Eight : Play with Vito

465K 32K 14.2K
                                    

Anna terdiam di dalam kamar mandi, dia bingung harus apa, pasalnya jika ia keluar dengan hanya di balut handuk, pasti Bian akan menerkamnya. Astaga, Anna bingung, pasti Bian ada di kamarnya, atau lelaki itu keluar? Anna perlahan membuka pintu kamar mandi dan mengintip, matanya langsung melebar ketika melihat ternyata Bian tidak ada di dalam kamarnya.

Anna keluar cepat-cepat dan segera mengunci pintu kamarnya. Astaga, Anna harus berhati-hati dengan semua manusia yang berjenis kelamin laki-laki. Apa sih yang gak nikmat bagi mereka ketika melihat tubuh seorang wanita? Anna dengan cepat memakai bajunya dan setelah selesai ia membuka pintu sudah mendapati Bian di depan kamarnya dengan wajah datar, Anna mengelus dadanya karna terkejut.

"Kakak kenapa kayak setan sih? Suka muncul seenaknya," ujar Anna benar-benar kesal. Bian mendengus sebal.

"Habis ganti baju kan?" Tanya Bian.

"Iya, kenapa emang?!"

"Ah seharusnya gue di dalem tadi, biar dapet bonus," ujar Bian kecewa, Anna tidak habis pikir dengan Bian, namun dengan cepat ia keluar kamar dan mencoba ke ruang tamu untuk menonton TV, Bian mengekorinya dan ikut duduk di sofa depan.

Anna menonton TV dengan wajah kesal, bagaimana tidak, Bian sedari tadi hanya menatapnya saja. Anna risih sekali, dengan cepat ia menoleh.

"Udah kak liatinnya," ujar Anna.

"Lo cantik sih, jadi susah berpalingnya." Anna memutar bola matanya malas.

"Bagaimana dengan kak Sara? Lebih cantik dia," balas Anna dengan wajah jutek lalu kembali menatap layar TV. Bian tersenyum simpul atas sikap Anna.

"Iya sih cantikan dia," ungkap Bian membuat mata Anna sempat membulat, namun dengan segera ia tidak peduli.

"Sara itu orangnya manis, dewasa, nurut, dan baik banget. Gue aja sampe terpikat sama dia," jelas Bian yang Anna sama sekali tidak mau dengar.

"Dia juga-"

"Udah deh kak, sana kalo mau balikan mah. Gausa deketin Anna lagi, lagi pula kakak deketin Anna waktu itu karna kak Sara nggak ada kan?" Anna mengerjapkan matanya beberapa kali saat menyadari bahwa ia mengucapkan itu. Ada apa dengan dirinya? Apakah dia cemburu? Sialan.

"Gue bercanda," ucap Bian tiba-tiba. Anna masih terdiam.

"Lo lebih dari segalanya, Anna. Gue cuma bercanda soal kelebihan dia tadi," terang Bian lagi lalu dia memeluk lengan Anna manja membuat dahi Anna mengkerut dibuatnya.

"Gue sayang sama lo, kayaknya juga lo udah sayang sama gue ya? Kita jadian yuk, siapa tahu bisa sampe kejenjang pernik-"

"Kak, jangan aneh-aneh deh."

"Maaf, tapi please, jangan nyuruh gue buat ngejauh. Gue gabisa, soalnya gue udah ada perasaan sama lo," ucap Bian aneh, yah sangat aneh dan menyebalkan. Anna masih pada posisinya terdiam dan mendengarkan apa yang akan Bian ucapkan lagi.

"Sara itu masa lalu, dan lo masa depan gue Anna," ungkapan tersebut menyentuh hati Anna. Anna menggelengkan kepalanya cepat merasa sudah bodoh karna baper sama ucapan Bian.

"Sara itu siapa sih?" Anna sudah gatal ingin mengungkapkan pertanyaannya.

"Dia sahabatan sama kita," jawab Bian tanpa ragu untuk memberitahu.

"Terus jadi kalian terjalin cinta segiempat gitu?" Tanya Anna lagi.

"Iya," jawab Bian semakin menyebalkan dengan menaruh kepalanya di paha Anna seraya memejamkan kepalanya.

"Ceritain coba kak, aku pengin denger."

"Kalo gue cerita, gue di kasih apa nih?" Pertanyaan tersebut membuat Anna dongkol setengah hidup, menyebalkan sekali Fabian Greaster ini.

ANNA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang