BAB X : Selamat Ulang Tahun, Rayshiva

4.2K 785 356
                                    

"Selamat ulang tahun, Rayshiva. Bahagiamu adalah patah hati terbesar bagiku."

"Pagi," sapa Chenle dengan tak bersemangat, berbeda dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pagi," sapa Chenle dengan tak bersemangat, berbeda dari biasanya. "Pagi juga, kok lesu?" tanya Juna yang merupakan teman semasa sekolah menengah pertama Chenle sekaligus menjadi chairmate nya.

"Ngantuk, Jun. Bang Jaehyun main gamenya berisik." balas Chenle dengan nada lirih, terlihat kantung mata yang menghitam serta membesar membuat Juna meringis iba. "Yaudah, tidur aja, nanti kalo Pak Budi masuk, lo gue bangunin." saran Juna yang disetujui oleh Chenle.

Sungguh, semalam Jaehyun; kakaknya bermain game console seolah tidak tahu waktu, arloji sudah menunjukkan pukul 11 malam—namun lelaki itu masih berteriak-teriak serta mengumpat bersama teman-teman sejurusannya.

Chenle segera duduk di tempatnya, menaruh tas diatas meja sebagai alas untuk kepalanya bertumpu; lelaki itu segera memejamkan matanya, berusaha menyelam ke dalam alam mimpi yang tenang.

"Jun," namun sebuah suara mengganggunya—siapa lagi jikalau bukan Park Jisung?

"Apaan? Jangan berisik, Chenle tidur tuh." balas Juna yang tengah membaca novel miliknya, Jisung melirik sekilas kearah Chenle, kemudian sebuah senyuman terpatri pada wajahnya. "Kenapa dia? Ngantuk?" tanya Jisung.

"Katanya gitu, lo 'kan tau Bang Jaehyun kalo main game sampe tengah malem bacotnya minta ampun." Jisung membalasnya dengan anggukan, kemudian tangannya terulur untuk mengusap surai Chenle dengan lembut.

Chenle membelalakkan matanya terkejut; untung saja posisi wajahnya mengarah kepada Juna dan membelakangi Jisung, Juna yang sadar segera menatap kearah Chenle—dan mendapati wajah lelaki manis itu memerah padam.

"Pfft," sepertinya Juna tidak bisa menahan tawanya, membuat Jisung menatap kearahnya dengan aneh. "Kenapa lo, Jun?"

"Gapapa, adegan di novelnya lucu."

"Tapi lo kan baca novel horor."

Hening sejenak, Juna merutuki kebodohannya sendiri. "M-menurut gue lucu." tukasnya dengan terbata-bata membuat Jisung menggeleng lelah. "Receh amat sih," celetuk Jisung membuat Juna bernafas lega.

Netranya kembali mendapati jemari jenjang Jisung menyisir helaian surai oranye milik Chenle, "Ekhem, lo gak mau nemuin Rayshiva?" tanya Juna, mencoba membebaskan Chenle dari Jisung.

"Gue gatau, Jun."

"Hah?"

"Gue gatau, bener-bener cinta sama Rayshiva atau enggak." Lirih Jisung seketika membuat nafas Chenle tercekat begitu saja, "Disisi satunya gue masih sayang sama Chenle yang merupakan cinta pertama gue—tapi disisi lain, Rayshiva juga berhasil membuat gue terpesona."

Juna terdiam, terlalu terkejut akan perkataan sahabatnya itu. "Tapi, lo gak bisa egois gitu, Sung." balas Juna dengan hati-hati, "Iya gue tau suatu saat nanti harus memilih salah satu diantara mereka yang merupakan tambatan hati gue—"

Ketaksaan | ChensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang