Chapter 14

56 6 0
                                    

Tadi siang saat jam istirahat yasmin mendatangiku di kantin, dia berterimakasih karena berkatku mengajarinya basket nilai ujiannya cukup baik, tentu aku ikut senang mendengarnya.
Semakin hari, aku dan yasmin semakin dekat. Aku selalu menggodanya dan membuat pipinya merah.

Semakin hari, aku ingin terus bersamanya seharian. Mudah rindu, seperti itu kira-kira.
Semakin hari, aku semakin candu oleh senyumnya. Kadang setiap pagi, dia yang selalu mengirimku pesan duluan.

Semakin hari, rasa ini semakin besar. Aku mencintainya.

→ⓢⓗ←

Hari ini hari minggu, aku berencana untuk pulang ke rumah. Sebelum pergi, aku sempat bertanya kepada yasmin apa yang akan dia lakukan hari ini. Katanya dia hanya akan pergi ke supermarket untuk membeli keperluan sehari-hari.

Aku menyuruh geo untuk membawa motorku ke asrama. Dia datang bersama kevin.

Aku menaiki motor merah kesayanganku, melajukan motorku dengan kecepatan normal menuju rumah.

Aku mulai memasuki perumahan, sudah lama aku tak pulang. Motorku berhenti di garasi rumah. Aku masuk ke dalam rumah, di sambut oleh beberapa pembantu di rumah.

"Mama sama papa mana bi?" Tanyaku pada salah satu pembantu.

"Sedang keluar sebentar" Jawabnya.

"Oh" Aku berjalan menuju kamarku yang ada di lantai dua. Warna abu mendominasi di setiap sudut ruangan. Aku membaringkan sebentar tubuhku di kasur king size.

Aku ketiduran selama 15 menit. Aku turun dari kasur menuju lantai bawah. Mungkin mama dan papa sudah pulang.

"Jauhi perempuan muslim itu!" Aku berhenti saat langkahku masih berada di tangga. Ucapan papa membuatku terdiam, detak jantungku berdetak cepat.

"Papa gak berhak jauhin darrel dari dia!" Bantahku.

"Kamu udah berani lawan papa?" Papa meninggikan nada suaranya. Aku pulang bukan ingin bertengkar seperti ini, kapan keluargaku bisa seperti keluarga lain?

"Darrel selalu ikutin semua kemauan papa. Darrel berhak ikutin kemauan darrel sendiri!" Jawabku lantang, aku melihat mama berdiri di belakang papa.

"Dia gak seiman dengan kita darrel. kalo kamu mau sama dia, Bawa dia dengan kita!" Benar, dugaanku benar tentang alasan papa tak menyukai yasmin. Tapi tunggu? Aku tak mungkin membuat yasmin menjadi murtad. Membawanya masuk ke agamaku? Gila saja, aku bahkan sudah tak yakin dengan agamaku sendiri.

"Darrel gak akan bawa dia ke agama ini, tapi Darrel yang akan ke agama dia!" Papa terkejut dengan ucapanku, begitupun dengan mama yang sedari tadi menangis.

"Jangan bodoh kamu, kalo kamu berani melakukan itu. Pergi saja dari rumah!" Aku terkejut dengan ucapan papa.

"Pa, kita bisa bicarakan baik-baik" Mama akhirnya bicara.

"Tidak ada yang perlu dibicarakan. Anak yang terus melawan harus diberi pelajaran!" Aku tersenyum kecut mendengar ucapan papa. Terus melawan katanya?

"Melawan? Kali ini darrel gak akan melawan. Darrel akan ikutin kemauan papa, papa mau Darrel pergi kan? Darrel pamit" Aku turun dari tangga menuju pintu. Mama menggenggam tanganku, tangisnya pecah.

Sebatas Harapan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang