17.Heartbeat

5K 290 145
                                    

.
.
.
.
.

Pagi ini, cuaca cukup mendukung. Jam di pergelangan tangan Jaemin menunjukkan pukul sembilan lewat dua puluh menit. Ini memang bukanlah tempat yang seharusnya mereka datangi dalam waktu secepat ini.

Apalagi pakaian hari ini, bukan hanya Jaemin tapi semua orang yang mengiring untuk mengantar Hanri berpakaian hitam.

Taehyung memimpin di barisan paling depan, tangannya memangku-tidak dia memeluk foto yang menunjukkan wajah tersenyum adiknya dengan rangkaian bunga putih mengelilingi bingkainya.

Jungkook Jimin dan empat orang ajussi menjadi topangan untuk mengangkat peti dimana di dalamnya tubuh Hanri terbaring.

Sedangkan ayah Jimin, sekarang dia mendorong kursi roda dimana sahabatnya itu terduduk lemas menangisi kepergian putrinya.

Hampir satu jam mereka menghabiskan waktu mengembalikan tubuh Hanri ke dalam bumi. Dan sudah tidak satupun orang berada di pemakaman itu sekarang. Hanya Jimin yang masih setia berlutut disana.

Seakan hujan deras yang kini sudah membasahi dirinya tidak berarti apa-apa lagi bagi Jimin. Hanya kerinduan yang dapat dirasakan Jimin saat ini.

Dan yang paling besar adalah rasa penyesalan yang teramat dalam.

***

Tahun ke lima Park Minhee menginjakkan kaki di atas dunia yang indah ini. Putri kecil Jimin tumbuh menjadi gadis cantik yang sangat disayangi oleh kakek dan neneknya.

Tahun ini dia akan masuk sekolah tingkat pertama. Sebagai ayah yang baik, untuk memberi kesan yang berarti Jimin berjanji akan menjemput antar putri kecilnya ke sekolah.

Rian?
Dia bekerja sebagai wanita karir. Dia membuka butik pakaian bermerek.

Dan mengenai ayah Jimin, dia masih menjadi pemilik saham utama Jeguk grup.

Lalu ibu Jimin, sekarang wanita itu duduk di kursi rodanya. Dia mendapat struk ringan semenjak kejadian hari itu. Kejadian dimana sepasang telinganya menerima kabar mengejutkan dari putri kesayangannya.

Walaupun dia bahagia sudah mendapat cucu yang sangat diharapkan dari waktu yang begitu lama. Tapi dia sama, dia tidak bisa berbohong kalau hatinya masih memilih Hanri.

"Menyingkirlah, jangan halangi jalan kami"

Gadis kecil berpipi gemuk itu mendarat di lantai. Dua orang teman sekelasnya mendorong cukup kasar karna Minhee tidak sengaja bertumburan saat akan keluar kelas.

"Jika kau menghalangiku, akan ku potong rambutmu itu"

"Ya! Pergilah!"

Tidak, itu bukan perlawanan dari Minhee. Melainkan seorang siswi lain yang baru saja masuk ke kelas Minhee.

"Kalian ini masih kecil tapi sudah berbuat kejahatan pada teman sendiri, eissss chugullae, ka!"

Dua orang siswi yang tidak kalah imut itu langsung berlari keluar dari kelas. Mereka cukup takut pada siswi yang tadi sempat memarahi mereka.

"Ayo berdiri"

Minhee bangun dibantu siswi yang belum di kenalnya ini. Dengan sepasang mata belok polosnya itu Minhee memandangi wajah cantik yang sangat asing baginya.

"Ayo kutemani kau keluar menemui orang tuamu"

"Mmm"

Minhee mengangguk. Dia mengaitkan tangannya bersama gadis yang sedikit lebih tinggi darinya ini.

It's Lover Pt. IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang