapi itu tidak baik,"

"Iya, aku tahu. Aku hanya merasa ingin saja berbagi sedikit denganmu."

Hening... Tapi gue benar-benar menikmati ini.Tubuh Greyson membuat gue hangat, benar-benar hangat...

"YN,"

"Ya?"

"Kau pernah tidak bertanya pada dirimu sendiri tentang apa yang sebenarnya kita alami ini?"

"Kita pergi tanpa arah 'kan? Menghindari polisi, mencari barang bukti..."

"Bukan, bukan yang itu."

Gue menarik diri supaya bisa bertatapan wajah dengan Greyson. "Lalu?"

"I think I... love you,"

**

Animal In the Night -g.c (AITN TRILOGY #1) (ON MAJOR EDIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang