Prolog

93 11 1
                                    

Apapun itu, kalau tentang lo gua seneng.
-Nata

🍁

"Ra, kitakan tetanggaan udah lama, nih." ucap lelaki itu santai sambil senyum-senyum sendiri, seperti orang kesetanan, tapi setannya kelewat bahagia.

"Ya, terus. Kenapa Nat?" Ira yang ada di samping lelaki berbaju kaos biru itu memutar bola matanya malas.

"Gak ada niatan ganti status gitu?" tanya Nata lagi, masih setia dengan senyum menggelikannya.

"Langsung aja, deh, Nat, males basa-basi tau," jawab Ira ketus, dia tidak suka acara nonton yutubers kesayangannya terganggu.

Bukannya tersinggung karena jawaban ketus Ira, lelaki yang bernama lengkap Nata de coco itu malah terkekeh pelan.

"Jadi pacar gua, ya, Ra."

Ira menyimpan handpone Nata yang ia pakai untuk menonton youtube kemudian menetralkan debaran jantungnya dan memfokuskan pandangannya ke arah Nata yang masih saja senyum-senyum.

Ck, bukannya takut gua tolak, malah senyum-senyum, kerasukan kali ya?

Setelah membatin dan menggenyahkan pikirannya tentang Nata yang kerasukan, Ira malah menekan pipinya beberapa kali takut dia bermimpi ditembak Nata lagi. Ck, aibnya kebuka.

"Ra, jawab elah capek tau senyum mulu nunggu respon lu." Nata mendumel sambil memakan keripik Ira, tidak tau kondisi memang. Nata malah santai-santai saja seperti tidak pernah mengatakan apa-apa. Makan makanan orang pula!

"Buat apa emang ganti status?" Ira bertanya sambil menetralkan jantungnya, seketus apapun dia pada lelaki di sampingnya itu, ia tidak bisa membohongi bahwa dia punya rasa pada Nata.

"Supaya gua bisa ganti idola."

"Hah?!"

"Dulukan tetanggaku idolaku!" Nata menarik napas pelan kemudian melanjutkan kalimatnya.
"Sekarang pacarku tetanggaku!" ucap Nata dengan senyum tulusnya.

Ira tidak bisa menyembunyikan semu merah di wajahnya, ya, dia kemakan omongan receh seorang Nata.

Bukannya menjawab Ira malah berjalan menuju pintu rumahnya, meninggalkan Nata yang bingung dengan wajah sok sedihnya.

Sebelum benar-benar masuk ke dalam rumahnya, Ira berbalik badan menatap Nata yang berada beberapa meter darinya.

"Besok jemput, ya, pacar! "Teriak Ira.

Nata yang sudah menyiapkan mental untuk dijauhi oleh Ira seperti mendapat serangan beribu-ribu tepuk tangan dari para fansnya, rasanya sungguh menyenangkan.

Kalau Ira tahu banyangan Nata saat menjadi pacarnya adalah memikirkan para fansnya, Ira pasti sudah memutuskannya sedari tadi.

Tapi apa boleh buat, Ira tidak akan tahu.

🍁

Nata itu tetangga Ira, Nata pindah dan menetap di rumah yang berhadapan dengan rumah Ira sewaktu mereka kelas empat SD semester satu. Saat itu Ira yang tidak punya teman bermain di rumahnya sayup-sayup mendengar keributan di depan rumah.

Ira kecil mengintip di balik pagar, sedikit ingin tahu tentang tetangga baru yang sempat diceritakan mamanya.

"Nata! Makan dulu, baru main bola lagi!" seru wanita paru baya yang kelihatan sibuk mengejar anaknya yang sedang bermain bola. Anak lelaki yang dipanggil Nata itu tampak tidak peduli.

Nata de cocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang