Tak berselang lama, mobil Eunseo sudah terparkir di depan cafe yang akan mereka gunakan untuk makan. Biasanya Bona akan menunggu Eunseo untuk membukakan pintu mobilnya, tapi tidak dengan sekarang. Saat Eunseo masih memegang gagang pintunya, dengan cepat pula Bona membuka pintunya sendiri dan keluar begitu saja, meninggalkan Eunseo yang terdiam dengan tingkah Bona. Setelahnya Eunseo hanya mengendikkan bahunya acuh. Tanpa menunggu Eunseo, Bona juga telah melesat masuk kedalam cafe itu. Eunseo berjalan dengan sedikit tergesa untuk mengejar langkah Bona.
"Aku tau kamu lapar, tapi jangan cepet cepet gitu juga jalannya." Ucap Eunseo saat dirinya sudah berada di sebelah Bona, tapi Bona hanya diam tak menanggapi dan melanjutkan berjalan ke arah tempat duduk yang kosong.
Sesaat setelah mereka terduduk, datang seorang pelayan ke meja mereka. Setelah memesan, sembari menunggu Bona asyik bermain dengan ponselnya, membiarkan Eunseo terdiam sambil memandanginya.
"Sayang." Panggil Eunseo, tapi Bona tak menyautinya.
"Hei, kamu kenapa?" Bona hanya melirik sebentar dan menggeleng sekilas.
"Ngambek lagi, heran aku sama kamu. Jadi orang kok suka banget ngambek." Bona tetap diam di posisinya.
"Sayang, ayolah jangan ngambek." Lagi dan lagi dia Bona tak bergerak.
"Kamu aku tinggal nanti lama lama." Bona melirik lagi tapi setelahnya kembali fokus ke ponselnya.
"Oke, aku beneran pergi sekarang."
"Duduk!!" Saat Eunseo baru saja berdiri, Bona dengan cepat menyuruh Eunseo kembali duduk memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas.
"Kamu kenapa? Salah lagi aku?"
"Enggak."
"Terus? Kenapa kamu diem aja daritadi."
"Males aja."
"Kamu marah sama aku."
"Enggak."
"Iya aku tau aku salah, tapi kamu tau sendiri kan, aku nggak suka bahas hal hal kayak gitu." Eunseo sebenarnya daritadi memahami kenapa istrinya bersikap seperti itu, pasti karena kejadian di mobil tadi. Tapi sungguh, Eunseo tak suka membahas hal hal seperti itu.
"Tapi sampai kapan mas? Aku emang sama kayak kamu, gak suka jika harus mengumbar ngumbar soal hubungan, tapi aku pun tak setertutup itu. Setidaknya aku mau semua orang tau kalau kamu itu milik aku, cuman itu aja. Aku tak menuntut supaya kamu selalu menunjukkan hubungan kita di depan orang lain, aku tak perlu kau berperilaku romantis dan manis terhada di depan orang lain. Karena akupun juga tak nyaman dengan hal hal seperti itu. Tapi hanya satu itu yang aku mau mas, semua orang tau jika kamu adalah milikku."
"Pasti mereka akan tau sendiri nantinya Bona, soal hubungan kita mereka pun tak ada sangkut pautnya, karena memang status kita gak bergantung sama mereka. Kebahagiaan kita gak bergantung sama mereka. Ini hanya kita, kita yang bisa menjaganya. Asal aku bersamamu dan kau selalu bersamaku, itu sudah sangat cukup untukku."
"Tapi sampai kapan?"
"Kita lihat saja nanti." Akhirnya lagi dan lagi Bona harus menyerah dan mengalah dari Eunseo. Moodnya sudah benar benar hancur sekarang. Menyadari itu, Eunseo kembali mencoba menggoda Bona supaya wanitanya tak memasang wajah muramnya lagi.
"Wajahmu seperti kukang yang sedang mengantuk jika seperti itu." Bona tak menanggapi celotehan Eunseo.
"Jangan diam saja, atau aku akan benar benar mengutukmu supaya menjadi bisu."
"Heh!! Kebiasaan ya kalo ngomong suka sembarangan." Akhirnya Bona bersuara sembari melotot ke arah suaminya. Untung dia ingat kalau yang ngomong itu suaminya sendiri dan dia juga tak mau jika nanti kualat, coba kalo enggak, udah dia sumpal itu mulut suaminya pake sepatu.
"Salah sendiri daritadi diem mulu. Emang kamu pikir aku radio? Bersuara sendiri tanpa harus ada balasan? Kamu kalo ngambek serem tau gak, diem mulu, mending kamu ngomel ngomel daripada harus diem. Soalnya aku jadi kayak orang gila ngomong sendiri."
"Memang kamu gila."
"Bukannya kamu yang gila?"
"Kok jadi aku?"
"Iya kamu kan memang gila, gila karena terlalu mencinta sama aku." Bona seketika bergidik. Merasa jijik sekaligus geli mendengar ucapan Eunseo barusan. Sementara Eunseo hanya tertawa renyah.
"Cringe tau gak mas, geli aku dengernya."
Saat Eunseo ingin menyauti ucapan Bona, pelayan cafe sudah terlebih dahulu mengiterupsi. Makanan mereka sudah tersaji di meja."Ini kamu pesen apa sih mas? Banyak amat."
"Buat kamu sayang, aku tau akhir akhir ini kamu ga teratur kalo makan, gara gara sibuk sama kerjaan kamu." Bona memutar bola matanya malas.
"Iya aku tau, tapi gak perlu sebanyak ini mas. Kamu mau aku mati kekenyangan."
"Kalo kamu mati, aku tinggal nyari istri lagi, kan gampang."
"Mas." Panggil Bona dengan senyuman paksa yang malah terkesan menyeramkan.
"Ampun ampun, aku cuman bercanda. Lagi pula mana ada orang mati karena kekenyangan? Kalaupun ada itu pasti karena kesalahannya sendiri, sudah tau kenyang tapi masih aja rakus."
"Ya liat aja dong ini, kamu pesen segini banyaknya makanan terus suruh aku habisin semuanya? Aduh, kamu ini bener bener, heran deh aku sama kamu." Eunseo hanya menunjukkan cengirannya.
"Kan ada aku sayang, kita makan berdua." Bona mendengus, dia harus mengalah lagi dari manusia dihadapannya ini.
"Tapi gimana kalo aku gendut nanti?"
"Gak masalah, emang sengaja aku pengen buat kamu gendut, biar kamu tambah jelek dan gak ada lagi yang mau sama kamu." Inilah Eunseo, selalu bersikap sarkas untuk melindungi miliknya, untuk menjaga miliknya supaya tak diambil oleh orang lain.
"Terus nanti kalo aku jelek, kamu gasuka sama aku."
"Jelas, kalo kamu jelek, aku mau cari perempuan lain yang lebih cantik dari kamu." Ucap Eunseo bergurau. Tatapan tajam sudah Bona perlihatkan dan itu malah membuat Eunseo terbahak.
"Kamu ini lucu banget deh ah, mana mungkin aku seperti itu? Mau gimanapun bentuk dan rupamu aku akan menerimanya. Aku menyukai semua yang ada didalam dirimu, bukan hanya rupa dan penampilanmu saja." Dan lagi Eunseo mengungkapkannya secara sarkas. Hanya dengan menggunakan kata suka dengan semuanya yang berarti dia benar benar mencintai istrinya itu. Memang beginilah dia, tak pernah bisa mengungkapkan apa yang ada dalam benaknya, tak mampu mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan, hanya bentuk perwakilan perwakilan sederhana yang akan ia gunakan untuk menyampaikannya.
"Abis ini mau kemana?"
"Terserah."
"Kebiasaan ya perempuan kalo ditanya jawabnya terserah, lagipula disini gak ada tempat tujuan yang bernama terserah sayang." Ucap Eunseo gemas sendiri.
"Hehehe." Eunseo mendengus.
"Ke timezone aja yuk mas, aku pengen main game sepuasnya."
"Di Transmart ada timezone gak sih?"
"Enggak tau, ada kali. Kenapa emang?"
"Ke Transmart dulu yuk, aku mau ke trans studio mini, mau main disana dulu. Sekalian liat ada timezone nya apa enggak, kalo ada disana sekalian aja, kalo gak ada baru nanti kita ke tempat yang ada timezone nya. Gimana?"
"Aku gimana mas aja, ngikut doang, asal bisa ke timezone."
"Oke, berangkat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SINEKDOK (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSinekdok, (n) menunjukkan perwakilan atas suatu ungkapan gender bender Akan memiliki rating 17+ dibeberapa bagian jadi berhati hatilah