Bab 35

2.2K 236 24
                                    


Setelah kepergian Ali dengan cepat Prilly memasuki kamarnya. Prilly membuka lemarinya lalu mengeluarkan koper besar miliknya. Prilly menangis disela kegiatannya memasuki baju-baju miliknya.

Dia sedang berduka atas kematian Ibunya tapi kenapa lukanya harus ditambah dengan kepergian Ali. Dia memang membenci Ali atas kejadian ini tapi dia tidak ingin Ali diperlakukan seperti itu.

Prilly menangis sesenggukan mengingat bagaimana Ali melawan Om Adrian. Hatinya berdenyut sakit ketika Ali menghina dirinya dengan mengatakan dia adalah anak hasil perselingkuhan Om Adrian dan Ibunya. Dia yakin Ibunya bukan wanita murahan seperti yang dituduhkan oleh Ali.

Wati yang kebetulan melintasi kamar Prilly melihat pintu tidak ditutup membuatnya melongokkan kepala untuk melihat Prilly dan betapa terkejutnya dia saat melihat Prilly sedang mengemaskan barang-barang miliknya.

"Ya ampun Prilly. Kamu ngapain? Kenapa pakai koper segala kamu mau kemana?"Wati tidak bisa menghentikan mulutnya untuk bertanya.

Hanya isak tangis Prilly menjawab karena gadis itu masih sibuk mengeluarkan baju miliknya dari dalam lemari lalu ia lemparkan ke dalam koper begitu saja.

"Tuan.. Tuan Adrian! Non Prilly mau pergi ini!"Teriak Wati sambil menahan tangan Prilly yang ingin menarik resleting koper miliknya.

"Lepasin aku Mbak!"Prilly meronta-ronta ketika Wati menarik koper miliknya.

"Enggak akan!"tegas Wati keras kepala.

Prilly dan Wati akhirnya saling menarik koper sampai koper itu terlepas dan melayang kearah pintu hampir mengenai kepala Adrian yang kebetulan masuk ke dalam kamar Prilly.

"Ada apa ini?"Tanyanya setelah pulih rasa keterkejutannya.

"Prilly akan keluar dari rumah ini Om."Jawab Prilly sambil menatap tepat kemata Adrian.

Adrian terkejut dengan cepat ia mendekati Prilly. "Tidak Prilly. Kamu akan tinggal bersama Om seperti janji kamu sama almarhumah Ibu kamu."

Prilly menggelengkan kepalanya, "Saya tidak bisa tinggal disini dan membiarkan Ali terus menerus menghina Ibu saya."

"Tidak akan. Om tidak akan membiarkan dia menyakiti kamu lagi. Jika kamu keberatan tinggal di lantai yang sama dengan Ali kamu boleh pindah ke bawah dan menempati bekas kamar Ibu kamu."

Prilly menangis kembali bukan perihal Ali yang menghina dirinya yang membuat dia nekad pergi tapi dia tidak bisa melihat pertengkaran Ayah dan anak ini hanya karena dirinya. Dia tidak bisa melihat Ali terluka.

"Om kenapa Om usir Ali? Dia putra Om. Aku tidak ingin keberadaanku disini menjadi penyebab pertengkaran kalian dan membuat Ali terusir dari rumahnya sendiri."Ujar Prilly disela isak tangisnya.

"Aku tidak mau tinggal disini. Dan Om apa benar Om menginginkan kepergian Ali? Jika aku keluar dari sini maka Ali akan kembali pulang."Tanyanya dengan berurai airmata.

Ali menghela nafas lelah, pertengkaran dengan putranya tadi benar-benar menguras tenaganya. "Bukankah kamu sudah berjanji didepan Ibumu kalau kamu akan tinggal bersamaku. Dapatkah Om menuntut janji itu sekarang?"Tanya Adrian penuh pengharapan.

Prilly terdiam begitu pula Wati yang masih berdiri disana. "Perihal Ali. Om janji akan kembali membawanya pulang tapi sekarang biarkan Ali tenang dan merenungi semua kesalahannya. Om menyayangi Ali dan Om tidak mungkin membiarkan dia terlunta-lunta di luar sana."Ungkap Adrian lagi kali ini wajah lelah Adrian benar-benar terlihat.

Prilly mengangguk setuju dia tidak mungkin menambah beban Adrian dengan drama seperti ini. Maka dia mencoba untuk berlapang dada dan menepati janjinya pada almarhumah sang Ibu.

Mengejar BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang