18. Awal Kehancuran

5.1K 163 9
                                    

"ARGGHH BAGI GUE SATU BOTOL LAGI!" Teriak Devan kepada bartender club tersebut.

"Van gila lo udah minum banyak. Lo bisa mabuk bege!" Sentak Andra selaku pemilik club tersebut.

"Gue gapeduli, gue pingin Rara balik apa salah?" tanya Devan sendu

Pasalnya sudah satu bulan ini Aura tidak kembali ke rumah. Surat cerai yang dimaksud Aura pun telah sampai ke tangan nya beberapa hati yang lalu.

Shila? Ah pembantu sialan itu sudah Devan pecat dan ia kirim ke luar negeri agar tidak mengusik hidupnya lagi.

"Hidup gue hampa. Argh Rara hiks hiks aku kangen. Hahaha" racau Devan yang sudah jelas jelas mabuk

"Gue anter lo pulang!" tegas Andra

"APA SI BANGSAT!! GUE GAK MAU PULANG" Teriak Devan.

"Lo pikir dengan keadaan lo gini Aura bakal senang? Enggak bego."

Devan berjalan keluar club dengan langkah gontai. Di kendarainya mobil nya dengan kecepatan tinggi. Tapi naas, ban belakang nya meledak membuat mobilnya oleng dan hampir menabrak seorang pejalan kaki.

Para warga setempat yang melihat kejadian itupun segera menghampirinya.

"Ayo angkat bawa kerumah sakit." teriak salah satu warga.

Devan mengerjapkan mata nya guna menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam ruangan.

Dapat Devan tebak bahwa dirinya sedang berada di Rumah Sakit. Tak lama pintu terbuka menampilkan sosok paruh baya yang berjalan dengan anggun kearahnya.

"Mama? Rara mana? Dia emang gak kesini? Gak kangen sama Devan? Kok mama diam aja? Devan nanya lo." tanya Devan beruntun

"Nak--jangan pikirin Aura dulu ya. Kesehatan kamu lebih penting."

"Gak ada yang lebih penting dari Aura dihidup Devan ma" lirih nya.

"Ini cobaan buat rumah tangga kalian. Mama harap kamu kuat sama cobaan ini" ujar Dinar.

"Devan kuat karna adanya Aura sebagai penopang Devan ma, dan sekarang Aura pergi ninggalin Devan sama saja merobohkan pertahanan Devan." Serak Devan menahan tangis

Dinar yang melihat kondisi anaknya pun tak kuasa menahan tangis. Devan benar benar hancur tanpa sosok Aura.

"Kamu sayang sama Aura?" tanya Dinar.

"Gak perlu ditanyakan lagi, rasa sayang bahkan rasa cinta Devan ke Rara melebihi apapun ma."

"Devan hancur ma tanpa Rara, hidup Devan terasa hampa. Pelengkap hidup Devan udah pergi karna Devan sendiri. Sekarang hati Devan mati tanpa cinta dari Rara." racau nya.

"Hust kamu gak boleh ngomong gitu. Kamu harus menjalani kehidupan kamu seperti biasanya. Mama yakin, suatu saat Aura akan kembali." ucap Dinar lembut.

"Tapi Devan udah buat Rara kecewa ma. Bahkan Devan merasa bodoh udah ngecewain Rara, Mama percaya kan kalau Devan gak pernah ngelakuin macam macam sama perempuan itu?" tanya Devan.

Karna semua orang meragukan Devan untuk saat ini, sahabatnya pun tidak mempercayainya. Devan merasa bahwa ini balasan yang setimpal untuknya.

"Sekecewa apapun mama percaya sama kamu." tegas Dinar.

"Devan mau mati aja ma." lirihnya

Plak!

"Jaga omongan kamu Devan! Mama gak suka kamu ngomong kaya gitu" tekan Dinar.

"Kira kira kalau Devan mati, Rara bakalan datang gak ma?" tanya Devan ngelantur. Dinar hanya menggelengkan kepalanya lemah melihat keadaan sang anak saat ini.

"Rara masih sayang gak ma sama Devan? Haha hidup Devan gini banget ya ma."

"Nak, kendalikan diri kamu. Mama mohon hiks kamu harus kuat tanpa Aura." isak Dinar.

"Aku gak bisa ma." ucap Devan dengan pandangan kosong

"Sekarang kamu makan ya?"tanya Dinar

"Devan, kamu denger mama kan?"

"Devan jangan buat mama khawatir." ujar Dinar cemas.

Tanpa pikir panjang, Dinar menekan tombol yang berada di sebelah brankar

"DOKTER! INI ANAK SAYA KENAPA? DARI TADI DIAJAK NGOMONG CUMAN DIEM" Teriak Dinar kepada sang dokter yang baru saja datang.

" Sebentar bu saya periksa dulu." ujar sang dokter.

"Gimana dok?" tanya Dinar usai dokter memeriksa Devan.

"Kondisi psikis nya tidak stabil. Dia down. Bisa dikatakan dia terkena gangguan jiwa ringan." jelas dokter yang mampu membuat tubuh Dinar lemas.

"Apa penyebabnya dok?"

"Dia seakan ingin meluap suatu perasaannya tapi tidak bisa yang berakhir ia pendam sendiri. Apa beban masalahnya terlalu berat?" tanya dokter

Dinar hanya menangis meraung raung tanpa menjawab pertanyaan sang dokter.

"Saya permisi." pamit dokter

Dinar menghubungi para sahabat anaknya, meskipun mereka sudah tidak mau tau lagi tentang pria itu.

Tak lama pintu terbuka menampilkan wajah para sahabat anaknya yang terlihat enggan untuk datang.

"Ada apa tante?" tanya Alvin to the point.

"Devan hiks dia terkena gangguan jiwa hiks" ucapan Dinar membuat mereka terkejut bukan main.

"Tante serius?" tanya Rafi datar

"Buat apa saya hiks mengada ngada hiks tentang kondisi anak saya!" teriak Dinar.

Rachel dan Alya yang melihat Dinar teriak histeris segera menghampirinya. Diusapnya punggung Dinar pelan.

"Stt tante tenang ya. Kita percaya kok sama tante." ucap Alya lembut.

"Lebih baik tante istirahat aja, biar Devan kita yang jaga." ujar Alvin

Dinar pun mengangguk dan berjalan keluar dari ruangan Devan. Sementara di dalam ruangan tersebut hanya ada keheningan.

Semua menatap miris kearah Devan yang hanya diam diatas ranjang dengan pandangan kosong seakan mengartikan dirinya yang ikut merasakan kekosongan.

"Van, ini gue Alvin. Lo kenapa jadi gini si?" ujar Alvin kepada Devan .

"Woy diem diem bae lo! Santuy dong gausah dipikirin soal Aura." ceplos Rafi membuat semua menatapnya tajam kecuali Devan.

Alya menatap Alvin seakan meminta persetujuan yang diangguki oleh suaminya itu. Diusapnya tangan Devan pelan, dia juga ikit sedih melihat kondisi Devan sekarang ini.

"Devan, ini aku Risa. Ayo dong jawab jangan diem aja, kamu udah makan belum? Kita makan bareng bareng yuk. Jangan kayak gini Devan kita juga sedih loh." ucap Alya serak yang tentunya tidak dihiraukan oleh Devan.

"Cepat sembuh ya. Kita disini selalu suport kamu kok, jangan anggap kamu sendiri. Kita siap mendengarkan keluh kesah kamu." Ujar Alya lembut.

"Iya Kak Devan. Ya meskipun gue gak terlalu dekat sama lo, gue juga sedih kali." celetuk Rachel.

Alya mengusap rambut Devan pelan membuat Alvin mendengus. Sedangkan Rafi dan Rachel terkikik melihat wajah Alvin.

Ceklek!

Pintu terbuka membuat semua yang berada didalam menengok kecuali Devan yang masih diam dengan pandangan lurus.

Mereka membelalakan mata melihat siapa yang datang begitu juga dengan orang yang baru saja hendak memasukki ruangan Devan.

YUHUU!!
AUTHOR YANG CANTIK UPDATE NIH.
GIMANA GIMANA KALIAN SEDIH GAK?

ADA PESAN BUAT DEVAN?

ADA PESAN BUAT AURA?

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENT NYA GAESS JANGAN JADI SILENT READERS

PERFECT HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang