Samar-samar, aku menghirup aroma menyengat dari minyak kayu putih di hidung. Aku membuka mata perlahan dan di depanku terdapat Mbak Lusi, pacar dari Mas Edo.
"Dara sayang udah sadar?" Mbak Lusi menghampiriku dengan ekspresi panik.
Aku mengangguk lemah, kepalaku terasa berat dan mata ku seperti susah untuk dibuka lebar. Mungkin efek menangis berjam-jam.
"Kamu tiduran dulu, Mbak bawain makan ya... Kamu harus makan ya. Nanti Mbak yang suapin," ucap Mbak Lusi dengan senyuman nya yang manis. Salah satu yang kusuka darinya itu adalah senyumannya, Mbak Lusi 23 tahun, beda 2 tahun dengan Mas Edo. Mbak Lusi sosok yang hangat untuk dijadikan teman mengobrol dan sangat cocok disandingkan dengan Mas Edo yang biasanya menanggapi masalah dengan berapi-api.
Aku berusaha duduk dan menyangga kepala dengan bantal-bantalku. Tak lama, Mbak Lusi masuk ke dalam kamarku dan membawa nampan berisi sebuah mangkok, gelas minuman, dan obat.
"Ini, tadi kebetulan orang-orang yang bantu masak dari tetangga sebelah masakin soto kesukaan kamu," Mbak Lusi mengambil tempat di sampingku, kemudian Mbak Lusi menyuapi ku dan kusambut suapannya dengan lahap. Sampai akhirnya, soto di dalam mangkok habis. Mbak Lusi membantu ku minum air dan obat.
"Makasih ya, Mbak," ucapku dengan nada lemah.
"K-Kamu yang sabar ya Dara, ini terlalu berat buat kamu ya? Mbak pasti ada kok buat dampingin Dara," Mbak Lusi memelukku dan mentikkan air mata yang membuatku ikut menangis kembali.
"Makasih Mbak Lusi, Mbak Lusi baik banget sama Dara... Dara enggak tau harus bagaimana lagi kalau enggak ada Mbak Lusi," Aku memeluk erat Mbak Lusi. Aku jadi merindukan Bunda.
----
Krieeek
Pintu kamarku terbuka dan Viona masuk dengan tergesa-gesa menghampiri Dara.
"Dara.." panggil Viona dengan suara lirih. Hatinya teriris melihat sahabat kesayangannya terpuruk seperti saat ini. Tertimpa musibah satu dan musibah yang lain datang lagi. Viona naik ke tempat tidur Dara dan ikut mendekap Dara, memberikan kekuatan untuk sahabatnya itu.
Dara tersenyum tipis ketika dipeluk kedua orang yang peduli padanya. Dia tidak boleh terpuruk dan harus bangkit dari kesedihan, walaupun sulit dia pasti akan berusaha agar Bunda nya disana senang.
"Makasih semua, sekarang bantuin Dara berdiri dong," Dara tersenyum tipis. Kemudian, Lusi dan Viona membantu Dara untuk berdiri.
Dara menuju kamar utama di rumahnya, kamar kedua orang tua nya. Dara membuka pintu berwarna putih tersebut dan perlahan Dara menutupnya kembali. Di ujung tempat tidur, Ayah nya menatap jendela dengan tatapan yang menyayat hati Dara. Tatapan kehilangan dan terluka, Ayah nya mungkin tidak menangis tetapi Dara yakin di dalam hati Ayah nya sudah menangis darah. Di rengkuhnya badan Ayah nya itu dan dengan sayang Ayah Dara mengusap puncak kepala Dara.
"Ayah, Kita harus sabar. Bunda pasti enggak senang melihat kita seperti ini," Ayah nya hanya menjawab dengan senyuman yang tegar dan anggukan yang mantap.
"Ayo bangkit bersama, Nak," Ayah Dara memeluk Dara dan Edo yang entah kapan sudah berada di kamar utama itu.
---
Dara, Ayah nya, Edo, Lusi, Viona, dan saudara-saudara terdekat Dara sudah mengikuti Dara sekeluarga mengiringi jenazah Bunda nya yang akan dimakamkan di tempat terdekat.
