Aku melangkahkan kaki ke ruang tamu, kuturuni satu persatu anak tangga yang menuntunku menuju ruang yang penuh dengan orang tersebut. Aku tau kalau semua ini hanya menjurus ke satu arah.... Perjodohan!
Aku menghela nafas karena sebal dan gugup, aku hanya menunduk dan langsung duduk di samping Bunda-ku.
"Wah... Jadi ini yang namanya Dara? Cantik sekali, ya! Gaksalah pilih dong kita, iya 'kan Pa?" Ucap seorang wanita paruh baya yang tak kukenal.
"Iya Ma, calon mantu kita memang pilihan terbaik. Gak salah kalau Ervan suka sama Dara." Jelas pria yang perkiraanku seumuran dengan Ayah. Pria tersebut sangat gagah menggunakan seragam PDH* khas TNI AD dengan nama 'M. Haidar Prasaja'.
DEG, Jantungku terasa terhenti seketika ketika mendengar nama laki-laki yang menyukaiku, Ervan? Nama itu.. Tidak asing lagi kedengarannya bagiku. Pipiku kontan saja memerah, selama enam belas tahun, aku tidak pernah sekalipun dekat dengan laki-laki atapun berpacaran, meskipun banyak teman-temanku yang mengatakan bahwa aku cantik. Namun, kenyataannya begitu, aku tidak pernah menjalin hubungan dekat dengan seorang laki-laki.
"Iya, Pak Haidar, Bu Rina, ini anak saya Adara. Dia memang malu-malu dan manja sekali kalau lagi dirumah, dia baru saja kelas 3 SMA! Hehehe." Bunda tersenyum lebar kepada pasangan suami-istri yang tadi membuka pembicaraan yang sekarang kuketahui bernama Pak Haidar dan Bu Rina.
Kuberanikan untuk mengangkat kepala dan menoleh kekanan, mata-ku langsung tertuju pada sepasang mata setajam elang yang kini tengah menatapku intens. Aku memperhatikannya, dia menggunakan seragam coklat dengan pangkat di bagian lengannya dan dasi coklat yang panjang. Rambutnya hampir botak, kulitnya berwarna sawo matang khas orang Indonesia, bibirnya tipis dan menurutku dia sangat tampan dengan tubuhnya yang tegap dan atletis. Yaiyalah Dara, dia kan taruna akmil! Rutukku dalam hati. Ya ampun.... Jadi ini yang mau dijodohkan denganku? Benarkah? Laki-laki setampan dia? Seketika aku minder. Mau jadi apa kalau aku disandingkan dengan dia yang sangat amat tampan? Aku juga sering lihat kalau taruna akmil itu sering bergonta-ganti pasangan yang cantik dan seksi.
"Halo, Adara..." suara Ervan yang berat menyadarkanku dari dunia lain.
Blush, hanya dengan mendengar suaranya, darahku seperti dipompa menuju ke pipi.
"I-Iya?" Aku menjawab dengan gugup.
"Aku Aris Ervanthe Prasaja, panggil saja aku..."
"Mas Aris aja, ya?!" kupotong ucapannya dengan perkataanku yang bersemangat.
Dia mengangguk, "Boleh."
"Waduh, yang lagi berbunga-bunga. Kita yang ada disini jadi obat nyamuk aja nih!" celetuk Ayah.
Langsung saja kucubit lengan Ayah, "Ih Ayah apaan sih... kan cuma kenalan sama Mas Aris!" kupasang wajah cemberut.
"Adek ini mau nikah masih tetep aja manja kayak anak TK!" cerocos Bunda dengan ekspresi pura-pura marah.
"Emangnya adek mau nikah sama siapa, Bun?"
"Ya sama nak Ervan, lah! Kamu ini lemot banget sih daritadi Bunda sama Ayah udah ngobrol tentang kalian sama orang tua nya Ervan juga, kok ya gak digubris omongan Bunda! Malah asik liatin Ervan! Hayooo.."
"Bunda, Ayah, Om, Tante, 'kan Dara masih sekolah. Masa' menikah sih? Mana dibolehin sama pemerintah?" tanyaku polos dan disambut gelak tawa dari semuanya.
Aku meremas ujung blouse-ku, apa yang salah?
"Tidak sekarang Dara, lagipula Erva baru masuk Akmil** dan pangkatnya masih sersan mayor dua. Kami datang kemari hanya untuk meminta kamu bersiap 4 atau 5 tahun lagi kami akan datang lagi untuk meminang kamu buat Ervan, anak kesayangan kami ini." Ucap Bu Rina sambil memeluk bahu Ervan yang lebar.
".... Jadi bagaimana Pak, Bu? Boleh saya disandingkan dengan anak Ibu dan Bapak yang cantik ini?" Tanya Ervan sambil menatapku dalam-dalam, tatapannya seolah mengunciku agar tetap memandangnya. Kemudian aku menunduk dan memainkan jari-jariku, kebiasaan yang aku lakukan saat sedang gugup.
"Semua keputusan ada di tangan Adara kami, nak Ervan. Gimana, Dara? Kamu mau kan?" Bunda menggenggam tangan kiriku dan aku langsung menatap lurus kedepan.
"Dara... ehm, Maksud Dara, apa gak terlalu cepat? Bahkan Ervan sama Dara baru aja kenal." Jelasku gugup.
"Hubungan kita bisa seperti teman-teman kamu yang lainnya 'kan, Dara? Kita bisa pacaran dulu." Ervan tersenyum tipis.
Akhirnya, aku mengangguk untuk mengiyakan pengajuannya.
"Alhamdulillah..." ucap mereka semua bebarengan. Aku hanya bisa tertawa kecil melihatnya.
-------------
Hai, this is my very first story. So, mohon bantuannya ya semuanya! :)
*PDH: Pakaian Dinas Harian.
*Akmil: Akademi Militer. Tempat pendidikan untuk calon perwira TNI, bertempat di Magelang, Jawa Tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner!
Romance"Haruskah aku bertahan untuk kisah cinta yang tak menentu ini? Bisakah aku menjadi pendamping Abdi Negara?" - Adara. "Aku harap kamu mengerti dan menerimaku menjadi pendamping hidupmu. Jiwa dan raga ini mungkin milik negara, tetapi hati ini hanya ka...