Part 4

2K 227 12
                                    


"Masakanmu sama sekali tidak enak Wati."Ketus Ali setelah melahap nasi goreng buatan Wati, asisten rumah tangganya.

Wati mencibir dengan berani,"Suruh siapa marah-marah terus den sampai-sampai semua koki dirumah mengundurkan diri karena tidak tahan dengan sikap pemarah Aden."

Ali mendengus sepertinya hanya Wati asisten rumah tangga yang berani sekali mengomentari tuannya. Ali tidak mau ambil pusing dan terus melahap nasi di piringnya.

Ia sudah siap dengan seragam sekolahnya, sampai matanya menangkap sosok Adrian menuruni tangga yang seketika membuat nafsu makannya menghilang.

Dengan kasar Ali membanting sendoknya membuat Wati terperanjat kaget sedangkan Adrian menghentikan langkahnya saat melihat tatapan tajam yang Ali tujukan padanya.

Mencoba mengabaikan Ali dengan langkah santai Adrian berjalan menuju meja makan sebelum Adrian menarik kursi Ali terlebih dahulu beranjak dari sana.

"Tidak ingin menemani Papa makan Li?"

Ali menghentikan langkahnya saat mendengar suara Adrian, "Selama ini aku terbiasa makan bersama Mama jadi maaf kehadiran Papa benar-benar membuatku tidak nyaman."sahut Ali dingin lalu beranjak meninggalkan ruang makan.

Adrian menghela nafas saat melihat tubuh putranya yang sudah menghilang dibalik pintu ruang makan, Wati yang menyaksikan bagaimana ketidakharmonisannya keluarga Tuannya hanya mampu menghela nafas.

"Tuan mau sarapan apa?"Tanyanya berusaha mengalihkan kesedihan dimata Adrian.

Adrian mengerjap beberapa kali sebelum berusaha tersenyum pada Wati,"Saya kopi saja seperti biasa."

Wati mengangguk lalu berbalik menyiapkan kopi untuk Adrian yang masih termenung dimeja makan. Matanya tertuju pada kursi yang ditempati oleh Ali tadi.

Adrian merasa hubungannya dengan Ali benar-benar memburuk bahkan ia belum memiliki ide untuk memperbaiki hubungan mereka.

Disaat Adrian sedang larut dengan pemikirannya tiba-tiba Tama masuk dengan membawa tablet ditangannya.

"Bacakan semua jadwalku hari ini Tama!"

**

Ali memarkirkan sepeda motornya setelah hampir satu jam ia lalui untuk sampai ke sekolahnya. Mood Ali hari ini benar-benar buruk, entah kenapa setiap melihat Papanya ia selalu terbayang bagaimana tangisan Mamanya setiap mengingat Papanya.

Ali memejamkan matanya ia tidak ingin mengingat apapun lagi yang akan membuat moodnya semakin buruk.

Ali melepaskan helmnya lalu turun dari motor besarnya sambil merapikan rambutnya yang terlihat berantakan tiba-tiba matanya melirik kearah gerbang suasana sekolah yang berada tepat di depannya.

Seketika senyuman Ali terbit saat melihat seorang gadis mungil yang sedang berjalan melewati gerbang sekolahnya.

Gadis itu terlihat cantik dengan rambut panjangnya diikat satu ditengah kepala. Ali semakin menerbitkan senyumannya saat sebuah ide tiba-tiba muncul di otaknya.

"Tunggu saja gadis manis, lo akan segera mendapatkan kejutan dari gue."ucap Ali dengan senyuman misteriusnya.

Ali melangkah menuju kelasnya, ia bersiul-siul bahagia sepanjang melewati lorong menuju kantin. Ali masih lapar ketika meninggalkan rumah tadi jadi ia harus segera ke kantin untuk mengenyangkan perutnya.

Ali melirik jam masih terlalu pagi ya setidaknya hampir setengah 8 itu masih terlalu pagi untuk seorang Ali.

"Mbak satu porsi lontong lengkap kerupuk minumnya es teh manis satu ya."Teriak Ali ketika memasuki kantin yang segera diacungi jempol oleh pedagang di kantinnya.

Mengejar BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang