DARA POV
Hubungan kami semakin membaik, mengingat sudah satu tahun aku dan Mas Aris bersama-sama. Namun, akhir-akhir ini aku sering marah pada Mas Aris dengan alasan pulang malam, tidak memberi kabar, dan masih banyak lagi. Aku sendiri heran, mengapa aku jadi sensitif seperti ini? Padahal sebelumnya aku tidak pernah menegur Mas Aris atau memarahinya karena hal-hal itu karena aku sudah terbiasa. Tanpa sadar aku menggelengkan kepala yang membuat penjual di toko kue di hadapanku tertawa cekikikan.
"Oh sudah ya, Mbak? Terima kasih!" Aku membayar kue yang sudah kupesan beberapa hari yang lalu dan membawa kotak kue nya dengan sangat hati-hati.
Rencana nya, hari ini aku ingin memberikan hadiah perayaan 1 tahun pernikahanku dengan Mas Aris. Aku tersenyum ketika berpapasan dengan tetangga saat memasuki asrama militer, sebagian ada yang membalas senyumanku dan sebagian lagi menatapku heran, aku hanya berdecak kesal.
Tadi pagi saat voli Ibu-ibu Persit, Mas Aris sempat memberiku semangat dan memberikanku minuman, aku malu sekali diperlakukan seperti itu dihadapan orang banyak apalagi di lingkungan militer. Dia tidak bisa mengantarkanku kembali ke asrama karena harus mengikuti kumpul data dan persiapan latihan. Aku menggigit bibir dan memainkan jari dengan gugup, tidak menyangka juga bahwa sudah satu tahun aku menjadi seorang istri prajurit. Waktu kami untuk berduaan tidak sesering pasangan suami istri pada umumnya, aku lebih sering ditinggal untuk tugas luar daerah dan sempat ditinggal ke Bandung oleh Mas Aris sebab dia melanjutkan pendidikan kembali, huft.
Tidak terasa, sudah berjam-jam aku menunggu. Suara ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunan, Mas Aris datang dengan pakaian loreng nya dan menenteng tas berwarna hitam. Wajahnya terlihat sangat letih, aku melihatnya sesekali menghela nafas berat pertanda dia kelelahan. Aku menyuruhnya untuk duduk di sofa dan aku memijat lengannya.
"Happy 1st wedding anniversary, Mas." Dia mengangguk singkat dan menggumamkan iya. Sedikit kecewa dengan reaksinya, aku mengerti dia seperti itu mungkin terlalu lelah.
"Aku tidur dulu. Selamat malam, sayang." Mas Aris melepas PDL nya dan mengganti nya dengan kaos santai. Dia kemudian berjalan menuju tempat tidur kami dan memilih untuk tidur. Aku membuka box berisi kue perayaan satu tahun pernikahan kami dengan sedih, aku bersungut kesal dan meletakkan kue tersebut di dalam kulkas.
----
Keesokan hari nya, aku sengaja bangun lebih awal dan mempersiapkan makanan lalu mengabaikan Mas Aris. Siapa yang tidak kesal diperlakukan seperti semalam? Kalaupun dia lupa, aku memaklumi tetapi ini malah ditanggapi dengan gumaman tidak jelas dan ditinggal tidur. Ah sudahlah, biarkan saja.
"Ra?" Mas Aris sudah mengenakan pakaian dinas nya dan tak lupa dengan baret hijau nya. "Kok tidak makan sama Mas?" Dahi Mas Aris mengernyit. Dasar, makhluk tidak peka.
"Tidak nafsu makan." Jawabku asal.
"Kenapa begitu?" Mas Aris menatapku curiga. Buru-buru aku menggelengkan kepala.
"Enggak kenapa-napa. Sudah sana berangkat, nanti bisa ditindak kalau telat." Ujarku, masih malas berhadapan dengan Mas Aris karena kejadian semalam. Jika dia lupa, aku bisa maklum. Dia malah menanggapinya dengan gumaman tidak jelas dan ditinggal tidur. Memang harus ekstra sabar menghadapi seseorang yang kaku seperti Mas Aris.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life Partner!
Romance"Haruskah aku bertahan untuk kisah cinta yang tak menentu ini? Bisakah aku menjadi pendamping Abdi Negara?" - Adara. "Aku harap kamu mengerti dan menerimaku menjadi pendamping hidupmu. Jiwa dan raga ini mungkin milik negara, tetapi hati ini hanya ka...