Thirteen : Bian wanna eats me

383K 28.1K 8.3K
                                    

Selamat membaca!
Jangan lupa komen tiap paragraf biar rajin up:)

.
.
.

"Kak Bian?" Entah bagaimana lelaki ini bisa masuk ke dalam rumahku. Aku dengan segera mengusap air mataku yang sudah mengalir sedari tadi. Kak Bian melangkahkan kakinya menujuku membuatku meringsuk ke pojokan, tentunya sampai punggungku menyentuh penyangga kasur.

"Kenapa lo mikirin itu?" Tanya kak Bian lalu duduk di pinggir kasur. Jarakku dengannya terpantau jauh, dia dipinggir kasur, aku di pojoknya.

"Siapa yang membuat lo jadi berpikiran seperti itu?" Pertanyaan kak Bian membuatku terdiam sejenak untuk meresapi ucapannya. Aku masih bingung dengan semuanya, kenapa begitu manis dan sakit yang hadir secara bersamaan.

"Kak Bian kenapa bisa ada di sini?" Alihan tersebut sepertinya tak membuat raut datar kak Bian berubah, lelaki itu malah terlihat sangat menakutkan. Dan aku tidak tahu harus apa.

"Gue nanya, siapa yang buat lo berpikir kayak gitu? Sargas?" Aku langsung menggeleng.

"Anna..cuma gamau kalian bertiga jadi cinta Anna, Anna gabisa cintain tiga lelaki sekaligus kak," balasku seraya menggeleng.

"Gue emang udah cinta sama lo, Anna. Seharusnya lo tahu itu, dan lo gak harus cintain tiga lelaki, hanya satu dan orang itu adalah gue," aku mengerjapkan mataku beberapa kali untuk menyadarkan, bagaimana kak Bian bisa berkata seperti itu, dia yang bilang kalau dirinya hanya mainan, tapi sekarang dia bilang dia mencintaiku.

"Kak, kakak sendiri yang bilang kalau Anna cuma mainan kalian. Pasti kalau Anna nyatain cinta ke kak Bian, kak Bian bakalan ninggalin Anna setelahnya." Penuturanku tersebut senyum kak Bian mengembang, entah apa yang ada di pikirannya saat ini, tangan kak Bian bergerak lalu menarik kedua kakiku sampai pada akhirnya aku kini berjarak cukup dekat dengannya.

Apa badanku seenteng itu? Aku terkejut bukan main, dadaku bergemuruh. Kak Bian menaikkan sebelah alisnya.

"Lo tuh gasopan, orang ngomong itu jangan jauh-jauhan," ucap kak Bian. Aku menelan salivaku namun kini aku semakin tidak berani saat kak Bian menatapku dalam sekali seperti meminta penjelasan.

"Lo selalu bilang, salah kita bertiga yang cinta sama satu cewek, ya kan?" Aku menggeleng.

"Aku gabilang," jawabku.

"Lo bilang."

"Tapi bukan ke kakak."

"Tapi gue tahu," balas kak Bian dan aku langsung skakmat memilih untuk diam.

"Sebenernya yang salah itu...elo, Anna." Aku melotot dengan penuduhan kak Bian.

"Kok-"

"Lo yang buat kita bertiga terpikat, lo yang buat kita bersaing buat dapetin lo, dan lo yang buat kita bersepakatan untuk mendapatkan hati lo, jadi semuanya salah lo," tutur kak Bian seraya tersenyum manis. Aku bahkan sampai terpaku dengan senyumannya.

"Jadi, gausah nangis," tambahnya. Aku masih menatap wajah kak Bian tanpa berkata-kata.

"Leher lo kenapa di plester?" Aku membeku sejenak lalu menggeleng.

"Kenapa di tutupin?" Tanya kak Bian.

"Kenapa kakak bawel banget sih? Suka-suka Anna," balasku sarkas. Kak Bian tertawa kecil lalu lalu mendekat membuat jantungku berdetak tidak karuan, lalu perlahan kak Bian melepaskan plester yang menempel di leherku.

"Bagus juga di liatin gini. Tutupinnya punya Sargas aja," ujarnya seraya tersenyum.

"Kak Bian," panggilku, kak Bian menatapku tanpa menjawab.

ANNA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang