"Geser dong" Aku menghampiri dia yang sedang makan bersama teman-temannya lalu menyimpan nampan makananku dan duduk di sebelahnya. Iya dia, yasmin.
"Ih apaan sih? Pindah sana ganggu aja" Dia terlihat kesal melihatku duduk disebelahnya.
"Pindah kemana? Ke hatimu? Boleh" Godaku padanya. Jika siswi lain yang biasanya aku goda selalu terlihat salting, dia selalu terlihat kesal. Gemas jadinya.
"Itu kan di meja depan kosong" Aku melihat tangannya terangkat menunjuk meja depan yang kosong dengan sendok yang dipegangnya.
"Terus aku harus makan sendiri gitu? Cogan gini makan sendiri?" Aku menunjuk diriku sendiri dengan percaya diri. Aku melihat bibirnya mengerucut kesal.
"Rel kenapa sih gangguin Yasmin terus? Suka ya?" Aku menoleh ke arah Azizah yang duduk di depan Yasmin. Aku tersenyum sebentar.
"Emang kalo iya kenapa?" Aku melirik kearah Yasmin, ingin tau bagaimana reaksinya.
Dia terlihat terkejut sambil melirik ke arahku tapi langsung memalingkan wajahnya karena tak sengaja mata kami saling bertemu.
Sialan kenapa aku juga ikutan malu saat mata kami bertemu..
"Woy pindah ganggu anak orang aja lo" Aku melihat Diza dan beberapa temanku yang lain berjalan ke arah meja depan setelah menepuk pundakku.
Aku bangkit dari tempat duduk lalu pindah ke arah meja depan dimana Diza, Doni, dan Dimas sudah berkumpul. Posisiku menghadap ke arah Yasmin. Melihat pipinya mengembang karena di penuhi oleh makanan sangat lucu.
Doni,Diza,dan Dimas adalah teman muslimku. Kami kenal karena satu komplek. Kami juga sangat populer di sekolah, kami menyebut diri kami sebagai Genk 4D karena awalan nama kami dimulai dari huruf D.
Hanya saja Diza tidak tinggal di asrama. Setiap hari minggu dia akan pulang. Entah apa alasannya.
Sekolah ini dibangun untuk meningkatkan toleransi beragama jadi murid disini memiliki kepercayaan yang berbeda. Gedung sekolah memiliki empat tingkat, lantai 1 dan 2 diisi oleh mereka yang beragama muslim karena memiliki murid yang lebih banyak sedangkan lantai 3 dan 4 diisi oleh murid kristen dan agama lainnya. Disini juga ada asrama khusus muslim dan agama lain. Dan menyediakan tempat ibadah yaitu masjid dan gereja. Untuk mereka yang beragama selain islam dan kristen maka akan keluar sekolah seminggu sekali untuk melakukan ibadah.
Sekolah yang sangat luar biasa menurutku.
"Malam ini lo kabur lagi?" Tanya dimas padaku.
"Yoi lah" Jawabku setelah menelan makananku.
"Lo mau kabur lewat mana? Gerbang belakang gereja kan ditutup" Aku hanya menanggapi dengan senyuman. Memang gerbang belakang gereja ditutup gara-gara aku sering kabur untuk melakukan balapan.
Tapi bukan Darrel kalo gak ada ide.
"Tenang aja, gue ada cara" Jawabku percaya diri.
"Lo gak ikut Za?" Lanjutku, selama ini emang Diza yang selalu jadi partner ku balapan.
"Gak, gue ada tugas" Aku hanya meng'oh'kan saja.
Setelah jam istirahat berakhir, kami kembali ke kelas masing-masing. Dan pelajaran selanjutnya adalah pelajaran yang paling aku benci.
Sejarah.
Mendengarnya saja sudah membuat ngantuk.
Dulu aku sempat berpikir buang-buang waktu dan pikiran untuk mempelajari masa lalu.
Dan seperti biasa aku selalu tertidur dikelas. Sebenarnya bukan hanya pelajaran sejarah tapi hampir semua pelajaran kecuali olahraga.
Ya walaupun aku sering tertidur dikelas tak membuat nilai ku anjlok. Aku dikenal sebagai murid yang pintar disekolah dan murid paling bandel disekolah. Istilah badboy seperti sudah mendarah daging dalam diriku. Tapi bukan berarti aku ini playboy, aku hanya menggoda beberapa wanita bukan memacari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebatas Harapan [Tamat]
Teen FictionDalam agamanya Yang tak seiman, tak bisa membuat ikatan Aku tak mencoba untuk menentang keyakinannya Aku mencoba untuk mengenal tentang keyakinannya Yasmin Reika Rindy Wanita muslim yang membuatku ingin mengenal islam lebih jauh Wanita pertama yang...