8 - You Are Weird

31 12 7
                                    

Sebelumnya author mau minta maaf karena yg biasanya post cepet, kok makin kesini makin lama :). Author minta maaf🙇. Semoga story ini gak buru buru dihapus dari perpustakaan kalian. Jangan lupa vomment❤. Karena satu vomment aja sangat berharga bagi author. Apa salahnya mengklik tanda bintang :).
.
.
.
.

"Apakah ini resiko mencintai seseorang?" gumamnya pelan.
Lalu tertidur dengan pulasnya.

***

Happy Reading!❤

"Duh, kuota pake abis segala!" gerutu Zahra saat ingin memesan ojek online, namun tidak bisa untuk dipesan.

"Yaudah, kamu naik angkutan umum aja" jawab Mamanya seraya menyiapkan bekal untuk Zahra.

"Yaudah deh, Ma"

"Ini bekalnya" kata Mama Zahra seraya menyodorkan kotak bekal.

"Iya iya" ucap Zahra sambil mengambil bekalnya. Baginya, membawa bekal hanya untuk memberatkan tas saja. Lagi pula, apa gunanya kantin jika kita selalu membawa bekal? Pikirnya.

Zahra pun berjalan ke depan kompleknya, dan mencari angkutan umum yang sesuai dengan arah sekolahnya, SMP Pelita Budi.

***

"Anjir, macet!" keluh Zahra saat melihat ke sekeliling.
Bola matanya tiba tiba berhenti memutar saat melihat pengendara memakai jaket hitam bertuliskan 'Handsome Boy' dan tidak memakai helm.

"L-loh, itukan Kelvin?" tanya Zahra sambil menengok ke kaca jendela.
Zahra terus memerhatikan pengendara tampan itu, sampai—

Deg!

Kelvin memutar kepalanya kesamping dan mendapati Zahra yang sedari tadi  menatapnya. Seketika bola mata mereka saling menatap dalam beberapa detik. Kelvin seperti memandang lekat-lekat mata Zahra, yang membuat Zahra menjadi deg-degan tidak karuan.

"Dek, turun dimana?" tanya Pak Supir membuyarkan tatapan kagum Zahra pada Kelvin.

"Anjir, tuh supir kaga tau apa kalo gue lagi mandang orang ganteng. Ganggu aja" batin Zahra.

"Turun di SMP Pelita Budi, Pak"

"Maaf ya Dek, angkotnya mau sampai sini. Soalnya macet. Lagian sekolahnya nggak terlalu jauh, kan, dari sini?"

Zahra terbengong-bengong dengan pernyataan supir angkutan umum tadi.

"Tenang Dek, kagak usah bayar" sambung Pak Supir.

"Ng-ng y-yaudah deh. Makasih Pak" jawab Zahra sedikit senang karena tidak bayar walaupun harus berjalan sedikit. Hitung-hitung hemat, pikirnya.

Zahra pun turun dari angkutan umum dan berjalan ke arah sekolahnya ditengah kemacetan. Zahra lihat, Kelvin sudah tidak ada. Padahal, Zahra sudah membayangkan Kelvin akan memberan tumpangan motor untuknya. Sepertinya mustahil.

Zahra memotong jalan melewati gang dengan menyusuri pepohonan, kendaraan bermotor yang berlalu lalang, dan warung-warung kopi. Saat melewati salah satu warung, Zahra melihat sekumpulan anak SMP tengah berkumpul-kumpul disitu. Ada yang meminum kopi, bercakap-cakap ria, memakan mie instan, bahkan ada diantara mereka yang merokok. Apa mereka tidak sadar seragam apa yang sedang mereka pakai? Apa mereka tidak malu sebagai anak SMP tetapi kelakuannya melebihi batas wajar? Batin Zahra bertanya.

"Loh itu kan Aldin yang sekelas sama gue" gumam Zahra. "Lah i-itu juga kan Kelvin? Fakhri?" sambungnya.

Sekarang Zahra mengerti. Warung yang bertuliskan 'Warung Bu Irna, Kuy Ngopi!' itu adalah tempat tongkrongan para anak-anak brandalan di SMP Pelita Budi. Sekarang, Zahra juga tahu alasan Kelvin dan Fakhri selalu terlambat.

AZZAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang