23. Fakta

4.8K 188 10
                                    

Kini semua orang sedang berada di depan ruang operasi. Aura sedari tadi terus mondar mandir membuat Dinar angkat bicara. "Kamu duduk aja jangan terlalu khawatir, Devan pasti baik baik aja."

Aura tersenyum kaku, rasanya sudah lama ia tidak sedekat ini dengan keluarga Devan.

Sharon kini juga sedang menjalani perawatan, karna ia mengalami trauma yang cukup berat. Pelaku penculikan itu? Sudah dipastikan mendekam di jeruji besi karna kasus penculikan dan pelecehan terhadap anak dibawah umur.

Lampu ruangan tersebut padam menandakkan operasi telah selesai. Semua ketar ketir menunggu dokter.

"Dokter bagaimana kondisi anak saya?" tanya Dinar cemas.

"Operasi nya berjalan dengan lancar." semua bernafas lega mendengarnya.

"Hanya saja--

"Hanya saja apa dok?" Ucapan Dokter terpotong saat Aura bertanya cepat

"Pasien dinyatakan koma."

Dinar membekap mulutnya tidak percaya atas apa yang ia dengar. Belum cukupkah beban masalah yang menimpa anak nya itu?

"Pasien secepatnya akan dipindahkan keruang rawat."

Semuanya sudah berada di depan ruang rawat Devan. "Ra, kamu masuk dulu aja." ujar Dinar

"Tapi Tante?"

"Udah Ra, lo duluan aja. Nanti kita nyusul." Aura menatap teman temannya, seakan mengerti arti tatapan itu mereka mengangguk.

Aura berjalan pelan memasuki ruangan Devan. Hening, hanya suara alat pendeteksi detak jantung yang berbunyi. Serta menampilkan garis bergelombang.

Dia mendudukan dirinya disamping brankar tempat Devan terbaring tak berdaya dengan bantuan alat penopang hidup.

Aura tak bisa lagi menahan tangisnya. "Selamat hiks kamu sudah menjadi seorang ayah yang sempurna. Kamu rela berada disini demi anak kamu sendiri, darah daging kita sayang hiks. " jelas Aura bergetar.

Diusapnya rambut Devan pelan. "Kamu pernah bilang kan? Kalo kita masih sah suami istri? Iya Devan, kita masih sepasang suami istri. Aku selamanya hanya menjadi milik kamu."

Detak jantung Devan semakin cepat dibawah alam sadarnya, Aura sempat panik tapi sedetik kemudian ia tersenyum.

"Kamu dengar ya apa yang aku bilang? Bangun dong, kamu gak mau main sama anak anak? Mereka pasti senang banget. " celoteh Aura

Aura menghembuskan nafasnya perlahan. "Aku capek deh ngomong mulu tapi kamu nya gak bangun bangun. Mimpi apa si? Sampe sampe kamu cuekin aku gini. "

Digenggamnya tangan Devan pelan, lalu ia dekatkan ke bibirnya dan memciumnya beberapa kali.

"Maaf aku belum bisa jadi istri yang baik, istri yang berbakti kepada suaminya. Kamu kuat sayang dan kamu harus bertahan demi aku dan anak anak kita. Kita bangun semua nya dari awal, kita ciptakan rumah tangga yang harmonis. "

"Aku ngantuk, aku tidur dulu ya?"pamit Aura kemudian meletakkan kepala disamping brankar dengan posisi duduk.

Cukup lama Aura tertidur, elusan dikepala nya membuat ia tersentak dari tidurnya.

"Kamu pulang aja dulu istirahat, kasian anak kamu mereka nungguin kamu didepan." ujar Dinar.

Kamu tahu? Padahal aku sudah berharap kamu sedang tersenyum saat aku terbangun dari tidur ku Van.

"Iya ma aku pulang dulu,  nanti aku kesini lagi. " pamit Aura.

"Yaudah itu anak kamu yang laki laki rewel dari tadi.".

"Cucu mama yang paling cengeng tepatnya," jelas Aura tersenyum tulus.

"Cucu mama? Maksud kamu apa? "

"Dia anak Aura sama Devan ma."

Dinar membekap mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.

"Jadi kamu mengurus mereka semua sendirian? " Aura tersenyum seraya menggeleng

"Enggak kok, untung saja ada orang baik yang mau nampung aku. Dia juga sayang banget sama anak anak."

"Siapa? "

"Reano Atmaja. Seorang dokter umum yang juga bekerja dirumah sakit ini."

"Lho? Dokter Rean?" tanya Dinar dengan raut wajah kaget

"Kenapa?  Mama kenal? "

"Dia yang pernah menangani Devan dulu, waktu dia depresi." lirihnya

"Depresi?"

"Iya, Setelah kamu pergi dari rumah semuanya berubah Ra. Tidak ada lagi Devan yang hangat semua kebalikannya. Dia kembali menjadi sosok yang dingin dan arogan. Tapi itu hanya tameng."

"Maksud mama? "

"Dibalik semua sifat yang dia tunjukkan, Devan rapuh. Dia lemah tanpa kamu. Puncaknya ketika surat perceraian kalian tiba, dia datang kerumah mama dan meluk mama hiks--

Dinar tak kuasa menahan tangisnya melanjutkan ucapannya itu, dia jadi teringat anaknya yang rapuh.

Aura mengusap air mata Dinar pelan. "Stt Mama jangan nangis dihadapan Devan, lihat dia jadi sedih ma ikutan nangis."

Benar saja, terdapat lelehan air mata di wajah pucat milik Devan.

"Waktu dia meluk mama dia bilang bahwa kamu hidupnya. Dia seakan hidup tapi jiwanya mati. Bahkan dia berniat bunuh diri, dia depresi berat lebih tepat dibilang. Dia gila. "

Deg

"Ma--

"Tiga tahun dia menderita, tapi dia tetap bertekad mencari kamu setelah keadaan nya cukup membaik. Tapi apa yang dia dapat? Dia menangis untuk yang keberapa kalinya hanya karna kamu. Dia berfikir bahwa kamu telah melupakannya dan menikah lagi. "

"Hiks ma-maaf Ma."

"Kamu gak perlu minta maaf, ini semua sudah takdirnya."

"Aku gak jadi pulang Ma, anak anak biar aku titipkan sama Rean dan mbak Lea."

"Lea? "

"Dia istri nya Rean, beruntung dia tidak keberatan saat aku tinggal disana. "

"Yasudah terserah kamu, mama keluar dulu ya mau beli makanan."

Setelah memastikan twins, Aura kembali mendekati Devan. Dipandangnya wajah Devan yang ada jejak air mata yang sudah mengering

"Aku udah tau semua nya Van. Maaf aku tidak ada disaat kamu membutuhkanku." gumam Aura

"Cepat bangun ya? Anak anak kita membutuhkan ayahnya."

Aura mencium kening Devan cukup lama dan dalam seakan menyalurkan rasa rindunya pada pria itu.

HWAA SENENGNYA BISA UPDATE LAGI
GIMANA? UDAH GAK NGARET KAN? WKWK

VOTE AND KOMENT NYA YA:')

JANGAN LUPA BACA CERITA AKU YANG JUDULNYA 'BAD BOY' CERITA TENTANG ANAK SMA GITU. SEMOGA KALIAN BERNIAT MEMBACA NYA DAN SUKA:)

UDAH AH AKU NGANTUK BYE
GOOD NIGHT

PERFECT HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang