15 - Hujan

44 4 0
                                    

Jangan lupa vomment! Lapak ini tanpa kalian bakalan jadi lapak garing, hehe :')

Happy Reading!❤

"Zahra? Bisa ke ruang OSIS nanti?"

***

Zahra yang sedari tadi lesu pun menegapkan tubuhnya dan tak lupa dengan mata yang membelalak lebar saat menyadari siapa yang ada dihadapannya. Ketika mata mereka bertemu, sepintas peristiwa mengelilingi pikiran Zahra kemudian setelahnya ia menghela nafas guna membuang jauh-jauh hal itu.

Karena memang tak ingin.

"O-oke. Habis ini gue kesana."

"YEUUUU SI GEVAN! GANGGU SUASANA AJA LO!" geram Bella saat melihat Gevan yang berdiri di depan Zahra dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Biasa aja kali, Bel." ucap Gevan seraya terkekeh. "Yaudah Zah. Gue tunggu abis jam istirahat selesai."

Zahra tersentak, "Loh? Memang gue nggak belajar?"

"Khusus buat lo, dispen." Gevan berbalik badan lalu pergi dari kantin yang tengah ramai itu.

Zahra menghela nafas. Ini memang tugasnya dan ia tak boleh menghindar. Untuk kali ini, ia harus rela tak ikut ulangan harian IPS dari gurunya. Oh, IPS dan Kelvin itu bagaikan surga duniawi bagi seorang Zahra.

"Semangat Zahraku sayang! Pulangnya nanti naik ojol aja ya. Gue mau duluan soalnya pengen berak, hehe." ucap Refina lalu tertawa hampa mengingat Zahra kadang mengikuti rapat yang cukup lama.

Zahra menatap sinis lalu setelahnya mencubit pinggang orang yang selalu memakai sepatu Converse itu. Karena tak tega, Zahra melepaskan jemarinya ketika Refina mengerang marah.

"Sakit, setan!" geram Refina sambil mengelus pinggang indahnya.

"Bad attitude of tongue banget sih lo. Udah, lah, gue mau ke ruang OSIS." ujar Zahra lalu berdiri dari bangkunya.

Refina mendekat, lalu berbisik "Fokusnya ke Gevan ya, jangan ke Kelvin. Inget ini OSIS."

Zahra tak mengindahkan ucapan Refina lalu tak lama ia pergi meninggalkan tempat favorit sejuta umat pelajar yang masih dilanda keramaian.

Dan tentunya ia telah mengabaikan sepasang manik yang menatap tajam kegiatan mereka sedari tadi.

***

"Gev? Lo jangan bercanda deh. Ini yang lain pada kemana?"

Zahra menatap etentitas dihadapannya dengan sorot mata yang jelas menampilkan amarah. Sudah satu jam lamanya namun sedari tadi Gevan hanya memainkan ponselnya dan membulak-balikkan tumpukan kertas yang Zahra yakini itu adalah proposal lomba. Ia juga tak melihat kehadiran anggota OSIS yang lainnya datang kesini.

"GEVAN!" Zahra berteriak cukup kencang karena sedari tadi sang empu hanya diam.

"Sssssttt. Noh, kan, pelanggannya jadi kabur." ujar Gevan pasrah lalu menyimpan ponselnya kembali pada saku celana.

Zahra menautkan kedua alisnya, "Pelanggan? Main apaan emang lo?"

"Sally's Salon."

"APA?!" Zahra terkejut dengan tidak elitnya karena mulutnya menganga. Saat hendak kembali berbicara, Gevan membekap mulut Zahra dengan tangan kanannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AZZAVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang