Part 1

8.1K 337 17
                                    


Seorang pemuda tampan terlihat menuruni tangga, wajahnya yang datar dan dingin sama sekali tidak mengurangi pesona dan ketampanannya.

Pemuda itu terlihat sudah rapi dengan balutan seragam sekolah menengah atas. Tahun ini adalah tahun ketiga ia bersekolah di salah satu sekolah elit di Jakarta.

"Mau sarapan apa Den?"

"Tidak usah. Gue langsung cabut."sahutnya dingin membuat asisten rumah tangganya mencibir, "Untung ganteng."cibirnya dengan berani.

Pemuda itu tidak menghiraukan sama sekali tingkah kurang ajar pembantunya, ia meneruskan langkah menuju pintu utama rumahnya.

Saat melewati ruang keluarga ia menghentikan langkahnya saat melihat pigura foto ibunya yang berukuran besar tertempel didinding.

"Sudah satu minggu Mama pergi. Apa Mama bahagia disana? Ali kesepian disini Ma."bisik pemuda itu dengan suara lirih sarat akan kesedihan.

Pemuda itu bernama ALIANDRA PUTRA WICAKSANA, putra simata wayang pasangan Andrian Wicaksana dengan Ranti Wicaksana yang baru saja meninggal dunia satu minggu lalu akibat penyakit yang dideritanya.

Ali mengusap air matanya dengan cepat, ia berusaha memamerkan senyuman tulusnya pada foto sang ibu, "Mama cantik kalau lagi tersenyum seperti itu buat Ali jatuh cinta."Ujarnya sambil terkekeh.

Ali menahan rasa sesak di dadanya, ibunya memilih menyerah pada penyakit yang ia derita dan disaat terakhir ibunya hanya ada dirinya disana.

Ali berdehem berusaha mengenyahkan rasa sesak di dadanya, "Ali kesekolah dulu ya Ma. Mama harus bahagia disana."

Ali segera beranjak menuju pintu rumah dan disaat itu pula pintu rumah terbuka memperlihatkan seorang pria tampan lainnya yang membuat wajah Ali mengeras seketika.

"Ke sekolah kamu."ujarnya biasa saja membuat amarah Ali memuncak.

"Papa jahat! Kenapa Papa setega ini sama Mama?"Ali menggengam erat helm yang berada ditangannya.

"Maafkan Papa. Papa tidak bermaksud untuk menyakiti kamu dan almarhumah Mama kamu."Ujar Adrian lelah.

Ali mendengus dengan cepat ia memakai helm miliknya lalu menaiki sepeda motornya melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan perkarangan rumahnya.

Air mata Ali menetes sepanjang jalan kepalanya hanya berisi kenangan bersama ibunya yang sudah meninggal satu minggu yang lalu.

"Mama sayang kamu Nak. Kamu harus tahu itu Sayang."

Ali semakin menambah laju kendaraannya sampai suara knalpot motornya meraung membelah jalanan. Ali sibuk dengan rasa sedihnya sampai ia tidak menyadari saat seorang gadis menyeberang di depannya.

Ali terkejut dengan cepat ia membelokkan motornya hingga ia menubruk trotoar dan seketika ia terjatuh dan berguling-guling di jalanan.

**

"Ibu aku kesekolah dulu ya. Doain hari ini ulangan aku lancar."Seru seorang gadis sambil memeluk ibunya.

"Tentu Nak. Doa terbaik ibu selalu untuk kamu."

Gadis cantik berambut panjang itu tersenyum senang sambil mengeratkan pelukannya, "Sudah sana keluar, Tasya udah jemput itu."

Gadis itu mengangguk, "Pergi dulu ya Bu."pamitnya tanpa lupa mencium punggung tangan ibunya.

Dia si cantik bernama, RAHAYU APRILLYA, gadis bertubuh mungil yang sedang menempuh pendidikan disekolah tingkat atas.

Laras tersenyum saat melihat tubuh mungil putrinya sudah menghilang dibalik pintu, "Mas lihat putri kita sudah tumbuh besar sekarang."ujar Laras sambil mengusap air matanya.

Mengejar BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang