25.Sadar

5.3K 196 3
                                    

From : Rachel
Ra kesini, kak Devan udah sadar

Aura dan Alya bergegas keruangan Devan saat mengetahui hal tersebut.
Kedatangan Aura disambut senyuman tipis milik Devan yang mampu menghipnotisnya.

Tanpa pikir panjang Aura berlari kearah Devan dan memeluknya erat. "Aku kangen, " ujar Aura serak menahan tangis bahagia

Seakan sadar dengan keadaan Devan, Aura buru buru melepaskan pelukannya dan menatap Devan cemas.

"Eh maaf aku meluk kamu erat banget, pasti sakit ya? Mana yang sakit? Aku panggilkan dokter ya?"

Devan hanya tersenyum tipis melihat respon Aura, sungguh menggemaskan.

"Aku gak papa kok. Sini deh duduk disini." ujar Devan mengangkat tubuh Aura dan mendudukannya dipangkuan Devan.

"Eh kamu kan masih sakit, aku turun aja deh." Devan menahan pinggang Aura agar tidak pergi.

"Kamu kan sumber kekuatan aku, jadi aku gak bakal sakit lagi." goda Devan membuat Aura malu dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Devan.

"Lailah berasa dunia milik berdua." celetuk Rafi mendapat pelototan dari Devan.

"Pergi sono lo pada ganggu aja." ketus Devan yang mendapatkan cibiran dari teman temannya, Dinar dan Denis hanya tersenyum maklum.

Kini tinggal Aura dan Devan yang diruangan ini. Suasana cukup canggung dengan Aura yang masih dipangkuan Devan.

"Rara," panggil Devan pelan

"I-iya kenapa?"

"Anak anak mana?" darah Aura berdesir mendengar pertanyaan Devan.

"Kamu udah tau? " Devan mengangguk.

"Maaf ya?"

Aura dibuat binggung."Maaf kenapa?"

"Maaf karna saat kamu berjuang buat anak kita, aku gak ada disamping kamu. Aku suami gak becus Ra. Aku bahkan gak tau keberadaan anak aku sendiri. Aku benar benar minta maaf." Aura menatap mata Devan yang berkaca kaca

Ditangkupnya wajah Devan lembut. Diusapnya air mata yang mengalir di pipi pria itu dengan pelan. "Kamu gak perlu minta maaf, aku yang salah. Aku yang pergi ninggalin kamu. Aku udah salah paham sama kamu,"

Aura merasakan tetsan air mata dipundaknya, ia tahu Devan sedang menangis dalam diam dipelukannya.

Tangan mungil itu mengusap punggung tegap Devan dengan pelan. "Lihat aku Van."

Tubuh Devan tersentak saat Aura mengalungkan tangannya dileher nya dan mencium bibirnya secara tiba tiba.

Perlahan tubuh Devan rileks dan menikmati ciuman yang diberikan Aura tanpa membalasnya." Kok gak dibalas si?!" sebal Aura membuat Devan terkekeh.

"Ini di Rumah Sakit sayang, nanti aja kalo di rumah sendiri kita lanjut. Sekalian bikin adek deh buat twins." Aura merona? Jelas.

"Ih apa si! Emang bukannya kita gak ada hubungan apa apa lagi? " pancing Aura

"Aku udah dengar semuanya waktu kamu menjelaskan sayang. Aku memang koma, tapi aku bisa mendengar suara kamu. "jelas Devan.

"Oh ya kamu udah makan? Aku suapin ya?" Aura turun dari pangkuan Devan mengambil bubur dinakas.

"Nha ayo makan baby. Uluh uluh imut nya, cuami ciapa ci ini? " goda Aura sembari menyuapi Devan.

"Jangan godain saya mbak. Istri saya galak lho entar mbaknya diajak gelut lagi," balas Devan

Aura menjewer telinga Devan membuat sang empu menjerit kesakita. "Aduduh sakit sayang, jahat kamu mah. KDRT ini," kesal Devan

"Mana yang sakit coba? Sini sini aku usap biar cepat sembuh."

Mata Aura membulat saat Devan meletakkan tangannya tepat diselakangan Devan.

"DEVAN MESUM!!" Teriak Aura disambut tawa keras dari Devan.

Tak lama pintu terbuka menampilkan dua anak kecil yang menatap mereka dengan pandangan berbeda. Anak kecil perempuan memandang mereka datar sedangkan yang laki laki menatap nya polos

"AYAH!!" Hati Devan menghangat mendengar panggilan yang ia impikan selama ini.

Sharon dan Selin berlari kecil menuju ranjang Devan dan memeluk Devan erat membuat luka diperut Devan sedikit tertekan.

"Ayon balu tau kalo om epan itu ayah ayon ama eyin." ceria Sharon.

"Iya yah Eyin dali dulu cuma ama ayah lean," cemberut Selin

"Lean siapa?" tanya Devan.

"Rean van, buka Lean." koreksi Aura menahan tawa.

"Dokter Rean?" Aura mengangguk pelan.

"Anak ayah udah pada Sekolah belum?"

Keduanya mengangguk antusias menambah kesan lucu. "Udah dong yah, kita juga punya teman banyakk angett!"

"Ayah nanti kita main baleng ya? Ama unda ugaa. Telus kalo mau ada temen kata aunti Achel, ayah ma unda disuluh bikin dedek." ujar Sharon antusias membuat kedua orang tua nya tersenyum kikuk

"Ayo dong ayah ama unda bikin dedek buat Eyin ama Ayon." pinta Selin.

"Eh gak bisa sayang, kan ayah nya masih sakit. Nanti deh kalo ayah udah sembuh, pasti bikin dedek kok." jawab Aura kaku. Devan hanya menahan bibirnya yang berkedut ingin tertawa.

"Benelan ya? Yaudah Eyin ama Ayon mau main ama caca, ama elang uga. " pamit Selin dan berlari keluar diikuti Sharon

Devan kembali memeluk tubuh mungil istrinya itu, kepalanya mengendus ceruk leher Aura.

"Aku mau pulang," gumam Devan yang mampu didengar oleh Aura.

"Kamu belum sembuh total, nanti juga pulang kok."

Aura mengusap rambut Devan pelan membuat mata Devan memberat. Dengkuran halus terdengar ditelinga Aura membuatnya tersenyum.

Aura membaringkan tubuh Devan di brankar. Menyelimutinya dan ikut berbaring disebelahnya, karna memang brankar milik Devan lebih lebar dari yang lainnya.

Dikecupnya kening Devan kemudian kedua mata nya yang terpejam turun kehidung, kecupan berlanjut dikedua pipi Devan dan yang terakhir bibir tebal itu disertai sedikit lumatan.

"Selamat istirahat Sayang, " ujar Aura dan melingkarkan tangannya dipinggang Devan ikut masuk kealam mimpi.

WKWK HAPPY NEW YEAR GAES
INI PART ABSURD BANGET BTW HAHA

JANGAN LUPA VOTMENT YAA:)

PERFECT HUSBAND Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang