2. Nata

44 9 3
                                    


"Ra, kamu cantik."

"Tau, lu jelek!"

🍁

"Ra, kok nangis?!" Nata yang baru saja masuk ke halaman rumah Ira langsung kaget mendengar pacarnya menangis sambil bermain ayunan.

Eh, beneran Ira bukan, sih?

Tadi Nata mendengar suara tangis kecil yang berasal dari rumah Ira sewaktu Nata bermain basket di halaman rumah Gio_teman Nata. Gio yang dasarnya penakut malah masuk ke rumahnya meninggalkan Nata. Sebenarnya Nata juga takut, sih. Tapi itukan rumah Ira, rumah pacarnya, kalau Ira kenapa-napa yang nyesel siapa coba?

"Heh! Ra? Lu kenapa woi?" tanya Nata sekali lagi. Ira tetap diam, anehnya suara tangisan itu sudah tak terdengar lagi.

"Ngapain ke sini?" Ira berbalik, menatap Nata dengan sorotan intimidasi.

"Nemuin tantenya Gio," jawab Nata asal.

"Ya, kerumah Giolah sana!"

"Nemuin elulah, Ra."
Nata cengegesan kemudian mulai memerhatikan wajah Ira yang tampaknya tidak seperti orang habis menangis, Ira baik-baik saja.

"Ngapain liat gua gitu banget?" Ira yang sadar diperhatikan oleh Nata jadi was-was sendiri. Biasanya kalau Nata belagak serius seperti itu pasti ujung-ujungnya membuat kesal.

"Kok, lu gak nangis?"
"Ngapain coba gua harus nangis?"
"Itu tadi suara nangis-nangis apaan? Gua kira elu."

Ira menunjuk handponenya yang sedang menunjukkan adegan kuntilanak di atas pohon, yang pastinya telah ia pause.

"Ra, lu ngerasa aneh gak, sih?"
"Aneh kenapa?"

Ira mengambil Handponenya kemudian melanjutkan film horor yang sempat ia tonton. Membiarkan Nata lesehan di rerumputan halaman rumahnya yang memang selalu bersih.

"Mbak kunti yang ada di hp lu itu aneh."

Ira diam, meski sedang menonton ia masih mendengar suara Nata dengan baik.

"Mbak kuntikan seharusnya ketawa, bukan nangis kayak gitu."
"Terserah dialah mau gimana. Kok lu yang ngatur," sewot Ira.

Kalau Ira sudah berkata ketus begitu, itu tandanya harus dijahili.

Nata memang suka cari gara-gara.

"Ra, kamu cantik."

"Tau, lu jelek."

Nata mendengus, ia tidak pernah suka jika kadar ketampanannya diragukan.

"Ra, serius ini. Lu cantik banget! Kayak cibi-cibi oemji!"

Ira yang sebenarnya tidak ingin tertawa malah jadinya ngakak. Nata joged-joged di depannya seperti tim cheerleader. Bener, deh, kayak banci.

"Astaga, Nat! Lu Gila atau gimana. Hahaha, sakit perut gua ini!"

Nata meliuk-liuk seperti ular yang dimainin suling, kemudian goyang itik ala banci di dekat lampu merah.

"Ira cantik ... kayak Itik ... prepetprepetprepet!"

"Ira cantik ... banyak iler!"

Kan, mulai ngeselin.

"Ira cantik ... gua suka!"

Tapi tetap ngebaperin.

Ira yang tadinya ngakak kini tersenyum malu, senang saja rasanya punya Nata. Meski pun slegean.

Nata de cocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang