Chapter 38; The war is on her mind (YN's chapter only)

1.8K 168 23
                                    

(Author's POV)

"Kau gila?" tanya Grey namun dengan sebuah senyuman pertanda setuju. YN mengangkat kedua bahunya sekilas lalu terkekeh.

"Tapi bukankah itu ide yang bagus?"

"Aku tidak pernah membunuh seseorang sebelumnya, astaga yang benar saja." Greyson ikut tertawa. Mereka berdua kelihatan seperti hanya sedang bergurau biasa.

"Hei, kau kira aku pernah? Tunggu dulu... Sejauh ini aku telah menghajar cukup banyak orang..." YN mengerutkan kening. Dia teringat, bahkan sejak awal pelarian ini, dia telah menghajar cukup banyak polisi yang hendak menangkap mereka. Selain polisi, dia juga sudah menghajar manager Greyson.

Iya juga sih, trus kenapa nggak sekalian saja gue menghabisi Corbin trus tadaaa gue mendekam deh di penjara, pikir YN. Tapi tentu saja, dia tidak benar-benar serius dengan apa yang dikatakan pikirannya itu.

"Jadi tidak ada salahnya kalau kau bunuh Corbin sekalian, hahaha"

"Tidak lucu," YN memberengut, lalu bangkit berdiri. Greyson menyusul bangun pelan-pelan. Bagian tubuhnya yang tadi sempat lumpuh—kaki, pinggang, punggung—masih terasa agak kaku. Dia bahkan nyaris jatuh lagi, namun untungnya dia cepat berpegangan di salah satu pintu loker.

"Kau oke?" tanya YN khawatir. Greyson hanya mengangguk dengan senyum tipis.

"Kemana kita sekarang?" cowok brunette itu akhirnya bertanya.

Kemana? Sekarang, pertanyaan itu menjadi yang paling susah untuk dijawab. Tidak ada clue yang tersisa, dan petunjuk yang jelas di matapun mulai mengambang. YN mengutuk dalam hatinya. Dia tidak bisa meminta bantuan.

Entah kenapa sampai disini dia lebih ingin berjuang sendirian untuk Grey. Cukup baginya melihat Greyson menangis karena teringat dengan Lauren. Tapi lebih cukup baginya untuk merasa sakit hati karena... dia sadar sekaligus merasa kalau Greyson hanya memanfaatkan dirinya.

Oh YN tidak pernah menceritakannya? Oke, itu artinya dia memendamnya.

Kepala YN mulai terasa pening. Hatinya sakit, tapi dia mengabaikannya. Lauren adalah satu-satunya orang yang beruntung. Hanya Lauren.

Gadis asia itu berjalan ke sisi lain koridor, sekedar ingin menarik diri dari Greyson. Dia memang bertemu dengan Greyson. Dia berhasil mendapatkan apa yang selama ini hanya menjadi mimpinya. Tapi kalau dia berjuang demi Lauren....

YN tersenyum sinis pada dirinya sendiri. Buat apa dia berjuang untuk Lauren? Buat apa dia melarikan diri hanya untuk membantu Greyson mengungkap kematian Lauren?

Pikirannya sendiri kembali membuka beberapa ingatan di masa lalu. Dia melarikan diri, melawan orang tuanya, kabur dari hotel, hanya untuk mendapat sambutan paling pahit dari orang yang selalu hadir dalam mimpinya. 'Sebenarnya siapa yang gila? Gue?'—YN bertanya pada dirinya sendiri.

"Kalau aku membantumu, apa yang akan kudapat?"

"Kau minta imbalan?"

"Tidak juga sih. Bagaimana kalau kita saling membantu? Kubantu kau memecahkan kasus Lauren, mencari siapa pelaku sebenarnya. Lalu, setelah semuanya selesai, kau membantuku pulang ke Indonesia. Bagaimana? Setuju?"

"Oke. Setuju."

Jari-jari YN menyelipkan beberapa helai rambutnya sendiri ke balik telinga, seraya bergumam dalam hati, 'Kalau misi ini awalnya hanya perjanjian supaya gue bisa pulang ke Indonesia, kenapa gue harus melibatkan perasaan?'

'Apa karena Greyson adalah idola gue?'

"Greyson oh my..." YN langsung turun dari kursi dan jongkok disebelah Greyson yang baru saja dia dorong hingga jatuh. "Aduh aku benar-benar minta maaf! Aku.. uh.. aduh gimana ini jelasinnya yah.. bilang aja ini refleks, tapi a—hmph!"

Ucapan YN terpotong dengan satu ciuman tepat di bibir oleh Greyson....

Dia juga tidak bisa memungkiri kalau perasaan itu memang ada. Perasaan itu... meskipun kedengarannya sangat tidak mungkin... tapi nyatanya memang ada di hati YN.

Komputernya ternyata nggak mati; melainkan cuma di sleep. Dan setelah komputernya nyala, gue agak kaget ngeliat desktop backgroundnya ternyata fotonya dia sama Lauren. Mereka fotoan di pantai, dengan pemandangan sunset. Greyson merangkul bahu Lauren, sedangkan Lauren memeluk leher Greyson.

Gue trus iseng buka-buka setiap folder di komputernya. And yea, I found a lot of things about Lala. Seperti foto-foto, baik yang diedit dengan menyisipkan penggalan lirik lagu, atau yang masih aslinya. Greyson nyimpen foto Lala banyak banget. Sempet muncul didalam diri gue perasaan iri sekaligus cemburu sama dia...

'Bahkan sampai detik ini, gue masih cemburu,' aku YN pada keheningan.

...Tapi gue kok jadi iba sama Greyson. Pasti berat kehilangan orang yang dicintai selamanya.

Sampai disini, YN mulai merasa kalau tubuhnya bergetar karena emosi. Dia melangkah lebih jauh lagi dari Greyson, karena dia tidak ingin cowok itu mengetahui apa yang sedang terjadi padanya. YN memejamkan matanya sebentar.

"Kau harus mengerti!" Greyson berseru lebih keras. Nada bicaranya terdengar putus asa meladeni gue. "Ini demi Lauren. Aku ingin menebus kesalahanku ketika kejadian itu, dan hanya ini satu-satunya cara yang bisa kulakukan..."

Tidak, jangan kenangan yang itu—YN menggeleng. Namun ternyata pikirannya lebih sulit untuk dikendalikan dari apa yang dia perkirakan

 

"Aku tahu dia sangat kehilangan Lauren." kata Alexa

Tentu saja. Lauren. Orang yang paling Greyson cintai. Huh.

"Ya, tentu. Dia sangat mencintai Lauren." sahut gue

"Kau kenal Lauren?"

"... Tidak, aku kan bukan dari Amerika."

"Ooh, kukira kau mengenalnya."

"Tapi aku ada disana..."

"Disana?"

"Ya... waktu Lauren bunuh diri. Aku ada disana."

Seketika YN tersentak. Benar! Benar sekali! Waktu Lauren bunuh diri, dia ada disana. Bahkan dia masih ingat sekali, saat itu dia hendak sarapan bersama Dini. Tiba-tiba ada seorang perempuan lewat, dengan banyak paparazzi mengejar di belakangnya. YN sempat mengira dia artis... dan hanya dalam hitungan menit, teriakan heboh menggema dari luar.

Gadis itu melompat dari jendela.

Gadis itu, tewas dengan kepala pecah.

Gadis itu adalah Lauren.

Satu-satunya yang membawa YN kembali ke dunia sadar adalah sebuah pelukan dari belakang... oleh Greyson. Dia kaget, tentu. Tapi sebelum Greyson sempat berkata apa-apa, YN melepas pelukan itu dengan gurauan, "Kau membuatku kaget, haha."

Greyson hanya tertawa pelan, sama seperti YN.

"Ngomong-ngomong, aku tahu kita harus kemana sekarang," lanjut YN dengan senyum.

"Oya? Kemana?"

"Ke Cozy Palace. Hotel tempatku pernah menginap dulu."

"Tunggu, bukannya tempat itu..." suara Greyson memelan, sedangkan sorot matanya bertaut dengan milik YN. YN hanya mengangguk.

"Aku tidak perlu menjelaskannya lagi, 'kan?"

PS: AITN UPDATE YAAAAAAAYYYY XD finally ada waktu untuk nulis :')

oya, promote nih GLS dari temen gue @LeilaOrLila, MISTAKEN LOVE, baca di >> http://www.wattpad.com/story/16332691?utm_source=android&utm_medium=twitter&utm_content=share_reading

^^)b

btw, gue boleh tau nggak, apa sih menurut kalian tentang fanfic2 gue?:) bisa komen yaaa, terutama apa sih yg kurang2 dari fanfic gue? please komentarin yaa supaya next book gue bisa jadi lebih baik lagi yay wkwkwk

 

See you on next chapter guysss; *whisper* go follow meeh >> @kikikristi98 ;)

Animal In the Night -g.c (AITN TRILOGY #1) (ON MAJOR EDIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang