"Air mata ini kembali menetes, bukanlah kepedihan, melainkan rasa gembira setelah penantian lama yang berbuah sebuah kebahagiaan."
Chenle tampak sibuk bersolek di hadapan cermin; memeriksa apakah atribut seragam pramuka yang ia kenakan telah lengkap atau belum, setelah merasa sudah, lelaki manis itu mulai berpindah tempat menuju kearah tasnya berada.
Mulai mengecek satu persatu apakah barang yang telah ia kemas di dalam tas sudah sesuai dengan selebaran yang dibagikan bagi peserta kemah tahunan SMA Nusa Bangsa, netranya mulai bergulir seraya bibir ranumnya menggumamkan barang-barang bawaannya.
Cklek,
Pintu terbuka, menampilkan Jaehyun yang berdiri di ambang pintu, membawa segelas susu full cream untuk Chenle. "Minum dulu nih sebelum berangkat," ujar Jaehyun seraya meletakkan gelas berisi susu itu diatas nakas samping ranjang Chenle.
"Iya, makasih, Bang." ujar Chenle acuh tak acuh, dirinya masih menyibukkan diri dengan berkutat dengan selembar kertas berisikan daftar barang untuk di bawa. Jaehyun hanya menggedikkan bahunya; memilih untuk berbaring di atas ranjang sang adik.
"Ngapain tiduran? Nanti sprai gue lumuran dosa lo," ketus Chenle begitu melihat Jaehyun dengan seenaknya mengusakkan wajah tampannya ke bantal empuk Chenle. "Lo mau pergi segala julid dulu," cibir Jaehyun menanggapi ocehan Chenle yang pedas.
Merasa sudah selesai berkutat dengan selembar kertas itu, Chenle menghampiri nakas samping ranjangnya, mengambil segelas susu tadi, kemudian meneguknya hingga habis dalam hitungan detik.
Jaehyun melirik kearah jam dinding yang bertengger manis pada ruangan itu, waktu sudah menunjukkan pukul dua lewat empat puluh lima sore, yang berarti Chenle akan berangkat menuju ke sekolah sebentar lagi. "Lo berangkat sama siapa?" tanya Jaehyun, mencoba basa-basi dengan adiknya kembali.
"Kepo aja lo,"
"Gue nanya baik-baik, Jubaedah."
"Ga mutu, Maemunah."
Kini keduanya saling melemparkan tatapan sengit, tidak ada salah satu pihakpun yang ingin mengalah dalam perdebatan kali ini. Meski selisih usia keduanya terpaut tiga tahun, namun bukan menjadi penghalang agar keduanya tidak saling mengejek dan bertengkar.
"Chenle! Ada Jeno tuh di bawah," panggil sang Ibunda membuat tatapan sengit keduanya seolah usai begitu saja, Chenle mengembangkan senyum manisnya, sebelah tangannya meraih tas yang bertengger manis di atas nakas.
"Oi, kepala gede!" panggil Jaehyun, membuat Chenle terhenti sejenak, namun pada detik berikutnya ia kembali berlari kearah Jaehyun---mengecup pipi lelaki tampan itu sekilas kemudian berlari keluar sembari melambaikan tangan tanda perpisahan.
"Kalo gue belum pulang, jangan nikah dulu sama Kak Taeyong!"
"Berisik lo, cebol!"
Chenle terkekeh, menuruni tangga kediamannya dengan tergesa-gesa, segera menghampiri Erika yang tengah berada di ambang pintu rumah---kemudian mengecup punggung tangan sang Ibunda tanda berpamitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketaksaan | Chensung
FanficKetaksaan, (n.) keraguan ❝Berpisah itu mudah, namun menjadi sulit saat masih ada keraguan diantara kita.❞ © 2019, Nanonaww.