Part 12

1.7K 176 3
                                    


Ali menuruni tangga dengan langkah santai tubuhnya sudah dibalut seragam sekolah yang terlihat begitu cocok dengannya. Jika sedang tersenyum Ali dengan balutan seragam sekolah terlihat begitu menggemaskan hanya saja Ali lebih sering terlihat dengan wajah masam dan tatapan tajam sehingga menutupi keimutan pria itu. Walaupun tatapan tajam pria itu justru semakin menambah kadar ketampanan Ali.

Ali bersiul pelan namun siulan itu berhenti saat melihat Adrian di meja makan. Berdehem pelan Ali berjalan menuju meja makan menarik kursi disana tanpa menyapa bahkan ia sama sekali tidak menganggap kehadiran Ayahnya.

Adrian menghela nafas saat putranya mengabaikan dirinya. Ia menyesap kembali kopi hitam miliknya sebelum berfokus pada koran yang sedang ia baca.

"Mau makan apa Den?"Tanya Wati pada Ali.

Ali membalikkan piringnya lalu menatap semangkuk nasi goreng yang terlihat begitu menggugah selera makannya. "Nasi goreng aja."Jawabnya.

Wati mengambil nasi goreng untuk Ali setelah Ali mengatakan cukup ia menaruh kembali piring itu didepan tuan mudanya. Ali tersenyum lebar saat melihat nasi goreng yang terhidang di hadapannya.

Bersiap dengan sendok dan garpunya Ali melahap nasi goreng itu dengan penuh semangat, senyumnya semakin lebar saat merasakan bagaimana nikmatnya nasi goreng itu di dalam mulutnya.

"Wah..enak Ti. Makin jago masak lo ya. Bagus-bagus. Besok-besok lo harus masakin gue nasi goreng ini lagi."Seru Ali ceria.

Wati yang berdiri disisi kiri Ali tersenyum sopan, "Itu bukan masakan saya Den."jawab Wati kalem yang seketika membuat Ali menghentikan kunyahannya.

Ali mematung sejenak perlahan ia menelan nasi goreng yang masih ada didalam mulutnya hanya saja wajahnya sudah tidak bersemangat seperti tadi. "Jadi siapa yang masak ini semua?"Tanyanya dingin.

Wati seketika salah tingkah seharusnya ia mengiyakan saja perkataan Ali tanpa harus memberitahu pria keras kepala itu siapa yang memasak semua sarapan pagi ini.

Adrian melipat korannya ia sudah merasakan aura tidak enak dari putranya dan bertepatan saat itu pula Prilly dan Ibunya berjalan menuju meja makan.

Ali mendongak menatap sinis pada Prilly dan Ibunya dengan penuh kemarahan pria itu melempar sendok dan garpu yang berada di tangannya hingga membentur piring dan menimbulkan suara cukup kuat hingga membuat semua yang berada disana tersentak.

"Jangan bilang kalau wanita ini yang memasak semua makanan disini."

"Ali cukup. Hentikan."Adrian ikut bersuara yang justru semakin menimbulkan kemarahan Ali karena mengira Adrian kembali membela Prilly dan Ibunya.

Ali menatap sinis Papanya sebelum berdiri dengan kasar hingga membuat kursi yang ia duduki jatuh dan berdentum dengan lantai. "Gue nggak nyangka ternyata lo lebih cepat bergerak dari perkiraan gue."Ujar Ali sinis.

Matanya menatap Prilly penuh kebencian. Prilly membalas tatapan Ali meskipun hatinya sakit luar biasa saat melihat tatapan benci Ali padanya. "Gue benar-benar muak dengan kehadiran kalian dirumah gue. Lo dan dan Ibu lo sama-sama nggak tahu diri!"

"ALI!!"Teriak Adrian murka.

Ali menatap sinis pada Papanya, "Kenapa? Papa marah karena aku sudah menyakiti selingkuhan Papa iya? Atau jangan-jangan Prilly anak haram Papa lagi."

Plakk!!

Adrian melayangkan tamparannya hingga wajah Ali terpental ke samping. Prilly dan Laras shock luar biasa begitu pula dengan Adrian yang menatap nanar telapak tangannya. Ali mengusap pelan pipinya yang terasa sakit meskipun saat ini hatinya jauh lebih sakit.

Mengejar BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang