"Nat, lu udah nggak marahan sama Ira?" tanya Gio di sela-sela makannya.
"Yoi," jawab Nata mengangkat jempolnya.
"Tumben lu nggak ngajak dia ke sini?"
"Ya, gua belum baikan."Gio menganga di tempatnya, yang salah tangkap di sini, dia atau Nata?
"Tadi gua liat Ira sama Vano, Nat," ucap Gio hati-hati.
Nata mengangkat bahu, sok tidak peduli. "Dimana?"
"Di pikiran lo!"
Kesal, Nata melempar sedotan minumannya ke arah Gio yang sedang cekikikan. "Sok tau lu Jubaedah!""Tapi bener 'kan?"
"paan, sih!"Gio kembali tertawa, tawanya memenuhi area kantin.
"Gua liat Ira sama Vano tadi pagi, Nat."
Gio dan Nata kompak menoleh ke arah Bima, tidak biasanya dia nimbrung begini.
"Dimana?" tanya Gio paling semangat.
"Di kelas Ira."Nata mengangguk, sedikit kecewa. Hatinya juga ikut bertanya-tanya.
Apa benar Ira masih menyayanginya?
Kenapa cewek itu seakan menganggap dirinya tidak ada?
Apa karena Nata tidak tegas bahwa ia merupakan pacarnya?
Apa perlu Nata bertindak lanjut?
Apa perlu Nata mengakhirinya saja?"Bim, tau nggak?" tanya Gio.
"Nggak!"
"Cafe seberang jalan Mawar itu cafe punya kakek gua," ucap Gio pada Bima, ia membiarkan saja Nata melamun sesuka hati.
"Hubungannya sama gua apa?" tanya Bima dingin. Gio sedikit merasa kasihan pada dirinya sendiri, kenapa Bima selalu tidak mau mendengarkannya bercerita?
"Nggak ada."
"Yaudah, diam."Gio meremas rambutnya yang sedikit panjang, kebetulan kemarin pas rasia rambut dia lagi bolos. Cowok itu kesal dan tidak kuat menghadapi Bima.
"Lu kok gitu banget, sih, sama gua?! Pilih kasih!!!"
Bima diam tidak menanggapi. Gio beralih ke arah Nata, menoel pipi cowot tersebut yang sedikit chubby untuk ukuran cowok.
"Apa?!" tanya Nata menyingkirkan tangan Gio dengan tidak santai.
"Lo tau nggak, Nat?" Dengan cepat Nata menjawab. "Nggak dan nggak mau tau!"
"Hotel yang ada di jalan cempaka, lo tau 'kan?" desak Gio.
"Tahu!"
"Nah, itu punya kakek gua!"
Nata mendengus. "Lo pamer?!"
"Promosi, siapa tau lo minat!""Terus, nih, ya, Nat, mall yang baru buka di jalan Kaswari, lu tau 'kan?"
Nata mengangguk, mengunyah mie gorengnya. "punya kakek lo juga?!"Gio menggeleng. "Punya orang!"
"Gak guna!" Nata menjitak kening Gio dengan tidak pake perasaan.
Bukannya marah Gio malah ikutan berseru. "Kayak hidup lo!""Nat, hp lo getar," Bima menunjuk handphone Nata dengan ekor matanya, benda pipih putih itu memang bergetar beberapa saat, sepertinya ada pesan masuk.
Nata mengambil handphonenya, membaca dalam hati pesan yang sukses membuatnya bertanya-tanya, ada apa?
💌+68245705****
Ke rooftop sekarang! Gua mau ngomong sesuatu!"Yo, Bim, gua pergi dulu. Bayarin makanan gua yak!" Nata bergegas, berjalan tergesa keluar dari area kantin.
"Mau kemana, Nat?!" teriak Gio menatap kepergian Nata dengan tiba-tiba.
"Selesaiin apa yang belum selesai!" teriak Nata mengutip kata-katanya kemarin.Gio menggeleng, pasalnya Nata belum mengganti baju olahraganya, pasti bau sekali pikir Gio.
"Bim, gua belum nyelesaiin pr!"
"Pake otak makanya!"Gio mengelus dadanya, sepertinya Bima ada masalah, tidak biasanya cowok itu menjawab pertanyaannya dengan suara ketus.
"Gua nggak punya otak, Bim," ucap Gio dengan suara dilemah-lemahkan.