Hari Sabtu, Dara tiba di kost nya tepat pukul 18.00. Dia bergegas mengambil wudhu dan memakai mukena. Setelah Dara melaksanakan Shalat Maghrib, dia berdoa untuk ibu nya yang sudah meninggal, tak lupa dia juga memanjatkan doa terbaik untuk keluarga nya dan dirinya sendiri. Seakan tersadar oleh waktu, Dara menepuk dahi nya. Dara secepat kilat mengganti baju nya dengan kemeja chiffon berwarna biru dan memakai celana jeans serta converse. Dara memasukkan kotak makan nya ke dalam tas dan membawa tas nya buru-buru.
Setelah berjalan sebentar, dia telah sampai di tempat yang dituju, Café Black&White. Seorang kasir wanita yang dikenalnya karena dia sering ke café ini pun menyapa nya.
“Dara!”
“Iya, Mbak Nina!” sahut Dara sambil melambaikan tangannya pada kasir tersebut.
Dara mengarahkan pandangannya ke seluruh sudut café, ternyata Adam sudah duduk di meja paling pojok dan di meja nya sudah terdapat secangkir kopi yang mengepul. Dara berjalan perlahan menuju meja yang ditempati Adam, Dara menarik kursi dan duduk disana. Adam melepaskan pandangannya dari gadget nya dan tersenyum simpul kepada Dara.
“Sudah lama menunggu, ya?” Dara merasa tidak enak karena hampir lupa oleh janji nya.
“Tidak juga,” bohong Adam. Adam sudah berada di café ini dari sejam yang lalu.
Dara membuka kotak bekal nya dan mengambil sendok di dalam tas nya. Adam keheranan dan bertanya,
“Kamu mau makan?” Alis Adam bertautan. Kalau memang Dara lapar, mengapa tidak memesan makanan atau minuman?
“Yap, aku belum makan dari siang,” Dara mengendikkan bahu nya dan menyendokkan satu persatu nasi ke dalam mulutnya.
“Kenapa tidak bilang? Kita bisa makan di tempat lain, restoran misalnya?”
“Tidak perlu, Dara makan ini saja. Mubadzir kalau tidak dimakan,” Adam hanya mengangguk.
Dara mengalihkan pandangan nya dari kotak bekal nya ke minuman yang barusan dipesan Adam untuknya.
“Orange juice tidak masalah, ‘kan?” Adam bertanya.
Dara menggelengkan kepala nya, “Terimakasih,”
Adam terpesona dengan mata yang dimiliki Dara, sungguh mirip dengan adik nya yang paling kecil. Adik perempuannya yang jarang dia beri perhatian dan kasih sayang karena dia terlalu sibuk menjadi seorang taruna di AAU. Dara yang diperhatikan dengan intens pun salah tingkah, Dara menutup kotak makan nya dan mengusap mulut nya berkali-kali dengan tissue.
“Ada yang salah sama muka ku, ya?” Dara membenahi letak baju nya dan rambut nya. Adam hanya menggangguk dan tertawa.
“Ada yang salah. Kenapa gadis secantik kamu tidak ada yang punya,” Adam mengedipkan sebelah mata nya. Kontan saja, Dara menundukkan kepala nya.
“Dara mau fokus belajar dulu…” ucap Dara. Hanya jawaban itu yang terlintas di pikirannya. Dara dan Adam melontarkan candaan yang ringan, membuat kedua nya hanyut dalam obrolan.
Dari yang Adam ceritakan, Dara mengambil kesimpulan bahwa Adam adalah seorang taruna di Akademi Angkatan Udara yang tahun ini sudah berpangkat Sersan Mayor Satu Taruna (sermatutar), taruna tingkat akhir dan tahun ini juga Adam akan wisuda. Menurut Dara, Adam adalah sosok yang sangat cocok untuk dijadikan kakak laki-laki, sifat nya tegas dan humoris, terkadang genit. Taruna lagi…. Dara jadi teringat oleh’nya’ seorang lelaki yang berprofesi sama dengan Adam tetapi beda matra.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner!
Romance"Haruskah aku bertahan untuk kisah cinta yang tak menentu ini? Bisakah aku menjadi pendamping Abdi Negara?" - Adara. "Aku harap kamu mengerti dan menerimaku menjadi pendamping hidupmu. Jiwa dan raga ini mungkin milik negara, tetapi hati ini hanya ka...