Bunyi alarm di nakas meja kecil berbunyi, Hinata menggapai jam berbentuk bulat purple miliknya dan mematikan bunyinya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk dan meregangkan otot-ototnya, Hari senin kembali datang, ia benar-benar malas untuk datang ke sekolah, apalagi mengingat enaknya macarons yang di beli oleh Sasuke, ia jadi tidak mau berangkat dan ingin membeli lagi.
Kalau bisa sebenarnya, padahal Hinata tidak pernah merasa semalas ini. Tapi mungkin karena ia sedang datang bulan makanya seperti ini.
Selesai bersiap Hinata langsung turun, sarapan, dan keluar rumah. Saat ia akan meminta antar kakaknya Neji, Di depan gerbang sudah terdengar suara mobil yang berhenti di depan pagar, yang Hinata tau itu seperti mobil milik Sasuke.
'Kenapa lagi?' batin Hinata melihat Sasuke di dalam mobil, di balik pagar hitam rumahnya. Hinata menghampiri pagar dan mengurungkan niatnya untuk ikut Neji yang sedang berada di bagasi entah sedang apa bisa selama ini. Ia mengintip dari dalam pagar dan menaikkan dagunya bertanya kepada Sasuke yang menatapnya dari dalam mobil.
Sasuke ikut menggerakan dagunya ke arah tempat duduk di sampingnya. Hinata mengernyit bingung, "Ada apa?" tanyanya tidak mengerti.
"Naik, berangkat bersama," jawab Sasuke mendorong pintu mobil dari dalam agar Hinata segara masuk.
Hinata menghela nafas, Ia melirik kakaknya yang belum juga keluar bagasi dengan mobilnya, lalu beralih menatap arloji di tangannya yang sudah menunjukan pukul setengah 7.
Hinata segera membuka gerbang dengan perlahan, karena pak satpam belum datang jadi dia harus melakukannya.
Hinata langsung duduk di samping Sasuke, "Tumben menurut," gumam Sasuke, karena biasanya Hinata keras kepala, alasannya masih malu-malu.
Hinata melebarkan matanya bingung, "Kenapa?" tanyanya polos.
Sasuke menggeleng.
Sesampainya di sekolah, mereka turun dari mobil dan langsung menjadi perhatian. Hinata berdehem pelan dan melirik Sasuke yang memasukkan kunci mobilnya di saku celananya. Sasuke menatap Hinata bertanya, "Kenapa?" tanyanya pura-pura tidak tahu.
Hinata menggeleng cepat, "Tidak ada," gumamnya.
Mereka pun berjalan menyusuri koridor berdampingan. Sesampainya di kelas kebanggan mereka, Hinata langsung berlari ke tempatnya dan langsung di sambit ke tiga temannya.
"Ini dia Hinata, Tenten si pembuat onar, gara-gara kau kita tidak jadi jalan bersama," kata Ino menatap jengkel Tenten yang mendengus malas.
"Aku sudah bilang ada urusan," belanya kepada diri sendiri.
"Ada urusan apa? jelas-jelas ku lihat kau sedang ber2an dengan. seseorang saat di timezone kemarin," bela Sakura.
"Terus? kau pikir itu bukan urusan?" tanya Tenten.
"Jadi kau lebih memilih teman atau orang itu,"
"Sebelum bertanya, kau akan pilih mana? teman atau orang special?" tanya Tenten balik.
Hinata memijit ujung hidungnya pusing mendengar semua perkataan dari suara toa ke3 temannya, ini masih pagi hari, kenapa harus ada pencemaran suara begini?.
"Sudah-sudah kalian ini, Ini di kelas. Tenten sudah menjelaskan, jangan bertengkar," kata Hinata, ia mulai merasakan kram di perut nya.
Ino berdecak kesal, "Kenapa kau membelanya, kau tidak marah karena membuatmu berdua dengan Sasuke?"
Sakura menepuk bahu Ino, "Kan mereka sudah dekat, mau bagaimana lagi."
"Terserah kalian," gumam Hinata menenggelamkan wajahnya di lengannya.