Dara menggigit bibir bawahnya, menahan tangis nya yang sebentar lagi akan pecah mendengar suara-suara iringan jenazah. Dara masih belum percaya dengan semua ini.
Setelah berlama-lama di tempat pemakaman sang Ibunda, Dara seakan tidak rela dipisahkan oleh Bunda nya. Dara memeluk gundukan tanah tersebut dengan lemah dan membisikkan kata rindu pada Bunda tercintanya.
"Dara sayang Bunda, Dara pasti jadi anak yang baik, Dara janji!" Dara meneteskan air mata nya di atas tanah tersebut.
"Sudah, Nak. Ayo pulang," Ayah Dara mengangkat tubuh Dara yang sudah kotor dengan tanah.
Dara masih enggan beranjak dari tempat Ibundanya sekarang ini. Namun dengan tidak rela, Dara mengikuti langkah Ayah nya, Dara menoleh sekilas dan melihat sosok wanita yang belasan tahun menemani nya berdiri di sudut pemakaman dan tersenyum kepadanya. Dara terkejut, kemudian dia membalas senyuman Bunda nya dengan senyuman penuh dengan kesedihan ditinggal oleh wanita tersebut.
---
2 bulan sudah sejak Dara menjadi piatu. Kini dia sibuk dengan persiapan menjelang Ujian Nasional yang akan dihadapinya beberapa bulan lagi. Dara kini sudah berubah menjadi lebih tegar dan kembali ceria.
"Bengong aja, Bu," Viona merangkul leher Dara dari samping dan mencolek dagu Dara berkali-kali.
"Enggak kok, Cuma takut aja waktu ujian nanti," Dara menatap Viona dan melengkungkan bibir nya ke bawah.
"Eh jangan gitu dong! Pasti bisa kok, asal belajar terus. Buktinya Try Out kamu bagus-bagus, bersyukur lah!" Viona menepuk pipi Dara dengan gemas.
"Iya deh, Alhamdulillah..." Dara tersenyum pada Viona.
Tiba-tiba handphone Viona berbunyi, sebuah notifikasi dari sosmed nya. Viona duduk di sofa empuk di kamar nya dan asik berkutik dengan handphone nya. Sedangkan Dara, asik menonton acara musik yang ada di tv.
"Eh, Ra! Lihat deh, di instagram lagi heboh foto mantan Miss Indonesia yang sekarang jadi model terkenal itu loh!" ujar Viona dengan heboh. Viona memang seseorang penggila fashion dan dia memang menjadikan banyak model sebagai inspirasi nya berpakaian, termasuk yang disebutkannya dengan heboh tadi.
"Hmmm, emang foto dia kenapa? Naked?" ucap ku ngawur. Aku masih sibuk memencet remot untuk memindahkan channel.
"Bukan, dia foto sama cowok ganteng banget-nget-nget! Gagah gitu deh pake baju loreng-loreng tentara." Dara hanya tersenyum tipis menanggapinya.
"Mungkin foto sama Ayah ku kali ya, jadi nya kamu heboh gitu?" canda ku. Viona mendengus geli mendengar candaan Dara. Viona menghampiri Dara dan menunjukkan foto yang dimaksud nya barusan.
Betapa terkejut nya Dara, melihat foto model cantik bernama Tiara bertatapan mesra dengan seorang pria menggunakan Pakaian Dinas Lapangan dengan pangkat Sersan Mayor Dua Taruna, foto itu diambil seperti ketidak sengajaan atau candid. Tapi Dara terdiam bukan karena kagum, tetapi karena shock melihat pria yang ada di foto tersebut yang tidak lain adalah.... Aris.
----
Tidak bosan-bosannya aku berterima kasih sama yang udah baca apalagi yang mau vote. hehe
Thanks a lot, mungkin akan lebih semangat lagi kalau vote nya banyak meskipun cerita nya gak bagus-bagus amat sih... Oke lah, makasih semua nya! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner!
Romance"Haruskah aku bertahan untuk kisah cinta yang tak menentu ini? Bisakah aku menjadi pendamping Abdi Negara?" - Adara. "Aku harap kamu mengerti dan menerimaku menjadi pendamping hidupmu. Jiwa dan raga ini mungkin milik negara, tetapi hati ini hanya ka...