Bab 19

1.4K 210 15
                                    


Ali memarkirkan motornya setelah itu beranjak dari parkiran menuju kantin. Sampai disana ia kembali memilih tempat pojokan seperti biasa setelah memesan lontong plus air teh hangat sebagai menu sarapan paginya.

Ali meletakkan tasnya di kursi samping lalu mengeluarkan ponselnya selanjutnya Ali terlihat begitu sibuk dengan benda pipih itu.

Sepuluh menit kemudian seorang penjaga kantin datang membawa pesanan Ali. "Ini Mas."

Ali mendongakkan kepalanya, "Terima kasih Mbak."ucap Ali yang mendapat anggukan dari penjaga kantin itu.

Ali meletakkan ponselnya diatas meja lalu menyantap lontong pesanannya. Ali terlihat begitu lahap menghabiskan sarapannya sampai kemudian Luna datang mengagetkannya.

"Udah lama ya?"Tanya Luna yang dibalas gelengan kepala oleh Ali.

Ali kembali melahap makanannya ia benar-benar tidak menggangap kehadiran Luna yang sudah duduk manis disampingnya. Ali mendengus pelan saat melihat tas miliknya dipindahkan ke kursi di depannya.

"Ambil tas gue!"perintah Ali pada Luna.

Dengan wajah manyun Luna menuruti kemauan Ali, ia mengambil kembali tas Ali lalu ia serahkan pada Ali. "Kenapa sih cuma tas doang lo sampe judes gitu sama gue."protes Luna setelahnya yang kembali diabaikan oleh Ali.

"Eh Li siang nanti kita ngumpul di cafe Kevin yuk!"Ajak Luna dengan wajah ceria.

Ali menoleh sebentar sebelum melahap satu sendok lagi lontong yang tersisa di piringnya. Ali mendorong piring kosong di depannya mengambil teh hangat lalu ia sesap perlahan. Ali kembali menoleh menatap Luna yang masih menatap kearahnya penuh harap.

Setelah meletakkan gelasnya Ali menyeka bibir sebelum menganggukkan kepalanya menyetujui rencana Luna. Melihat anggukan Ali senyuman Luna seketika terbit.

"Yaudah ntar kita ke Cafe Kevin sekarang ke kelas yok! Mau bel juga ini."Ajak Luna setelah melirik jam di pergelangan tangannya.

Ali kembali menganggukkan kepalanya, mengambil tas Ali berdiri begitu pula dengan Luna. Saat melangkah seperti biasa Luna kembali bergelayut manja di lengan Ali.

Ali berhenti menatap lengannya lalu Luna ia berusaha melepaskan belitan Luna di tangannya namun dengan keras kepala Luna kembali mengeratkan pelukannya pada lengan Ali.

"Kenapa sih? Biasanya lo juga nyaman-nyaman aja gue lendotin sekarang kenapa risih begini?"rajuk Luna manja.

Ali memejamkan matanya beberapa saat setelah membuka matanya ia memilih berjalan dengan membiarkan Luna yang bergelayut di lengannya. Melihat Ali yang tidak lagi protes seketika senyuman di bibir Luna tersungging, ia yakin cepat atau lambat Ali bakal menjadi miliknya.

Ali diciptakan Tuhan hanya untuk ditakdirkan bersama dirinya bukan yang lain apalagi wanita kampung yang selalu dibicarakan oleh Ali.

Luna benar-benar merasa diatas angin saat melihat Ali pasrah tanpa dia ketahui saat ini yang justru berputar dikepala Ali adalah gadis kampung yang baru saja dia hina.

**

"Sya lo bisa anterin gue pulang nggak?"Tanya Prilly setelah jam pelajaran mereka usai.

Tasya yang juga sedang membereskan buku-bukunya menoleh, "Bisa sih tapi sekitar sorean nanti soalnya gue harus kerja Pril."

Prilly menghela nafasnya, "Yaudah deh gue naik bus aja. Kasihan Ibu kalau gue pulang telat hari ini."

"Emang Ibu lo kenapa?"

"Biasa. Kesehatan Ibu gue agak menurun sejak semalam."Prilly berniat merahasiakan perihal yang terjadi semalam. Prilly buru-buru membereskan buku-bukunya sebelum menyandang tas dan pamit pada Tasya.

Mengejar BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang