Part 6A

36.2K 1.9K 10
                                    

Maaf jika tidak ada konflik yang gereget, aku memang gak pinter buat konflik yang wow:3 Maaf juga soalnya cuma bisa update dikit, karena ide nya cuma segitu.

Enjoy reading, vote&comment sangat berarti. :)

-----------------

Ketika Dara mengambil gelas dan ingin menuangkan soda, seorang wanita cantik menghampirinya dan menyenggol lengan Dara dengan sengaja. Alhasil minuman yang dipegang Dara tumpah membasahi dress miliknya.

                “Ups, I’m sorry. Enggak sengaja!” Dengan langkah anggun, wanita itu mendekati Dara.

                “Disini jadi rekanita siapa?” Tanya wanita tersebut.

Dara sibuk mengibaskan bagian bawah dress nya yang basah terkena tumpahan soda.

                “Hey, aku tanya!” Wanita itu menaikkan suara nya 1 oktaf dan mendengus kesal karena diabaikan oleh Dara.

                “Ah iya… Maaf, aku kesini sama dia.” Dara menunjuk Aris yang sedang asik mengobrol dengan taruna lainnya.

                “Oh, jadi kamu orangnya?” Wanita yang mengajak Dara berbicara tersebut menaikkan sudut bibirnya membentuk senyuman sinis.

                “Me-memang saya orang, kok,” ujar Dara polos.

                “Iya. Lo orang yang rebut Aris dari gue! Dasar cewek gitar (gila taruna)! Aris tuh cinta mati sama gue… sebelum lo datang, dia nganggep gue tuh segalanya buat dia! Tapi sejak lo datang, lo ngerusak semuanya!”

                “A-Aku enggak ngerti, siapa yang merebut dan siapa yang direbut?” Dara mulai ketakutan melihat seluruh wajah wanita tersebut yang berubah menjadi merah padam penuh amarah.

                “Lo, jalang! Ngerebut Aris, dari gue, “ Wanita itu menekankan setiap kata yang diucapkannya.

                “Ah…. Gak ngerti juga? Kenalin, gue Fani. Calon istri Aris,” DEG! Dara gemetar, jantungnya terhenti seketika. Dara menatap mata Fani, melihat mata yang penuh dengan kesedihan tersirat di dalamnya. Saat itu juga, Dara merasa bersalah karena telah merebut Aris dari Fani. Namun, Aris sendiri yang datang untuk memintanya menjalin hubungan, bukan?

                Dara menarik nafas, “Kalau begitu, kembalilah dengan Aris. Aku yang akan pergi.” Dara tersenyum tipis pada Fani, berjalan perlahan menuju pintu keluar dari ruangan tersebut.

Saat di luar ruangan, rupanya tidak ada tanda-tanda Aris akan mengejar Dara. Seketika tangis Dara pecah, dia berlari menuju tempat yang lumayan jauh dari Aula. Dia menemukan tempat duduk di bawah pohon beringin, menakutkan memang tapi dia tidak peduli.

                Dara menangis sesenggukan dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, sesekali dia mengusap air matanya yang berjatuhan di pipinya. Saat dia keasikan menangis, seseorang yang tanpa disadari Dara mendekat ke arahnya langsung menepuk bahu kiri Dara dua kali.

                “Biarin aja, aku gak peduli kamu Wewegombel, Kuntilanak atau Annabelle sekalipun! Pokoknya aku masih mau nangis. Huweee,” tangis Dara terdengar semakin kencang.

Seseorang yang tadi menepuk bahu Dara hanya menghembuskan nafasnya karena gemas dengan kelakuan Dara.

                “Kenapa menangis malam-malam begini? Di bawah pohon beringin yang serem lagi,” ujar orang tersebut dengan tawa kecil.

Dara yang merasa mengenali suara tersebut sontak saja menolehkan kepala nya dan kaget karena seseorang penyebab tangisnya tepat berada di sebelahnya.

                “Bukan karena apa-apa. Aku mau pulang,” Dara bangkit dari tempat duduknya dan berlari kecil untuk menjauhi Aris.

Langkah Aris yang lebar, memudahkannya untuk menyusul Dara, dengan sigap dia memeluk Dara dari belakang. Dara meronta-ronta hendak melepaskan pelukan Aris, Aris membalikkan tubuh Dara dan tangis Dara semakin menjadi-jadi di dada Aris.

                “Ini enggak bener, aku enggak mau jadi perusak hubungan kamu.” Ucap Dara terputus-putus diiringi dengan tangisnya.

                “Kamu… Aku cinta kamu, Mas. Sejak pertama lihat Mas, aku jatuh hati sama Mas. Tapi ternyata aku salah, aku gak pantes disandingkan sama Mas yang sudah punya seseorang yang lebih baik daripada aku. Aku minta maaf Mas, mulai sekarang, aku bakal menjauh,” Dara mendongakkan kepalanya dan memberanikan diri menatap mata Aris yang penuh dengan pertanyaan di dalamnya.

                “Ngomong apa kamu itu, hah?” Suara Aris meninggi, membuat Dara takut.

                “Aku cuma enggak mau merusak hubungan yang sudah dijalin sama Mas Aris dan Mbak Fani! Itu saja,” sentak Dara.

                “Fani? Dia bukan siapa-siapaku, begitu juga aku, bukan siapa-siapanya. Hanya teman,” Aris menatap Dara dengan serius.

                “Satu-satunya perempuan yang ada disini….,” Aris menarik tangan Dara dan menempelkannya ke dada kirinya.

                “…. Hanya kamu, Adara Jovita Hara.”

Bersambung ke Part 6B.

My Life Partner!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang