BAB XI : Menemanimu

4.3K 795 170
                                    

"Rela tercatat di dalam buku hitam sekolah demi menemanimu merupakan hal ternekat bagiku dalam seumur hidup."

Chenle tidak masuk sekolah hari ini, itu yang dapat Jisung lihat beserta simpulkan setelah melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan tepat pukul 7 pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chenle tidak masuk sekolah hari ini, itu yang dapat Jisung lihat beserta simpulkan setelah melihat kearah jam dinding yang sudah menunjukkan tepat pukul 7 pagi.

Entah mengapa, lelaki itu merasa gelisah begitu melihat kursi kosong yang berada di samping Juna. Seperti ada yang kurang di kelas 12 IPS 2, meskipun daftar absen hari ini hanya tinggal Chenle yang belum ada kabar keterangan tidak masuk.

Jisung kian gelisah, akhirnya setelah membulatkan tekad, ia memutuskan untuk bertanya kepada ketua kelas; Azka. "Azka," panggil lelaki itu membuat sang pemilik nama mengalihkan pandangannya, "Eh, kenapa Sung?"

"Chenle kemana? Gak masuk?"

"Lo gak tau? Dia telat, makanya cek grup kelas." ucap Azka mencoba menjelaskan kepada Jisung yang otomatis segera merogoh sakunya—mencari-cari benda pipih bernama ponsel miliknya.

Begitu mendapatkannya, lelaki jangkung itu segera membuka notifikasi yang berasal dari grup kelas. Dan benar saja yang dikatakan oleh Azka sang ketua kelas, Chenle terjebak macet dijalan dan harus menunggu hingga pukul 8 Pagi—saat gerbang sekolah dibuka kembali.

"Azka, izin keluar ya!" pekik Jisung berizin, segera melesatkan kakinya keluar kelas tanpa aba-aba. "Mau kemana?!" balas Azka dengan berteriak pula, "Nemenin Chenle! Kasian dia gak ada temen!" kemudian lelaki itu menghilang di telan jarak.

Yang lain hanya mampu menggelengkan kepala penuh maklum, padahal sudah jelas di grup kelas tertulis bahwa Chenle bersama Daehwi, Seonho, Theressa, Emily, dan anak-anak paskibra serta paduan suara lainnya.

Jisung kini berhenti tepat di depan pintu gerbang masuk sekolah, meraup oksigen sebanyak-banyaknya tanpa jeda, lelaki itu menyeka keringatnya dengan sebuah senyuman teduh pada wajahnya.

Jisung menyukai bagaimana tawa Chenle yang mengalun indah tatkala saling melontarkan gurauan bersama anak paskibra lainnya, namun entah angin darimana, membawa pandangan Chenle seketika tertuju kearah Jisung yang tepat bersandar pada gerbang.

"Woi, Sung, ngapain lo?" tanya salah satu diantaranya, "Kalo kalian sendiri ngapain? Ngebolos ya? Atau telat? Cie anak bandel," gurau Jisung yang tentu saja mengundang cibiran serta umpatan dari teman-teman lainnya.

"Sung, ngapain? Kan udah bel. Masuk sana." titah Chenle membuat Jisung mengembangkan senyumannya, "Gak mau." jawabnya diikuti sebuah gelengan manja. "Jisung, kok gitu?" Chenle mengerutkan dahinya, memperhatikan Jisung yang berjalan menuju kearah sebuah dinding di pinggir sekolah.

"Sung, mau ngapa—astaga!" betapa terkejutnya Chenle begitu melihat Jisung melompati pagar tersebut dan keluar dari area sekolah, terlebih lagi bukannya takut, Jisung justru tersenyum lebar seraya berjalan santai menuju kearah Chenle.

Ketaksaan | ChensungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang