Bell tanda pelajaran berakhir telah berbunyi beberapa saat yang lalu, sebagian siswa sudah meninggalkan kelas, tersisa Gio, Bima dan Nata yang masih sibuk memasukan perlengkapan sekolahnya ke dalam tas, meski tergolong siswa yang malas Nata punya perlengkapan sekolah yang lengkap, semua karena Ira sering mengeceknya.
Dan kalau tidak lengkap, cewek itu akan sukarela membelikannya untuk Nata.
Kurang beruntung apa coba si Nata? Yah, kurang beruntung di isi otak, sih, sebenarnya.
"Nat! Buruan, elah!" Gio yang berdiri di sampingnya mengerang kesal, sebab Nata terlalu lama dengan urusan tasnya.
"Nat, cepetan! kek cewek lu, ah, lama!"
"Eh, Yo, penghapus gua mana? Lu 'kan tadi yang pinjem?" Tanpa menghiraukan muka masam Gio, Nata tetap mengabsen barang-barangnya.
Gio memutar bola matanya, lantas menjawab asal.
"Sama Bima."
Bima yang sedari tadi hanya memerhatikan, memandang Gio dengan tatapan 'kok gua?'
"Bim, lu tau 'kan kalau itu penghapus dari Ira?"
"Taulah warnanya pink!"
"Gua gak ngomong sama lu kambing!"
"Makanya buruan!" Gio kembali meneriakkan hal yang sama.
"Oii, entar telat ini!"
"Lu mau kemana, sih?! Dari tadi buru-buru banget?" tanya Nata. Cowok dengan lesung pipit itu sedang sibuk menghitung pulpen yang ia pinjam tapi tak kunjung ia kembalikan.
Yah, kan, lumayan buat dikasih ke Ira.
Siapa tahu, ya, kan Ira makin sayang sama gua."Gua? mau kemana?!" teriak Gio menampilkan raut wajah tidak percaya.
Apasih, nih, si Gio, ngerusak khayalan gua ngasih pulpen ke Ira aja.
Sementara Bima yang sedari tadi diam menghela napasnya, juga terlihat lelah.
"Ya, iya biasanyakan lu langsung ninggalin gua gitu aja sama gebetan-gebetan lo yang segunung itu, tumbenan banget mau bereng gua sama Bimo?" tanya Nata heran.
"Bima, Nat, Not Bimo," koreksi Bima, cowok itu sudah lelah menunggu, ia kemudian bangkit dari tempatnya, mendekati Nata dan menepuk bahu cowok itu.
"Nat, kita ada turnamen," ucapnya pelan.
"Futsal?"
"LAH, IYA MASA LU LUPA?!" tanya Gio nge-gas.
"Tau kok, pekan depan 'kan? pak Samsul yang bilang. Gak mungkinlah gua lupa!" Nata bangkit menyampirkan ransel hitam ke bahu kirinya..
"Sebleng lu, yah!"
"Iya Nat, minggu depan. Tapi pak Samsul ngomongnya udah seminggu yang lalu."
"What?! Astafirullah!"
Bima menggeleng, Gio mengerang kesal.
🍁
"Parah lu, Yo, gak ngingetin gua!" Meski tengah berada di dalam taksi, cowok- cowok itu masih saja berdebat, terkecuali dengan Bima yang pembawaannya selalu tenang. Tidak tahu tempat, ya, mereka.
"Mana gua taulah kalau lu lupa!" Gio tidak mau disalahkan.
"Pokoknya ini salah lu!" Nata yang lebih-lebih tidak mau jadi tersangka.
"Gua udah ngingetin buat buruan, yah!"
"Tapi lu gak ngomong kita mau kemana bangsul!"
"Gua udah ngingetin buat cepetan dari tadi kambing!"