7. Pasar

38 6 1
                                    

Buat orang senang itu nggak selamanya harus sama hal yang mewah, ngebantu orang misalnya.
-Nata

🍁

"Ra! Ira! Main yuk!"

Ganggu orang tidur aja!

Pagi-pagi bukannya mendengar kicauan burung yang terdengar merdu, malah kicauan Nata yang menyambut pagi seorang Meira Casana.

Ira masih mencoba tetap tidur, menulikan telinga dengan cara menutupnya dengan bantal. Ini hari minggu, bukan kebiasaan Ira bangun pagi.

"Ira! Udah bangun belum?!"

Nggak, setan!

"Ra! Ada pesawat lewat minta duit, Yuk!"

Bodoamat Nata!

"Ra! Masih idupkan?!"

"Berisik banget, sih, si Nata!" Ira menyibak selimutnya, matanya masih belum terbuka sepenuhnya, rambutnya juga masih acak-acakan. Rasa-rasanya ada uap kemarahan yang bersarang di kepala gadis itu.

"Ra! Cowok lu! Berisik!" teriak Satya dari kamar sebelah.

Nggak usah dipertegas!

"Ra! Bangun Nak, ada Nata di halaman depan." Di susul Ana_mamanya.

Suruh pulang aja!

"Ra! Udah bangun belum?" kemudian Devan_papanya.

Tadinya belum, Pa!

Ira yang masih mengumpulkan nyawa di tempat tidur terus mendumel dalam hati. Gadis itu mengacak rambutnya yang memang sudah acakan.

Telinganya sakit mendengar teriakan demi teriakan, mulai dari abangnya, papanya, dan juga mamanya.

Semua dimulai dari Nata.

Bukan cowok gua, bukan cowok guaaa!

Ira menggeleng, merasa hari minggunya hancur hanya karena seorang Nata!

"Ra! Bangun woi! Main yuk, main!" teriak Nata entah sudah yang ke berapa kali.

Ira yang hanya niat menyisir rambut dan sikat gigi kembali harus memegang telinganya.

Karena kesal Ira juga ikut-ikutan teriak.

"IYA WOI, TUNGGU NAPA!"

Nata yang mendengar jawaban Ira mengelus dadanya pelan.

Njay, sangar!

🍁

Ira memperhatikan Nata dengan seksama, cowok itu sedang duduk manis di teras rumah Ira dengan beberapa camilan dan secangkit teh yang tinggal setengah.

"Lu ke rumah gua mau numpang makan?" semprot Ira langsung.

"Lu nggak liat gua udah rapi gini?"

Baju kaos hitam dibalut jaket, celana jeans berwarna Navy juga sepatu yang senada, dan juga cengiran khas Nata.

Keren, sih, Nat, tapi orangnya rada-rada.

"Terpesona, ya? Sampai bengong gitu." Nata menaik-turunkan alisnya berniat menggoda Ira.

Gua lagi sibuk maki-maki kelakuan lu, bukan terpesona sama pakaian yang lu pake.

"Ra, kok diem?"
"Lagi males ngomong."
"Tuh, ngomong," ucap Nata santai.
"Ihh, Nata!"

Nata de cocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang