Bagian 1

6.4K 261 5
                                    

"Mas bangun." Ucap Bona pelan sembari mengusap pelan pipi suaminya. Tapi masih tak ada reaksi apapun.

"Mas ayo bangun ih!! Kamu nggak kuliah emang?" Kembali Bona bersuara tetapi kali ini dengan mengguncang pelan tubuh suaminya. Lagi dan lagi tak ada respon apapun.

"Mas ayo dong bangun, kebo banget sih kamu!!" Kali ini berhasil, ada sedikit pergerakkan dari suaminya, tetapi tiba tiba suaminya itu memajukan bibirnya.

"Kenapa bibirnya? Pengen aku tali pakek karet gelang?" Tapi itu sama sekali tak berpengaruh, ia masih saja tetap diposisinya. Bona yang paham hanya mencebikkan bibirnya lalu mendekat ke wajah suaminya, menempelkan bibirnya tepat dibibir suaminya. Hal itu seketika membuat sang suami tersenyum. Sadar dengan sikap suaminya, Bona berniat menjauhkan wajahnya, tetapi belum sesenti bibirnya lepas, bibir plum itu sudah kembali menempel ke bibir suaminya. Ya, tadi suaminya dengan cepat meraih tengkuk Bona dan menariknya, sehingga bibir mereka berdua kembali menempel, tetapi saat ini beda. Ciuman itu tidak seperti tadi yang hanya menempel, tapi sekarang ada lumatan lumatan kecil yang dilakukan oleh sang suami. Hampir satu menit mereka saling melumat, akhirnya si suami melepas ciuman itu dan memeluk istrinya erat. Membuat sang istri jatuh tepat di atasnya.

"Yakk Son Eunseo!!! Kebiasaan banget sih!! Ayo bangun!!" Ya, Eunseo nama suaminya.

"Ini masih pagi sayang, kenapa sudah teriak teriak? Lagipula aku di hadapanmu dan telingaku masih normal, tak perlu berteriak."

"Aku berteriak aja kamu masih nggak menggubris aku, gimaba kalo aku ngomongnya dengan nada lembut? Yang ada kamu makin pura pura tuli nanti" Ujar Bona sembari mendengus sebal. Sementara Eunseo hanya terkekeh dan semakin mengeratkan pelukannya.

"Biarkan seperti ini dulu, terlalu nyaman."

"Tapi apa kamu nggak kuliah? Kamu bisa terlambat nanti." Eunseo menggeleng.

"Hari ini aku tidak ada kuliah, dosenku sedang sibuk semua, jadi jadwalnya diubah kehari lain." Bona mengangguk mendengar penuturan Eunseo.

"Tapi mas, aku harus nyiapin makan buat kita, jadi tolong lepasin doang."

"Gak usah, nanti kita makan diluar aja, sekalian kencan, udah lama kita ga jalan berdua."

"Ngawur, aku kerja mas." Yap, Bona udah kerja, tapi kenapa dia manggil Eunseo mas? Padahal Bona lebih tua dari Eunseo. Alasannya karena Bona suka dengan panggilang itu. Menurutnya sangat cocok ia gunakan untuk memanggil suaminya itu.

"Tidak masalah kalau kamu meliburkan diri sehari. Hal itu tidak akan membuatmu dipecat gitu aja, lagipula sebelum sebelumnya kamu udah bekerja terlalu keras sayang, sampai sampai seperti tak ada waktu lain untukmu menyelesaikan tugasmu. Mereka pasti mengerti. Mumpung aku juga lagi free."

"Tapi mas, tetep aja aku gabisa seenaknya gitu. Aku harus tetep profesional dong."

"Sekali aja, ayolah." Ucap Eunseo memohon sembari mengelus lembut rambut Bona.

"Mas-"

"Tidak ada penolakan." Belum sempat Bona menjawab, dengan cepat Eunseo mendahului perkataan Bona. Akhirnya Bona hanya bisa menuruti keinginan suaminya itu.

"Yaudah iya, emang mau kemana sih mas?"

"Makan sama jalan jalan aja, yang penting bisa abisin waktu berdua sama kamu."

"Dih." Eunseo tertawa mendengar nada bicara Bona yang seakan jijik dengan kalimat yang dilontarkannya. Memang Bona sedikit geli dan jijik dengan kalaimat kalimat cringe seperti itu. Aneh bukan? Yang biasanya wanita akan suka jika mendengar kalimat kalimat seperti itu, tapi tidak dengan Bona. Dia malah merasa aneh dengan kalimat kalimat semacam itu.

SINEKDOK (Bona+Eunseo/Eunbo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang