"Yang tersisa dari kisah ini, hanya kau takut ku hilang."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lembutnya melodi yang dihasilkan oleh piano, dimainkan oleh Guanlin, seolah alunan indahnya membuai Chenle menuju kearah ketenangan dan perasaan bahagia membuncah.
Chenle menyukai bagaimana jemari jenjang sahabatnya itu menekan tuts piano secara satu-persatu dengan hati-hati dan penuh penghayatan ditiap nada yang ia hasilkan.
Canon rock; Guanlin sangat mengerti bahwa Chenle menyukai musik tersebut, sehingga ia akan memainkan nya ketika senggang, atau sedang berdua dengan Chenle seperti saat ini.
Keduanya kini tengah berada di ruang musik, dengan tujuan awal untuk berlatih, menjadi menenangkan diri atas kejadian kemarin yang memporak-porandakan hati Chenle sepenuhnya.
"Gimana perasaan lo? Udah baikan?" tanya Guanlin saat permainan piano nya telah usai, menatap Chenle dengan penuh selidik. Membuat lelaki manis itu mengalihkan pandangannya kearah jendela.
"Masih sama," ucapnya dengan nada datar, tanpa ada perubahan sedikit pun daripada kemarin. Guanlin menghela nafasnya, kemudian meletakkan jemarinya dengan posisi saling bertangkupan.
"Dia pisah sama lo, karena bosen?"
Hening, tidak ada jawaban dari Chenle.
"Yang kayak begitu gak perlu dipertahanin, cuma buang-buang tenaga. Mending sama gue," Guanlin menaik-turunkan alisnya membuat Chenle berjengit; mengambil aba-aba untuk memukul Guanlin.
"Bercanda, bercanda!" Chenle terkekeh melihat wajah ketakutan Guanlin, "Lagian lo tuh ya ngalus terus, nanti kalo orang baper gimana?"
"Aa' tanggung jawab,"
"Ish!"
"Wahahaha!"
Keduanya saling tertawa, melempar candaan yang bisa memperbaiki mood Chenle dalam beberapa saat. Kini lelaki manis itu duduk disamping yang lebih jangkung, jemarinya menekan tuts piano secara perlahan.
Dan untuk beberapa saat kemudian, senyuman Guanlin mengembang begitu melihat bagaimana sahabatnya memainkan sebuah lagu yang mencerminkan perasaannya untuk saat ini. "Sahabat gue udah besar ternyata," batinnya bangga.
"Perdebatan apapun, menuju kata pisah. Jangan paksakan genggaman mu. Izinkan aku pergi dulu, yang berubah hanya tak lagi ku milikmu. Kau masih bisa melihatku, kau harus percaya ku tetap teman baikmu."
Guanlin menatap wajah sendu Chenle, bagaimana bibir ranum itu bergetar tatkala mengucapkan tiap kata dalam lirik lagu Tulus yang berjudul Pamit tersebut.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi," dan suara tersebut mengalihkan atensi keduanya yang tengah terfokus kearah piano, menjadi terfokus kearah lelaki jangkung yang tengah berdiri di ambang pintu ruang musik.