16. kamu Ngambek?

12 3 0
                                    

Semalam saat keluar dari dalam taksi, Nata langsung masuk ke rumahnya tanpa mengatakan apa-apa. Ira sempat mengatakan selamat malam tapi tidak ditanggapi oleh cowok itu. Motornya juga ia tinggal di sekolah, di pikiran Nata hanya pulang.

Sekarang Ira datang ke rumah Nata, kata Gio, Nata sedang berada di halaman belakang rumah, bermain bersama ketiga kelinci bundanya.

"Terus lu ngapain ke sini?" tanya Ira pada Gio yang masih berdiri di hadapannya.

"Ketemu Disa, Risa, dan Lisa. Bawain mereka makanan."

Ira ber oh ria, Gio memang dekat dengan ke tiga kelinci bunda Asya, bahkan setiap minggu cowok itu akan membawakan wortel atau sayuran untuk kelinci-kelinci lucu itu.

"Gua balik ya, mau ke rumah Lani."
"Ngapain lo ke sana?"
"Bantu ngepel!"
"Serius?!"
"Mau ngapellah!"

Ira memutar bola matanya, belum juga diterima oleh Lani sudah gaya-gayaan ngapelin anak orang.

Ira melangkah ke arah halaman rumah Nata, di ambang pintu belakang Ira dapat melihat Nata yang sedang duduk lesehan di rumput ditemani ketiga kelinci yang berbeda bulu, Ira mengenal ketiga kelinci itu, hadiah anniversary Ayah untuk bunda yang ke tujuh belas tahun.

Yang berbulu Putin itu bernama Disa, sedang memakan wortel. Yang berbulu Coklat itu namanya Risa, dan yang sedang ada di pangkuan Nata yang berbulu campuran putih dan coklat bernama Lisa.
Kalau mau memanggil ketiganya cukup panggil "DiRiLis."

"Dis, menurut lo, Ira masih sayang gua nggak, sih?"

Ira yang ingin menghampiri Nata memilih diam, ia ingin mendengar pembicaraan Nata tentang dirinya.

"Gua sayang sama Ira, Dis." Nata mengelus bulu halus Disa.

Gua juga, Nat.

"Tapi dia kayaknya suka sama panuan, deh."

Nggak, Nat!

"Menurut lo, Dis, gantengan mana gua sama panu?"

Gantengan Vano, tapi manisan elo.

"Gua kesel sama Ira, Dis." ucap Nata sambil menghela napas. "Dia kayaknya pengen cepet-cepet putus, deh."

Eh, apa-apaan?!

"Soalnya dia nempel mulu sama si Panu." Nata beralih mengambil Lisa yang mendekat ke arah kakinya, kemudian membiarkan Disa turun dari pangkuannya.

Ira menunduk, baru menyadari bahwa Nata merasa kehilangannya akhir-akhir ini.

"Eh, Lis, kalau seandainya Ira udah nggak mau sama gua, gua harus gimana?"

"Menurut lo, gua yang mutusin atau gua yang nunggu diputusin?"

Ira mengumpat dalam hati. Nata ini omongannya ngaco, membuat Ira was-was saja.

"Tapi gua nggak mau putus, tapi kalau Iranya udah nggak mau, gua bisa apa?"

Kemudian Nata diam, sibuk memandangi ketiga kelinci bundanya yang terlihat gemuk.

"Gua kayaknya mau nyari cewek baru, deh, Lis," ucap Nata tiba-tiba, kemudian terkekeh kecil.

Ira berbalik, tidak ingin mendengar monolog Nata lebih lama lagi, Ira tidak ingin mendengar pendapat-pendapat Nata yang menyesakkan dadanya. Ira juga tidak suka rencana Nata, dia tidak suka sama sekali.

Nata de cocoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang