Tidak semua awal bisa jadi akhir, kebanyakan hanya bermain sementara.
🍁
Setelah acara mendekamnya Nata di kamar selama setengah jam, akhirnya dengan muka lusuh dan lebam di beberapa bagian Nata melangkah menuju Ira yang sudah duduk di sofa ruang tamu rumahnya.
"Kenapa nggak pulang?"
Ira berbalik, menatap Nata dengan sisa kekesalannya. "Ngusir?"
"Nggak," jawab Nata langsung.
"Sini, lukanya gua obatin." Ira menepuk bagian sofa yang ada di sampingnya.
Gadis itu sudah memegang kapas yang sudah ia celupkan pada wadah berisi alkohol.
Nata duduk di samping Ira, mengganti chanel televisi yang tayangannya tidak jauh dari berita dan sinetron.
"Berantem sama siapa?"
Nata meringis, memegang ujung bibirnya yang Ira bersihkan dengan kapas. "Pelan-pelan napa, sakit tau!"
Ira kembali mendengus, menekan luka Nata dengan kesal. "Kalau tau sakit ngapain berantem?!"
"Nggak berantem, Ra."
Ira menghembuskan napasnya pelan, berusaha bersabar. "Nggak mungkin muka lo tiba-tiba bonyok gini kalau nggak berantem."
"Ish, pelan-pelan, Ra."
"Cowok bukan, sih? Cemen amat!"
"Cewek bukan, sih? Kasar amat!" balas Nata tidak mau kalah.
🍁
"Ira, lu suka motret 'kan?" tanya Aska, teman satu eskul Ira.
Ira yang sedang menyusun jadwal perlombaan di acara pensi, menjawab dengan bergumam.
"Bareng Vano, yah, lu. Kata Vano dia bisa fotoin tapi nggak ada waktu buat ngeditin."
Ira mengerutkan keningnya, berbalik menghadap Aska dengan pandangan bertanya 'siapa?'
"Kakel," jawab Aska pendek.
"Kok, gua nggak tau?"
"Baru balik, dia sering sibuk, sering Izin lama, tapi sering dimaklumin."
Gadis itu mengangguk, tidak terlalu penting, juga.
"Oke, gua yang edit."
Lagian Nata juga bisa ngedit.
"Sip, entar gua kabarin Vano."
"Anak kelas berapa?"
"Anak kelas sebelas."
"Ooh, gua bagiin ini dulu, yah."
Aska mengangguk, juga mengambil bagian yang akan dia bagikan ke kelas dua belas.
Ira keluar dari ruang jurnal, membawa setumpuk kertas yang tadi sudah ia rapikan. Ira harus membagikannya pada kelas sepuluh dan sebelas, padahal bisa dipajang di mading, atau dishare ke grub kelas masing-masing.
Tapi keputusan sang ketua tidak bisa diganggu-gugat.
Menyusahkan.