Bab 24

1.6K 218 16
                                    


"Alii.."Prilly menyentuh pelan bahu Ali.

Ali mengerjapkan matanya, "Gue nggak bakal ganggu ketenangan Ibu lo asal lo bawa Ibu lo keluar dari rumah gue!"

"Aku akan membawa Ibuku keluar dari rumah kamu tapi nanti Li. Nanti setelah kesehatan Ibuku membaik."Prilly mulai frustasi dengan kekerasan hati Ali.

Ali mengedikkan bahunya dengan acuh, "Berarti lo harus siap kalau kedepannya gue akan semakin buat lo dan Ibu lo semakin tersiksa tinggal di rumah gue."

"Atau jangan-jangan lo di suruh Ibu lo buat rayu gue begini ya?"

"Maksud kamu apa?"Tanya Prilly tak mengerti.

Ali mendengus kasar, "Gue mengerti sekarang. Ternyata maksud lo ajak gue bertemu dan mau gue ajak ketempat begini karena lo ingin rayu gue kayak Ibu lo rayu Papa gue kan?"Tuduh Ali dengan memperlihatkan seringainya.

Prilly membulatkan matanya, "Lo memang kelewatan ya. Nggak bisa diajak bicara baik-baik. Dasar otak udang!"maki Prilly membuat mata Ali terbelalak.

"Lo..baru saja ngatain gue otak udang?"

"Apa?! Lo nggak terima? Mau pukul gue? Pukul. Dan gue bakal balas mukul otak lo biar lo sadar! Dasar bodoh."Prilly benar-benar meluapkan kekesalannya pada Ali.

Ali semakin dibuat terkejut dengan perubahan sikap gadis dihadapannya ini. "Gila ya. Belum sampai 10 menit lo ngomong lemah lembut sekarang lo berubah seperti ini. Sulit dipercaya."

"Ya. Gue nggak tahan sama sikap bodoh lo. Gue kesal karena hati lo begitu sempit. Buka mata lo Li. Didunia ini bukan cuma lo yang punya masalah, semua orang punya masalah tapi cara mereka menanggapinya berbeda dengan cara lo yang kekanak-kanakan begini."Kata Prilly dalam satu tarikan nafas. Dia seprtinya mulai kehabisan kesabaran menghadapi Ali.

Ali sungguh dibuat terpukau dengan gadis di hadapannya ini. Rahangnya mengeras seketika dengan mata menyipit tajam dia berujar, "Jangan pernah lo bandingin kehidupan gue sama orang lain terlebih sama hidup lo yang nyusahin orang itu. Lo yang harusnya buka mata Pril, lo dan Ibu lo itu manusia nggak tahu diri bahkan setelah gue usir berkali-kali lo masih bertahan hanya karena uang Papa gue. Memalukan."

Prilly menggeleng pelan ia tidak percaya Ali bisa melakukan hal seperti ini padanya saat Prilly baru akan membalas perkataan Ali, pria itu terlebih dahulu berbicara. "Gue nggak mau dengar lagi apapun penjelasan dari lo. Sekarang gue mau pulang dan lo cari sendiri cara agar lo bisa pulang dari sini."Kata Ali sambil memakai helmnya kembali.

Prilly tergagap ia berusaha menahan Ali yang sudah menghidupkan motornya. "Ali. Ali please gue mohon jangan tinggalin gue disini Please. Gue takut. Alii.. Aliiiii!!!" Prilly berteriak memanggil Ali yang sudah melajukan motornya.

Prilly berdiri tegak sambil menoleh ke kiri dan kanan. Ali benar-benar tega meninggalkan dirinya sendiri ditengah hutan seperti ini. Mata Prilly mulai berkaca-kaca, tubuhnya mendadak merinding ditambah suara-suara binatang malam yang semakin membuat suasana mencekam.

Prilly menunduk mengambil helm yang sempat di lepaskan tadi, sambil memeluk helm Prilly bergerak ditengah kegelapan mengikuti jalan setapak di hadapannya.

"Ali.. Kenapa lo sejahat ini sama gue?"Bisiknya sendu.

Perlahan satu persatu air mata Prilly menetes disusul dengan tetesan lainnya hingga wajah gadis itu bersimbah air mata. Prilly menangis sesenggukan sambil terus tertatih menyusuri jalan.

"Ibu. Tolong aku."

**

Ali melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Wajahnya yang tertutup helm fullface tidak bisa menutupi mata tajamnya yang berkilat marah.

Ali muak, dia benci ketika Prilly gadis yang semakin dia benci kehadirannya berkata seolah penderitaannya selama ini hanya sebuah lelucon. Ali benci sangat membenci siapa saja yang sudah menyakiti harga dirinya.

Apalagi Prilly dan Ibunya. Dia benar-benar benci wanita yang sudah membuat Papanya tersenyum itu. Papanya hanya milik Mamanya bukan milik wanita lain.

Sialan!

Seketika Ali dihantam kesadaran ketika mengingat kembali bagaimana Prilly pulang. Dia benar-benar meninggalkan gadis itu sendirian ditengah hutan.

Dengan cepat Ali menekan rem motornya hingga motor besar yang melaju dengan kecepatan tinggi itu oleng. Ali mulai kewalahan mengendalikan motornya hingga tanpa dia sadari ada pamplet besar yang menuliskan jalan sedang diperbaiki.

Tanpa bisa dicegah Ali terjatuh ketika motornya menabrak pamplet besar itu dan motornya terperosok ke dalam lobang yang baru saja di gali.

Ali meringis kesakitan saat beranjak dari sana, dia sedikit kesusahan karena tubuhnya tertindih motornya. Setelah berusaha, akhirnya Ali bisa membebaskan diri dari himpitan motornya.

Ali melepaskan helmnya lalu melemparkannya begitu saja. "Ouh. Sial."makinya ketika melihat kondisi motornya yang rusak lumayan parah.

Dengan sedikit tertatih Ali beranjak dari lobang itu meski tidak terlalu dalam namun Ali cukup kesusahan apalagi ketika dia menggerakkan lengannya yang sakit luar biasa.

Ali meringis kesakitan saat melihat luka panjang yang terdapat di lengannya bahkan jaket yang ia kenakan terlihat sobek disana-sini.

Setelah berhasil beranjak dari lobang jalan itu. Ali kembali melangkah, ia harus buru-buru menemukan kendaraan atau bantuan agar dia bisa segera sampai di bukit di mana dia meninggalkan Prilly.

"Ohh brengsek! Lo benar-benar sialan Li. Bodoh! Bagaimana kalau sampai Prilly kenapa-napa disana. Ouh. Dasar otak udang!"Ali memaki dirinya sendiri disepanjang jalan.

Ali terus melangkah sampai setengah jam kemudian dia melihat tak jauh di depan sana ada pangkalan sepertinya itu tempat mangkalnya tukang ojek. Mempercepat langkahnya Ali mengabaikan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Dia harus segera sampai dan meminta bantuan orang disana agar bisa menjemput Prilly.

"Bang. Bisa tolong saya."Ali segera memanggil beberapa orang pria yang sedang berkumpul disana.

"Bantu apaan Mas?"Tanya salah seorang tukang ojek disana.

"Saya bisa pinjam motor Mas nggak. Saya rental. Saya benar-benar perlu berapapun saya akan membayarnya Mas."Ucap Ali penuh permohonan sesekali dia terlihat meringis saat luka di lengannya berdenyut sakit.

"Rental? Mas kira motor kami mobil yang bisa dirental apa."

"Tolong Mas. Saya benar-benar minta tolong."

Seseorang dari salah satu tukang ojek menyerobot berbicara, "Pakai motor saya aja Mas. Tapi motor saya matic dan sedikit butut apa tidak apa-apa Mas?"

"Enggak apa-apa Mas. Nggak apa-apa saya sangat berterima kasih."Ali berkata penuh senyuman dia merogoh saku celananya lalu mengeluarkan dompetnya disana.

Ali menarik asal uang di dalam dompetnya lalu menyerahkan pada pria yang menawari motornya tadi. Tidak hanya pria baik hati tadi tapi semua tukang ojek yang berada disana terkejut bukan main terlebih pria yang sempat mengolok-olok Ali tadi.

"Mas bisa saya minta kunci motornya."suara Ali memecahkan keterkejutan di antara tukang ojek itu.

"Silahkan Mas. Silahkan, motornya yang warna putih itu."

Ali segera menyambar kunci yang diserahkan oleh tukang ojek itu, tanpa menghiraukan apapun lagi Ali segera berjalan menuju motor yang ditujukan padanya tadi. Ali tersenyum puas ketika motor itu berhasil ia nyalakan tanpa menunggu lama lagi ia segera melajukan motornya menuju bukit dimana dia meninggalkan Prilly tadi.

Sedangkan di pangkalan ojek tadi, seruan heboh dari pemilik motor yang digunakan oleh Ali tertawa terbahak-bahak. Dia benar-benar bahagia setelah menghitung berapa banyak uang yang diberikan pria yang meminjam motornya.

"Ya Tuhan. Saya sangat bersyukur atas rezeki yang engkau berikan malam ini."seru pria itu. "Kalian lihat. Pria tadi menyewa motor butut gue dengan harga fantastis. 15 juta men. 15 juta bahkan harga motor gue nggak sampai segitu."Teriak pria itu sambil mengibaskan uang ditangannya.

Semua tukang ojek disana berdecak kesal dan juga menyesal di dalam hati mereka berdoa semoga sebentar lagi ada pria kaya raya yang nyasar kemari dan berniat me'rental' motor butut mereka.

*****

Mengejar BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang