Bab 33

1.9K 202 16
                                    


"Ibu ingin kamu tetap tinggal bersama Om Adrian dan hormati Om Adrian seperti kamu menghormati Ibu Nak. Ibu tidak akan tenang kalau kamu tidak berada dibawah pengawasan Om Adrian."Ungkap Laras dengan suara semakin lirih.

Tanpa pikir panjang Prilly segera mengangguk setuju. "Iya Buk. Prilly akan tinggal bersama Om Adrian dan akan menghormati Om Adrian seperti ayah Prilly sendiri."janji Prilly membuat Laras tersenyum.

"Putri Ibu yang cantik. Ibu sayang kamu Nak. Sayang kamu."bisik Laras dengan mata mulai terpejam secara perlahan.

"Prilly juga sayang Ibu. Prilly sayang Ibu."balas Prilly dengan tangisan semakin kencang.

Adrian menangis tersedu-sedu disisi kiri Laras, "Aku mencintaimu Laras."Ucap Adrian pilu.

Ali yang melihat semua itu sontak mengepalkan tangannya, bayangan dimana Mamanya meninggal tanpa kehadiran Adrian menyeruak diotaknya.

"Mama Sayang Ali.. Mama mencintai kamu Nak."

Ali baru akan menjawab ucapan cinta ibunya tapi mata Ibunya terburu terpejam untuk selamanya hingga menyisakan kesedihan mendalam bagi Ali. Saat itu hanya ada dirinya yang menemani sisa umur Ibunya, tidak ada Adrian pria yang sangat dicintai oleh Ibunya.

Laras menghembuskan nafas terakhir dengan dikelilingi oleh orang-orang yang dicintai. Hingga tangisan Prilly menyadarkan semuanya kalau Laras sudah pergi untuk selama-lamanya.

Prilly menangis histeris ia menjerit memanggil Ibunya. Adrian membenamkan wajahnya disamping wajah Laras, menangisi kepergian wanita yang sangat dicintai olehnya.

Tasya serta Kevin, Luna dan Randi menundukkan kepalanya ikut merasakan kepedihan hati Prilly yang ditinggal Ibunya untuk selamanya. Ali yang juga berdiri tidak jauh dari sana menatap Prilly dengan berkaca-kaca.

Prilly terus menangis dengan memanggil Ibunya. Menggoyangkan tubuh Ibunya terus menerus namun tetap tidak ada reaksi apa-apa dari wanita yang sangat dicintai olehnya.

Prilly menggelengkan kepalanya berusaha menolak kenyataan yang terjadi hingga tanpa sengaja ia melihat bayangan Ali yang sudah berjalan menjauhi UGD.

Tanpa menunggu lagi Prilly segera beranjak dari kursinya lalu berlari menyusul Ali. Tasya dan Kevin yang melihat Prilly segera mengikutinya. Luna juga akan beranjak namun Randi terlebih dahulu menahannya.

"Jangan ikut campur Lun. Ini bukan urusan lo."Ucap Randi sambil menyeret Luna untuk menjauh dari sana.

Prilly ingin berlari secepat mungkin namun lututnya yang lemas menyulitkan langkahnya hingga akhirnya ia memilih menjerit memanggil nama Ali.

"ALIII!!!"

Teriakan Prilly berhasil menahan langkah Ali. Mengadahkan wajahnya keatas Ali berusaha menormalkan nafasnya yang tidak teratur.

Prilly menyeret kakinya menuju Ali dan begitu tiba di hadapan Ali dengan tangan kecilnya dia memukul dada Ali. "Ibu aku meninggal karena kamu! Jika kamu tidak melakukan hal jahat itu Ibuku tidak akan meninggal. Ibuku masih akan menghadiri hari kelulusanku. Dan aku masih berkesempatan untuk melihat senyum Ibuku lebih lama. Kenapa kamu seperti ini Ali? Kenapa?"Prilly terus memukul dada Ali diikuti tangisan yang begitu menyayat hati.

Ali membiarkan Prilly memukul dadanya bahkan dia membiarkan Prilly menyenderkan kepalanya di dadanya. "Hiks.. Ali.. Bagaimana ini? Aku sendirian, aku tidak memiliki siapa-siapa lagi. Hiks.. Hiks.."

Tangan Ali terangkat ingin membalas pelukan Prilly namun terhenti ketika Prilly kembali berteriak dan memukuli dadanya lebih kuat. Ali tidak apa-apa jika Prilly memukulnya tapi kata yang teriakan oleh Prilly mampu mengoyak hatinya.

"Pembunuh! Kamu pembunuh Ali! Kamu pembunuh!"

Dengan cepat Ali menyentakkan tubuh Prilly hingga gadis itu terhuyung dan jatuh ke lantai lalu dengan cepat Ali bergerak meninggalkan Prilly yang menangis tersedu-sedu disana. Tasya segera menghampiri Prilly lalu memeluk erat sahabatnya.

Adrian mengecup lembut kening Laras menatap wanita yang sangat dia cintai untuk terakhir kalinya. "Aku mencintaimu Laras bahkan kini kamu sudah membawa seluruh cintaku bersamamu."

**

Ali berdiri di samping makam Ibunya. Matanya berkaca-kaca bahkan satu tetes airmata menetes disudut matanya. Muka Ali memerah karena menahan tangisnya. Ali meluapkan semua perasaannya di depan Makam sang Ibu.

"Aku tidak bermaksud Mama. Aku tidak bermaksud membuat Ibu Prilly meninggal. Mama tahu kan? Mama mengerti perasaan Ali kan?"Katanya sendu menatap makam Mamanya.

Ali mendudukkan diri disisi makam sang Ibu. Dia menyesali semuanya dia menyesali apa yang sudah terjadi pada Laras.

Setelah menghabiskan waktunya beberapa jam disana akhirnya Ali melangkah menuju restoran Kevin. Disana sudah ada Kevin dan Luna sedangkan Randi entah berada dimana.

Ali datang dengan wajah lesunya. Begitu melihat kedatangan Ali, Kevin segera beranjak mendekati Ali dan menuntut Ali bercerita atas apa yang dia lakukan pada Prilly dan Ibunya.

"Sebenarnya apa sih yang ada diotak lo Li? Sebegitu bencinya lo sama dia sampai-sampai lo setega ini?"Tanya Kevin tak habis fikir. Dia benar-benar shock saat mendengar cerita Tasya atas apa yang dilakukan Ali pada Ibu Prilly.

Ali memilih bungkam. Melihat kebungkaman Ali membuat emosi Kevin tersulut dia hampir melayangkan satu pukulan pada Ali jika saja Luna tidak berteriak dibelakangnya.

"Lo apa-apaan sih Kev. Ibu Prilly mati karena dia penyakitan dan orang penyakitan mati itu hal biasa. Ngapain lo nyalahin Ali."Ngotot Luna membela Ali bahkan kini gadis itu berdiri di hadapan Ali.

Kevin mengerjap bingung melihat apa yang dilakukan Luna, amarahnya semakin tersulut ketika melihat Luna membela Ali yang jelas-jelas bersalah disini. "Lo nggak bisa nutup mata lo Lun. Disini Ali bersalah. Dia yang menjadi salah satu penyebab kematian Ibunya Prilly!"Teriak Kevin penuh emosi.

"Seharusnya lo belain sahabat kita bukannya mojokin Ali seperti ini. Sebenarnya lo sahabat Ali apa cewek kampung itu sih hah?"marah Luna sambil menunjuk-nunjuk wajah Kevin.

Ali masih terdiam, dia membiarkan sahabatnya membuat keributan karena dirinya. Ali memang berada disana tapi jiwanya entah berada dimana.

"Gue melihat semuanya berdasarkan fakta. Kalau Ali gue bakal tetap bilang salah. Kalau dia benar mati-matian gue bakal belain dia. Tapi disini dia salah Luna! Disini Ali bersalah dia yang menjadi penyebab utama kematian Ibu Prilly dan elo nggak bisa nutupin mata akan kebenaran itu!!"Teriak Kevin penuh amarah dia nyaris kalap menggoyangkan bahu Luna agar sahabatnya itu sadar namun Randi terlebih dahulu datang menahan tangannya.

"Kalian apa-apaan sih hah? Prilly sedang berduka meskipun dia bukan teman dekat kita tapi sebagai sesama manusia kita harus berbela sungkawa atas apa yang terjadi padanya."Tegur Randi sambil menatap tajam sahabat-sahabatnya.

Kevin dan Luna kembali beradu mulut hingga membuat Ali menyingkir dari sana. Randi sibuk menenangkan sahabat-sahabatnya hingga tidak melihat Ali yang sudah pergi dari restoran Kevin.

Kevin terus membentak Luna yang selalu membela Ali. Dimata Luna Ali tidak pernah salah padahal dia sudah menjelaskan semuanya pada Luna dan Randi kalau penyebab Ibu Prilly drop dan harus dilarikan kerumah sakit adalah ulah Ali.

Tapi bagi Luna kematian ibu Prilly sudah sewajarnya karena wanita itu mengidap penyakit mematikan. Randi nyaris gila menghadapi sikap keras kepala dua sahabatnya ini.

*****

Mengejar BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang