Chapter 9

67 4 0
                                    

Hari ini aku akan menemani Oma di rumah sakit. Aku mengenakan jeans yang dipadukan dengan kemeja berwarna hitam.

Aku mengambil kunci yang ku taruh di atas nakas kemarin setelah pulang balapan.

Mobilku melaju keluar dari pekarangan rumah. Aku melajukan mobil dengan kecepatan sedang, hari ini cuacanya sangat bagus.

Melihat langit membuatku semakin merindukan yasmin. Di dalam mobil, aku terus memutar murrotal ar-rahman. Karena sering mendengarkan akhirnya ada beberapa ayat yang sudah bisa ku hapal.

Mobilku masuk ke basement rumah sakit. Aku keluar dari mobil menuju ruang VIP, tempat Oma di rawat.

"Thank you" Ucapku pada suster yang baru saja selesai mengganti infus Oma. Suster itu hanya tersenyum sebagai jawaban.

"Sudah makan?" Tanya Oma saat aku duduk di kursi di pinggir kasurnya.

"Sudah" Jawabku.

"Cucu oma makin ganteng aja. Sudah punya pacar?" aku tersenyum malu-malu saat Oma mengatakan hal itu.

"Bukan pacar Oma" Jawabku malu.

"Siapa? Cantik?" haruskah aku jujur sekarang?

"Cantik, Namanya Yasmin"

"Dia..

...Muslim" Lanjutku.

Oma terdiam sebentar lalu tersenyum. Jantungku yang awalnya berdetak sangat kencang karena takut Oma akan menentang semuanya seketika menghilang. Lega rasanya melihat Oma tetap tersenyum walau tau aku mencintai seseorang yang berbeda agama denganku. Walau sebenarnya aku belum tau jawaban Oma.

"Cinta itu tidak mengenal perbedaan. Jika cucu Oma ini mencintai perempuan muslim atau bukan maka perjuangkan" Aku tersenyum, kata-kata Oma membuatku semakin yakin.

Aku terdiam, mengingat bahwa aku harus pindah agama. Entah bagaimana caraku memberitahukan hal ini pada Oma.

"Tapi Darrel harus pindah" Oma bingung mendengar ucapanku.

"Di agamanya, tak boleh terikat dengan yang berbeda" Jelasku.

"Itu hak kamu" Aku tersenyum. Sangat senang.

"Oma juga mau ketemu calonnya cucu Oma" Malu, ketika Oma memanggil yasmin dengan kata calon.

"Nanti Darrel ajak yasmin buat ketemu Oma" Oma tersenyum.

→ⓢⓗ←

Hari-hariku disini tak sebosan saat diza belum datang. Disini hampir setiap hari kami pergi balapan atau pergi main.

Besok, harusnya aku ada di Indonesia. Melihat Yasmin tampil di atas panggung.

Semoga ada keajaiban.

"Lo balik besok?" Tanyaku pada Diza, kami sedang mengobrol di sebuah kafe.

"Yoi lah, gue mau liat si zizah tampil" Jawabnya lalu menyeruput cappucino yang di pesannya.

"Gue juga mau ikut anjir"

"Lo mau liat sapa kalo ikut?"

"Yasmin"

"Eh anjir, lo sama si yasmin?" Diza terkejut mendengar bahwa aku ingin melihat yasmin pentas.

"Kagak pacaran. Komitmen" Jelasku.

"Oh. Kuy ke Indonesia, susah amat"

Sebatas Harapan [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang