Part 9

35.9K 1.7K 14
                                    

                Dara masih terdiam, kemudian dia mengembalikan hp Viona. Viona yang heran karena Dara yang tiba-tiba menjadi diam pun bertanya,

                “Kenapa, Ra? Kok tiba-tiba diam begitu sih?” tanya Viona. Viona menyentuh kening Dara dan menurutnya kening Dara tidak panas.

                “Itu cowok yang di foto instagram nya cewek cantik itu tadi…. Mantan pacar aku, Na,” Dara menunduk, dia merasa sedih karena melihat Aris begitu serasi dengan Tiara si model terkenal itu dibanding dengannya.

Viona yang tau kesedihan Dara pun langsung mendekap nya, merasa kasihan melihat sahabat nya merasakan cinta pertama yang tidak mulus dan membuat patah hati.

                “Sabar, ya. Masih banyak kok cowok di luar sana! Mau yang kayak siapa sih? Adam Levine, Enrique Iglesias, atau cowok-cowok Arab?” Viona mencoba menghibur Dara, Dara tertawa geli.

                “Itu sih selera kamu, pria-pria brewokan!” Dara menjulurkan lidah nya mengejek Viona.

                “Oh gitu, sekarang mainannya ngeledek. Huu!” Viona mencubit pipi Dara.

                “Aw, aw sakit Na!” Dara mengaduh kesakitan. Mereka pun menghabiskan malam itu penuh dengan gelak tawa dan obrolan hangat seputar kehidupan mereka.

-------

ARIS POV

                Minggu-minggu terakhir ini aku kembali disibukkan dengan serangkaian kegiatan rutin di Akmil. Namun, beberapa hari yang lalu, saat pesiar aku tidak sengaja bertemu dengan sahabat lama-ku yang bernama Tiara, seorang model terkenal yang baru saja pulang dari Paris. Aku dan Tiara bertemu di salah satu restoran di sekitar Akmil. Kami berdua sempat bersenda gurau, mengobrol, dan berfoto bersama. Tiara sudah seperti adikku sendiri, mengingat aku anak tunggal jadilah aku mengganggapnya adikku.

Hubunganku dengan Tiara semakin membaik, disaat Pesiar dan waktu luang, seringkali aku menghubunginya sekedar menanyakan kabar atau menyapa, lain lagi dengan Dara, aku tidak memiliki nyali sedikitpun untuk kembali menghubunginya. Aku berpikir, dia sudah melupakanku. Sempat kudengar bahwa Bu Rianti atau Bunda-nya Dara meninggal baru-baru ini dan itu membuatku semakin tidak tega untuk menganggu Dara. Mungkin aku dan Dara memang tidak berjodoh.

Aku tersadar dari lamunan saat adik liting-ku mengayunkan tangannya di depan mata ku.

                “Bang, bukannya jaga malah ngelamun. Kamis malam jum’at nih, rawan setan!” ujar Ryan sambil cekikikan. Ryan adalah teman sebayaku di SMA dulu, tetapi setelah lulus SMA aku langsung lolos masuk Akmil, sedangkan dia gagal dan mencoba lagi di tahun berikutnya.

                “Mau kemana kau, heh? Keliaran begini bukannya belajar malam,” tegurku.

                “Nih bang, mau nganter tanda tangan,” Ryan mengangkat tangan kanannya yang sedang membawa map berwarna hijau.

                “Oh ya sudah, nanti habis kau antar itu, balik lagi ke sini,” Aku menepuk lengannya.

Setelah beberapa saat, Ryan kembali ke pos jaga untuk menemuiku, dia langsung duduk di sebelahku.

                “Ijin mayor. Boleh tanya kenapa ngelamun terus?” Ryan menggunakan nada candaan. Baiklah, aku ikuti permainannya.

                “Ah, banyak tanya kau nih. Jungkir dulu sana,” Ryan mendengus kesal.

“Siap, laksanakan!” Ia pun melaksanakan perintahku. Aku terbahak-bahak. Yah lumayan untuk menjadi penghibur daripada galau begini, ‘kan?

-----

My Life Partner!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang