9. Kemah.

23 5 0
                                    


"Pulangnya kapan, Nat?"

"Pergi aja belum."

🍁

Susana SMA Bakti Jaya atau yang biasa dikenal dengan SMA Baja, terbilang cukup sepi pagi ini, setelah acara pensi selesai diadakan dalam seminggu, lebih banyak siswa yang memilih tetap berada di rumah ketimbang melangkah ke sekolah yang biasanya free, tinggal menunggu penerimaan rapor.

Juga bulan Desember di musim penghujan seperti ini memang lebih nyaman bergelut dengan selimut daripada melakukan aktivitas di luar rumah.

"Ra, chatingan sama siapa?"
Ira diam, tidak mendengar Lani_teman sebangkunya bertanya. Sebab, gadis itu sedang mengenakan headset.

Lani yang merasa dihiraukan mencoba menarik tali hitam yang terhubung ke telinga Ira.

Berhasil, Ira berbalik menatap Lani dengan tatapan bertanya.

"Chatingan sama siapa lu? Sibuk bener."
"Sama kak Vano."
"Yang lu bantuin ngedit itu?"

Ira mengangguk, kembali fokus pada benda  putih pipihnya.

Vano itu menurut Ira menyenangkan, jago fotografi dan kebetulan Ira juga menyukainya, bukan tipe cowok monoton, juga tidak terlalu berlebihan letika bercanda, wawasannya luas tentang dunia fotografi, katanya ayahnya dulu merupakan fotografer yang sudah sering memotret publik figur.

"Ra, lu nggak curiga dia lagi deketin lu 'kan?"
Tangan Ira berhenti mengetik balasan untuk Vano, kepalanya sibuk mencari jawaban atas pertanyaan Lani.

"Nggak tahu, deh, nggak mungkin juga."
"Dia tau Nata pacar lu?"
Ira menggeleng, Vano tidak tahu kalau Ira pacaran dengan Nata, tidak penting juga menurut Ira membeberkan hubungannya tanpa ditanya lebih dulu.

"Astaga! Nata!" Ira menepuk keningnya, dengan cepat gadis itu berdiri, membuka tas ransel biru mudanya dan mengeluarkan sekotak kue buatannya dan mamanya.

"Lan, anak pramuka berangkat jam berapa?!" seru Ira panik.

Hari ini, anak pramuka akan berangkat melakukan kemah bersama, yang diadakan di puncak.

"Katanya jam sepuluh, Gio tadi ngabarin."
Lani yang kabarnya sedang didekati oleh Gio sering mendapat chat dari cowok itu.
Meskipun Lani sama sekali tidak bertanya.

"Mati! Bentar lagi!" Ira kembali berseru, bergegas keluar kelas menuju parkiran.

Karena terlalu sibuk membahas dunia potret memotret dengan Vano, Ira jadi melupakan Nata yang akan berangkat pagi ini.

Koridor lenggang, Ira dengan leluasa berjalan cepat, sambil berdoa kepada tuhan supaya Nata belum berangkat dengan teman-temannya.

"Nat!" Napas Ira tersenggal, gadis itu mengatur napasnya terlebih dahulu.

Hampir, hampir saja Ira terlambat.

Nata yang hendak naik ke boncengan Gio, malah tidak jadi. Cowok itu tersenyum menyimpan beberapa camilan yang dijinjingnya, kemudian menunggu Ira menghampirinya.

"Kenapa, mau ikut?" tanya cowok itu dengan cengiran seperti biasanya.

Ira sempat ditawari oleh Nata untuk ikut, karena kemah yang diadakan tidak terlalu formal. tapi Ira menolak, ada janji dengan abangnya yang jarang liburan.

"Nggak! Kenapa nggak nemuin gua dulu?"
"Tadinya mau, tapi Gio udah nggak sabaran mau nyusul anak-anak, ini aja udah telat," jelas Nata. "Kenapa? Nggak mau gua pergi, yah?" lanjutnya dengan nada menggoda.

Nata de cocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang