13.Reset

2.4K 221 53
                                    


"Kau mau aku menemanimu malam ini? Aku tidak akan keberatan, aku akan menemani setiap malam mu dengan suara benturan dari tubuh kita sayang"

Rian melempar ponsel tak bersalah itu ke meja rias yang tepat dihadapannya saat ini. Beriringan dengan itu Jimin keluar dari kamar mandi, tentu saja Jimin heran bukan main.

Ekspresi dan hembusan nafas kasar dari istri kecilnya terlihat begitu nyata.

"Ada masalah?" Tegur Jimin.

Bukannya menjawab, Rian malah meraih kembali ponsel itu dan berpindah tempat menuju ranjang kingsize berbalut sprei warna hitam.

Jimin masih mengerti, dia menahan dirinya untuk tidak meledak yang akan membuat dia memaki gadis kecil itu.

Ini hari kelima semenjak Rian memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

Padahal Jimin sudah sempat berfikir, jika Rian tidak kembali dalam waktu tiga hari lagi, dia benar-benar akan melakukan tawaran Jungkook malam itu di club.

Tapi belum sampai setengah hari dia memikirkan itu, ajumma mengabari dia mengatakan kalau Rian pulang.

Brengseknya Jimin dia sempat mendecih saat mendengar kabar kepulangan istrinya.

Gagal lagi Jimin memiliki kesempatan untuk bersama Hanri. Padahal itu sudah difikirkan sangat masak oleh Jimin. Tapi akhirnya nihil juga.

"Bagaimana nilai ip mu? Memuaskan?"

Jimin sebisanya mencoba berkomunikasi dengan Rian. Tapi orang yang diajaknya malah sama sekali tidak bergeming.

Rian masih setia di dalam balutan selimut itu, memunggungi Jimin yang sekarang duduk di tepi ranjang kosong yang disisakannya.

"Wae? Kau masih belum mau berbicara denganku?"

Diam.

"Baiklah, apa yang harus kulakukan agar kau mau berbicara lagi denganku, akan kuturuti apapun keinginanmu"

"Tidur denganku"

Walaupun terdengar samar, tapi Jimin jelas mendengar dua patah kata itu. Bahkan kalimat itu masih menggema di gendang telinga Jimin.

"Jika ajussi lakukan, aku akan berbicara lagi denganmu"

Diam.

Posisi berbalik, sekarang Jimin-lah yang justru terdiam.

"Aku ingin hadiahku karna nilai ip ku tinggi, hanya itu yang ku......."

Rian terkejut, ini nyata. Jimin berada diatasnya sekarang. Bahkan selimut yang tebal membungkusnya tadi entah dibuang kemana oleh tangan kekar Jimin.

Begitu kasarnya Jimin saat merenggut paksa selimut itu dari Rian.

Tetesan air mandi yang belum kering sempurna di rambut Jimin-pun masih sempat jatuh mengenai pipi Rian.

Tatapan Jimin berbeda dari sebelumnya, bahkan jauh dari sebelum-sebelumnya. Ini tatapan pertama yang begitu aneh bagi Rian.

Perlahan namun pasti, Rian memperhatikan Jimin menurunkan kepalanya menghapus jarak di antara wajah mereka. Dan benar tebakan Rian, Jimin mencium lembut belahan bibirnya.

Jangan salahkan Rian kalau sekarang dia sudah menutup mata, Rian menikmati lumatan lembut dari bibir Jimin.

Kali ini Jimin menggila, dia menerima tawaran Rian. Tangannya sudah mulai menjelajahi tubuh Rian. Mulai dari dua gunung kembar diatas dan sekarang sudah meraba pangkal paha Rian.

It's Lover Pt. IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang