Part 2

56K 2.6K 22
                                    

        Kini aku berada di taman belakang rumahku, kedua orangtuaku dan orangtua Ervan memberikan waktu untuk kami agar saling mengenal.

Setelah lama membisu satu sama lain, akhirnya aku berinisiatif membuka pembicaraan…

“Dara..”

“Mas..” Ucap kami bersamaan.

Kemudian, kami tertawa. “Mas Aris duluan saja, deh.”

“Hm, sebenernya aku suka kamu waktu 3 tahun yang lalu. Kamu kelas 2 SMP, dulu sering lihat kamu jalan lewat rumahku waktu lagi latihan restok sama pushup. Kamu dulu sering dikuncir satu, ‘kan? Terus pake tas warna pink, Haha! Entah apa yang ada di benakku, sampai akhirnya memutuskan kalau kamu harus jadi milikku. Egois memang, tapi itu benar adanya.” Jelas Aris dengan senyuman lebar yang menurutku oh-sangat-tampan!

“Kenapa Mas gak nyapa atau kenalan sama Dara waktu itu?” aku menatapnya lekat-lekat seolah mencari jawaban dari matanya. Kemudian, dia menghela nafas.

“Aku gak kepikiran sampai situ, terlalu terpaku sama kecantikanmu, mungkin haha. Cukup jadi penggemar rahasia saja, sampai akhirnya setahun kemudian Papa ku dipindah tugaskan di Jakarta.”

“Oh begitu… terus Mas Aris datang ke Mojokerto dalam rangka apasih? Emangnya gak ada kerjaan ya di Magelang sana? Dan, hm gapapa kan kalau aku panggil Mas Aris bukannya Mas Ervan?” tanyaku polos. Lalu, Aris mengacak-acak raambutku dengan gemas.

“Weekend, tidak apa-apa mau panggil aku sayang juga sah-sah aja.” Ledek Aris yang membuatku merona.

“Jadi, sampai kapan liburnya, Mas?”

“Sampai 2/3 hari kedepan, menyesuaikan sama seniorku nanti, karena ada urusan mendadak yang harus diurus di Magelang. Entahlah, tahunku ini menyusahkan tidak seperti tahun senior-seniorku yang dulu.”

“… Ah iya, Dara. Kamu mau kan ikut aku ke Magelang?” Tanya Aris.

“A-Aduh, ikut gimana Mas maksudnya?”

“Kebetulan disana ada acara tahunan, Pestakorps namanya. Aku pengen aja ngajak kamu kesana, itupun kalau kamu mau. Kalau nggak ya…”

“AKU MAU!!” teriakku reflek, aku langsung menutup mulutku dengan telapak tangan karena malu.

Aris terkekeh, “Oke.” Dia mengerling nakal kepadaku.

“Dara, Mas Aris pamit dulu ya. Belum lapor ke Koramil terus belum mengahadap ke senior-senior Mas, nanti Mas hubungin ya.” Dengan tergesa-gesa dia meninggalkanku di taman belakang.

Kemudian aku merenung, akankah hubunganku dengannya berhasil? LDR yang akan terpisahkan oleh tembok hitam besar? Akankah aku sanggup?

My Life Partner!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang