7. Sick

7.8K 224 1
                                    

Pukul 1 pagi Aura terbangun dari tidurnya. Dilihatnya kesamping tidang ada sang suami. Kemana suaminya itu?

Terdengar suara gemercik air dari kamar mandi. Tak lama kemudian sosok pria jangkung berdiri dihadapannya dengan wajah pucat pasi dan lemas. Sudah terhitung beberapa kali Devan bolak balik ke kamar mandi.

"Van, masih sakit perutnya?" tanya Aura.

Devan tersenyum menarik bibirnya susah payah dan menggeleng.

"Udah mendingan."jawab nya pelan.

"Kamu istirahat aja ya Van. Biar aku ambilin obat. Atau gak buatin air jahe biar perut kamu anget." ucap Aura.

Devan hanya mampu mengangguk lemas dan menidurkan dirinya di ranjang.

"Ini di minum dulu obat pereda diare nya biar cepet sembuh." ucap Aura.

Diminum nya obat itu dengan cepat dan Devan kembali membaringkan tubuh nya sambil menepuk sebelah nya yang kosong agar Aura tidur disitu.

Aura pun melakukan hal yang sama seperti Devan. Tubuh mereka saling berhadapan.

Di usapnya rahang Devan lembut dan usapan itu turun ke bibir Devan yang kelihatan pucat.

"Maaf in aku ya." sesal Aura.

"Kamu gak salah."

"Tapi Van, andai aja kamu gak makan punya aku. Mungkin kamu gak akan gini Van dan aku yang bakalan diposisi kamu sekarang."

Devan menarik tubuh Aura kedalam pelukannya.

"Stt udah tidur ya, kamu pasti capek sayang." ucap Devan.

"Makasih Van." ucap Aura membuat Devan bingung.

"For what? "

"Semuanya." jawab Aura dan kedua nya tertidur dengan sudut bibir tertarik ke atas.

Paginya Aura merasa ada hawa panas dileher nya. Dan itu berasal dari dahi yang menempel diceruk leher Aura.

Aura membalikkan badan menghadap Devan, Disentuh nya dahi Devan yang panas cukup tinggi.

Aura menepuk pipi Devan pelan agar suaminya itu terbangun dari tidurnya.

"Devan, bangun." lembut Aura.

Sedangkan semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Aura.

"Devan, lepas aku mau ambil kompresan buat kamu. Ini badan kamu panas lho"

"Nggak usah, disini aja." serak Devan.

"Tapi nanti tambah parah."

"Pusing sayang." rengek Devan

"Makanya, kamu rebahan aja dulu, dan aku buatin kamu bubur juga ambilin kompresan." Lembutnya.

Mau tidak mau Devan hanya mengangguk menuruti ucapan sang istri.

Tak butuh waktu lama, Aura suda selesai dengan membawa sebuah nampan besar. Dilihatnya Devan yang memejamkan mata nya erat menahan sakit dikepalanya.

Merasa ada yang menduduki pinggiran kasur disebelahnya, Devan membuka matanya dan melihat Aura yang tersenyum.

"Ini makan dulu."

Selesai menyuapi Devan, Aura memeras kompresan dan meletakkan nya di dahu devan.

"Kamu gak usah kerja dulu ya?" Devan mengangguk.

"Mau kemana?" tanya Devan serak saat Aura beranjak dari ranjang.

"Aku mau telfon Farell dulu biar meriksa keadaan kamu."jelas Aura.

Tak lama Farell datang dengan tergesa gesa.

PERFECT HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang