Twenty 2 : Let's start this game

314K 24.8K 12.1K
                                    

Happy Reading!


Akhirnya waktu yang ditunggu semua murid datang, bel istirahat berbunyi membuat sang guru mau tidak mau menyelesaikan pelajarannya. Saat guru keluar, tak lama Sargas datang membawakan makanan untuknya, teman sekelasnya mulai bisik-bisik dengan adanya Sargas di kelas 11.

"Gausah repot-repot, Kak," ucap Anna pelan, hampir berbisik, hanya saja telinga Sargas masih mampu mendengarnya.

"Makan," suruh Sargas menghiraukan ucapannya. Anna menghembuskan napasnya pasrah lalu membuka kotak makanan yang Sargas berikan, seketika dahinya mengernyit saat menyadari warna dan bentuk tempat makan yang Sargas berikan untuknya.

"Kenapa?" tanya Sargas karna sedari tadi Anna malah diam, bukannya memakan makanan yang sudah di bawakannya.

"Itu...kak Sargas bawa sendiri?" Sargas langsung salah tingkah, terlihat jelas ia menghindari tatapan Anna.

"Udah makan aja." Anna menggeleng.

"Kakak nyolong ya?"

"Mikir sebelum nebak, lo pikir gue semiskin itu." balasan tidak terima Sargas membuat Anna menunduk.

"Terus Kakak dapet dari mana?"

"Makan aja."

"Kakak nggak ada niatan ngasih tau?"

Sargas langsung bangkit dari duduknya dan melenggang pergi begitu saja tanpa memedulikannya. Astaga, Anna benar-benar bingung dengan lelaki satu ini.

Anna menghembuskan napasnya pelan lalu mulai memakan nasi pemberian Sargas, sedangkan Sargas sendiri enggan memberitahu Anna bahwa ia memang membawanya sendiri, dan itu kotak makan milik Sara, sewaktu Sara membawakannya makan ke apartemen dan menyimpan kotak makannnya di apartemennya.

Dan entah pikiran dari mana Sargas meminta izin untuk keluar sekolah hanya untuk membuat makanan untuk Anna. Sialan, Sargas kabur karna takut tidak enak makannya. Dia bahkan asal membuat, setidaknya  ia tidak melihat Anna muntah-muntah.

Saat itu juga ia berhadapan dengan Bian, dan jika kalian mau tahu, Bian melipat kedua tangannya di bawah dada seraya menatap Sargas dari ujung rambut hingga kaki. Dan Sargas hanya menampilkan wajah datar tanpa ekspresi.

"Gas, katanya mau baku hantam, jadiin lah," ujar Bian tanpa mau melihat Sargas.

"Bocah," sarkasnya. Bian mendengus sebal.

"Anna punya gue." Sargas tertawa kecil.

"Mimpi lo."

"Kenapa lo mau banget sama Anna?" pertanyaan Bian membuat Sargas menghentikan langkahnya.

"Kenapa? Karna lo yang mempertemukan gue sama dia," setelah Sargas terus melangkahkan kakinya menjauh dari Bian, sedangkan Bian sendiri bingung, dan tentunya menyesal karna mempertemukan Sargas dengan Anna, dan niatnya memang hanya untuk bermain-main saja, namun naasnya kini ia memang benar-benar menyukai Anna.

Bian melangkahkan kakinya menuju kelas Anna, dan Anna sedang duduk, wajahnya masih terlihat pucat, dengan cepat Bian masuk ke dalam kelas Anna, wajah Anna terlihat terkejut dengan kedatangannya.

"Maafin gue ya," ucap Bian membuat dahi Anna mengkerut.

"Ke-kenapa minta maaf, Kak?"

"Lo masih sakit jadi harus sekolah, kalo gue tahu, gue nggak bakal biarin lo sekolah, Ann." Anna menggeleng pelan.

"Anna enggak apa-apa, Kak. Lagipula memang ini kemauan Anna sendiri, kak Bian nggak perlu merasa bersalah  kayak gini," ujar Anna membenarkan ucapan Bian, Bian menyenderkan punggungnya pada kursi samping Anna.

ANNA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang