DARA POV
Disana dia, berdiri dengan gagah nya menghadap sang inspektur upacara yang tidak lain adalah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bersama dengan ketiga calon perwira lain yang berasal dari matra AU, AL, dan POLRI, dia bersiap menerima penghargaan Adhi Makayasa atau lulusan terbaik yang dinilai dari tiga aspek yaitu jasmani, rohani, dan mental.
Aku berdiri dan melangkah maju ke tempat penonton paling depan bersama dengan Anna. Anna sibuk mendokumentasikan momen ini, sedangkan aku sibuk menata hatiku agar tidak berdebar seperti saat ini. Presiden SBY menyematkan pangkat di bahunya dan mengalungkan sesuatu yang seperti penghargaan, setelah itu RI1 menjabat tangannya, riuh tepuk tangan melihat keempat orang penerima Adhi Makayasa itu terdengar dengan keras. Aku hanya bisa tersenyum tipis dan menggumamkan ucapan selamat dalam hati untuknya. Acara selanjutnya, dia kembali ke barisan dan dilanjutkan dengan pengambilan sumpah yang diwakilkan dari masing-masing agama. Dengan tegas, mereka mengucap sumpah bersama-sama. Saat pengambilan sumpah selesai, SBY mengucapkan selamat kepada seluruh perwira remaja dan menyampaikan pesan untuk mereka semua.
Di penghujung acara, perwira remaja dari masing-masing matra menyanyikan yel-yel dengan semangat yang luar biasa. Dari TNI AL, mereka megakhiri nya dengan pelemparan topi. Dari TNI AD, mereka bersujud bersama setelah menyanyikan yel-yel. Sedangkan TNI AU, mengakhiri yel-yel dengan pelemparan topi dan memakai kacamata khas penerbang.
Kemudian, para undangan berlarian ke lapangan untuk menemui masing-masing perwira remaja. Aku dan Anna pun juga begitu, meskipun kami hanya berjalan. Saat Anna menemukan Bang Adam di tengah kerumunan orang, Anna melambaikan tangan pada Bang Adam dan Bang Adam berlari menuju kami. Kulihat Bang Adam berdiri tegap dengan perawakannya yang tinggi, dia menenteng topi milik nya dan memakai kacamata. Aku tertawa melihatnya.
"Ada yang lucu, hm?" Dia bertanya dengan nada yang dibuat garang.
"Enggak ada!" ujarku.
Anna memberikan bunga pada Bang Adam dan kita bergantian berfoto dengan Bang Adam.
"Capek, ya?" Bang Adam mengelus pundakku dan menatapku dengan tatapan khawatir.
"Yah, lumayan." Aku mengendikkan bahu. Bang Adam lalu menanyakan pertanyaan yang sama pada Anna, tetapi Anna menjawab tidak.
"Ra, aku tinggal dulu, ya. Mau ketemu sama someone!" Anna menepuk lengan kanan ku dan berjalan menuju luar lapangan.
"Yuk, Ra. Aku antar beli minuman," ucap Bang Adam. Dia menggandeng tanganku, aku merasa seperti anak ayam yang mengikuti induknya karena takut kehilangan arah, ckck.
Aku dan Bang Adam berjalan menuju ke tempat penjual minuman, makanan, dan souvenir di dekat pintu masuk. Cukup melelahkan memang, tapi apa boleh buat? Daripada menahan haus.
Saat aku sampai di tempat tersebut, Bang Adam menarikku masuk untuk duduk dan menikmati es cendol bersama. Bang Adam sempat berkata bahwa aku terlihat lucu menggunakan kebaya berwarna pink ini, aku memukul lengannya dengan keras. Setelah selesai minum es cendol, Bang Adam membelikanku air mineral dan berbagai macam makanan ringan.
Bang Adam menjauh dari tempat keramaian dan menelpon seseorang,
"Ya Pak, bawa saja ke tempat yang tadi masuk. Nah iya, saya sama Dara disitu. Oke, Pak." Bang Adam meletakkan hp nya di saku celana dan berbalik menghampiriku.
"Tunggu sebentar, nanti Pak Yadi, sopir yang tadi bawa kamu kesini bakal datang. Aku mau ada urusan sama temanku. Nanti kamu naik mobil terus ambil tempat istirahat di Paviliun 4." Jelas Bang Adam padaku.
"Iya, tapi itu tempat siapa, Bang?" tanyaku. Tidak mungkin 'kan aku langsung menerobos masuk tanpa mengetahui penghuni Paviliun tersebut.
"Tempat teman se-leting Abang, nanti Abang juga kesana. Tapi pas disana, kamu Abang tinggal sebentar." Aku hanya menuruti nya dengan menganggukkan kepala.
-----
Aku turun dari mobil dan menghampiri Bang Adam yang berjalan mendahuluiku menuju Paviliun 4, Paviliun tempat teman Bang Adam terletak di paling ujung sebelah kanan dari tempat ku melihat. Terlihat seorang pria menggunakan Pakaian Dinas Upacara berwarna hijau sedang membuka pintu Paviliun nya, Bang Adam menghampiri pria tersebut dan memeluk bahu nya. Aku mendekati mereka, kemudian pria tersebut mempersilahkanku masuk untuk beristirahat di dalam karena cuaca sangat panas padahal masih pukul 11.15! Benar apa yang dibilang Bang Adam seperti awal tadi, dia meninggalkanku setelah berpamitan dan mengucapkan hati-hati. Aku mendengus kesal, sekarang aku sendiri.
Kulangkahkan kaki ku untuk keluar dari kamar Paviliun tempat teman Bang Adam dan aku memilih duduk di kursi yang tersedia di depan kamar Paviliun. Aku dapat melihat orang-orang berjalan entah kemana, kulihat kanan dan kiri hanya kamar Paviliun yang sama yang kulihat. Aku membuka kantong plastik berisikan snack dan kuambil satu, snack yang terbuat dari kentang serta sebotol air mineral. Aku membawa plastik makanan ringan dan berdiri untuk merapikan kebaya ku yang mulai kusut.
Saat aku hendak melangkah untuk masuk ke dalam kamar Paviliun, aku mendengar suara Bruno Mars menyanyikan lagu Talking To The Moon. Awalnya kupikir itu berasal dari ringtone hp seseorang yang lewat di kamar Paviliun ini, tetapi salah. Aku mencari sumber suara dan ternyata berasal dari iPhone yang tergeletak di kamar Paviliun sebelah. Kuberanikan diri untuk memegang handphone tersebut, setelah itu lagu tersebut mati dan digantikan oleh suara 'nya'.
I know you're somewhere out there
Somewhere far away
I want you back
I want you back
My neighbors think I'm crazy
But they don't understand
You're all I had
You're all I hadAku melihat Mas Aris berdiri di pintu kamar Paviliun yang kuhampiri tadi, di belakang nya sudah ada koper kecil dan beberapa tas. Dia melepas topi nya dan menghampiri ku.
At night when the stars light up my room
I sit by myself talking to the moon.
Trying to get to you
In hopes you're on the other side talking to me too.
Or am I a fool who sits alone talking to the moon?Ohoooo...
I'm feeling like I'm famous
The talk of the town
They say I've gone mad
Yeah, I've gone mad
But they don't know what I know
Cause when the sun goes down
Someone's talking back
Yeah, they're talking back
OhhhAku menahan air mataku, kugigit bibir bagian dalamku. Tatapan mata nya yang ditujukan padaku sangat menyayat hati. Suara berat nya memang terdengar sangat bagus menyanyikan lagu ini, tetapi mata nya menyiratkan rasa kehilangan yang mendalam. Aku menjerit tertahan dan membalikkan tubuhku.
At night when the stars light up my room
I sit by myself talking to the moon.
Trying to get to you
In hopes you're on the other side talking to me too.
Or am I a fool who sits alone talking to the moon?Ahh~
Do you ever hear me calling?
Oh ohh oh oh ohhh
'Cause every night I'm talking to the moonStill trying to get to you
In hopes you're on the other side talking to me too
Or am I a fool who sits alone talking to the moon?Ohoooo...
I know you're somewhere out there
Somewhere far away.Dia menyelesaikan lagu yang dinyanyikan nya dengan isakan lirih yang membuatku langsung berbalik menatap nya. Mengapa dia melakukan ini? Apa yang dia inginkan?
Aku melihatnya meneteskan air mata, membuat hatiku ikut teriris entah mengapa. Masihkah aku menyimpan rasa untuk pria ini? Ya Allah, beri aku petunjuk.
Aku menundukkan kepala dan berteriak,
"Tolong, jangan seperti ini. Sudah cukup kamu membuatku hampir gila, tidak lagi. Tolong..." ucapku lirih.
"Kamu pikir hanya kamu yang gila disini? Aku yang paling menderita. Percayalah, aku menyesal dengan keputusanku setahun yang lalu." Mas Aris memelukku dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner!
Romance"Haruskah aku bertahan untuk kisah cinta yang tak menentu ini? Bisakah aku menjadi pendamping Abdi Negara?" - Adara. "Aku harap kamu mengerti dan menerimaku menjadi pendamping hidupmu. Jiwa dan raga ini mungkin milik negara, tetapi hati ini hanya ka...